One Night Stand With Mafia

Louisa berteriak histeris ketika melihat darah segar mengalir dari tubuh suaminya. Tubuh Roy ambruk bersamaan dengan datangnya Erick, Hudson dan anak buah mereka. Mereka bergegas membantu Louisa yang menangis sambil memeluk tubuh Roy.

Ben dan Takashi sudah menghilang ketika melihat Erick dan Hudson datang bersama pasukannya. Lagi-lagi mereka gagal untuk menghabisi calon penerus keluarga Walker. Namun mereka puas melihat Roy akhirnya dapat mereka kalahkan.

"Sudah kukatakan cinta itu membuat kalian lemah, kau lihat Roy yang kuat kini bisa ku kalahkan karena kebodohannya," cetus Ben terkekeh.

Takashi hanya terdiam mendengar ucapan Ben yang mengatakan apabila jatuh cinta membuat orang menjadi bodoh. Dulu ia pernah menjadi bodoh karena mencintai istri Galaxy sahabat Roy.

"Kau tahu apa kebodohan yang Roy lakukan? Ia bodoh karena jatuh cinta," imbuhnya lagi lalu tergelak.

Mobil mereka pun pergi meninggalkan tempat tersebut, sementara itu saat ini Roy sedang di bawa menuju rumah sakit. Ambulans datang tepat waktu, Louisa tak hentinya terus menyalahkan dirinya. Andai ia tidak membuang peluru pada senjata Roy, mungkin Roy tidak akan seperti ini.

"Kumohon, bertahanlah!" pinta Louisa sambil terus menggenggam tangan suaminya.

Setelah lama dalam perjalanan mereka kini telah sampai di rumah sakit. Para tim medis yang sudah dihubungi sebelumnya oleh Erick sudah bersiap sejak tadi.

Mereka bergegas menangani Roy, mereka melakukan CT scan untuk melihat apakah peluru tersebut merusak organ vital lainnya. Setelah menjalani CT scan, Roy dibawa menuju ruang operasi.

Nyonya Walker datang bersama suaminya ketika mendengar kabar tentang Roy, ia meminta kepada Dokter kenalan mereka agar melakukan yang terbaik untuk Roy. Operasi pun berlangsung setelah Louisa menadatangani semuanya.

"Mengapa semua ini terjadi?" tanya Nyonya Walker sambil menangis.

Louisa pun menceritakan kejadian yang terjadi, membuat Nyonya Walker sangat marah kepadanya.

"Kalau kau tidak mencintai putraku, setidaknya jangan buat dia dalam bahaya seperti ini. Aku kecewa padamu Louisa," ucap Nyonya walker lalu pergi menjauh dari Louisa.

Saat ini ia tidak ingin melihat wanita yang membuat putranya terluka. Louisa menangis, tidak ada Wilona yang dapat menghiburnya saat ini. Roy yang selalu mendukungnya saat ini sedang terbaring lemah di meja operasi.

Dua jam lamanya, Dokter Kean baru saja keluar dari ruang operasi. Louisa bangkit dari duduknya, lalu menghampiri Dokter menanyakan keadaan suaminya.

"Bagaimana suami saya Dok?" tanya Louisa sangat cemas.

"Operasinya berjalan lancar, namun kita masih harus menunggu ia siuman. Roy akan kamu pindahkan ke ruang rawat," jawab Dokter Kean.

Dokter pamit undur diri setelah memberitahu Louisa, ia harus memberitahu Nyonya Walker keadaan putranya. Nyonya Walker merasa lega mendengar operasi Roy berjalan dengan lancar.

"Sudah kau jangan salahkan Louisa, ia masih syok saat ini ditambah kau yang marah kepadanya. Kau pun pasti akan melakukan hal yang sama dengan Louisa apabila kau melihat ku banyak membunuh orang," tutur Tuan Walker mencoba membujuk istrinya agar tidak menjauhi Louisa lagi.

"Kau tidak kasihan kepada menantu kita yang saat ini sedang hamil dibuat semakin bersedih karena sikapmu," sambungnya lagi.

Nyonya Walker merasa apa yang diucapkan oleh suaminya ada benarnya. Ia seharusnya saat ini menemani Louisa, Louisa tidak boleh stress karena memikirkan hal ini.

Roy kini sudah dipindahkan ke ruang rawat VVIP rumah sakit, Louisa saat ini duduk disamping Roy yang masih terbaring. Roy masih belum juga siuman membuat Louisa masih mencemaskannya.

"Bangunlah kumohon!" rengek Louisa dengan nada getir.

Tiba-tiba saja ia dikejutkan oleh sebuah tangan yang memegang pundaknya. Louisa menoleh, ia melihat Nyonya Walker kembali tersenyum kepadanya. Mertuanya itu bahkan kini memeluknya, tangis Louisa semakin pecah ketika berada dalam pelukan ibu Roy.

"Maafkan aku Mom, aku enggak sengaja," rengek Louisa.

"Iya, aku tahu. Maafkan Mom tadi sedang emosi," ucap Nyonya Walker berusaha menenangkan menantunya.

"Kau jangan terus bersedih Louisa, percayalah putraku adalah pria yang kuat," timpal Nyonya Walker.

Louisa merasa bersyukur karena ia bukan hanya memiliki suami yang menyayanginya, namun keluarganya pun menyayanginya seperti putri mereka.

Selama beberapa hari Louisa sangat telaten merawat Roy, ia bahkan tidak pulang ke Mansion. Ia hanya menghabiskan waktunya di rumah sakit menemani suaminya.

Wilona baru saja sampai setelah mengetahui keadaan Kakaknya. Ia memeluk Louisa agar Louisa tidak terus menyalahkan dirinya.

"Makanlah dulu, Kakakku akan sangat marah apabila ia siuman nanti melihatmu menjadi kurus karena tidak mau makan. Kau harus ingat ada bayi kalian dalam perutmu saat ini, ia butuh asupan gizi yang cukup," cerocos Wilona memaksa Louisa agar mau makan.

Selama beberapa hari ini ia tidak memikirkan kesehatannya, ia selalu ingin berada di dekat Roy. Louisa pun akhirnya mendengarkan ucapan Wilona, ia pun memakan makanan yang di bawa oleh Wilona.

Tiba-tiba saja pandangan Louisa kini tertuju pada jari jemari Roy yang bergerak. Ia bangkit dari duduknya lalu menghampiri Roy, manik mata Roy menerjap. Ia membuka kedua matanya, ia melihat ke sekeliling.

"Kau bangun?" tanya Louisa begitu senang melihat Roy akhirnya siuman.

"Apa aku terlalu lama tertidur?" tanya Roy lagi.

"Ya, Kakak tertidur seperti pangeran tidur yang berharap dicium oleh sang putri," ejek Wilona sambil melirik kearah Louisa.

"Tapi aku tidak merasakan sebuah ciuman saat aku tertidur," jawab Roy terkekeh.

Wilona memanggil Dokter untuk memberitahu bahwa Roy kini sudah terbangun. Louisa membantu Roy yang ingin merubah posisinya menjadi duduk. Louisa memeluk Roy, ia menangis dalam pelukan suaminya.

"Hey, kenapa kau menangis?" tanya Roy.

"Kau membuatku takut," balas Louisa masih tetap memeluk suaminya.

Roy mengurai pelukannya, ia lalu menangkup wajah istrinya menatapnya penuh cinta, "Aku sekarang baik-baik saja, sudah jangan menangis".

Roy menghapus air mata yang membasahi pipi Louisa, ia mendekatkan wajahnya dengan wajah Louisa. Jarak mereka kini sangat dekat, kedua hidung mancung mereka kini bahkan saling bersentuhan.

Entah siapa yang memulai kini keduanya saling berciuman, seolah meluapkan rasa rindu beberapa hari tidak bertemu. Mereka tidak sadar ada banyak orang yang melihat adegan ciuman mereka saat ini.

Nyonya Walker dan Wilona tertawa kecil melihat tingkah laku pasangan suami istri itu. Ciuman mereka terlepas ketika mendengar suara seseorang berdehem.

"Sepertinya kita datang di waktu yang tidak tepat," ucap Dokter Kean tersenyum mengejek.

Wajah Louisa memerah karena ketahuan mencium suaminya yang masih menjadi pasien saat ini. Sementara Roy kembali pada mode awalnya cuek saja.

Dokter Kean pun mulai memeriksa kondisi Roy setelah mendapatkan izin dari mereka.

"Ternyata kau jago juga didalam berciuman, kupikir kau ahli bertarung saja!" ejek Dokter Kean.

........

Jangan lupa like komen dan vote bestie 💕 Calangheyo 🤗