Squel "My Sexy Secretary"
Berjudi dan mabuk-mabukkan merupakan hobi ayah Alicia sejak mendiang ibunya masih ada. Hingga pada suatu hari, sang ayah—Rendra—kalah dalam judi, dan harus berhutang sana-sini. Karena tidak memiliki uang untuk membayar, akhirnya Alicia menjadi korban ketamakan Rendra.
Dia dijual kepada pengusaha kaya. Dan dipaksa mengandung benih pria itu. Namun, setelah dia berhasil melahirkan. Dia justru mendapati kenyataan pahit, sebab di saat Alicia membuka mata, dia telah kehilangan segalanya.
Anak kembarnya telah dibawa pergi entah ke mana. Dan karena itu semua, membuat Alicia bertekad untuk mengambil kembali apa yang dimilikinya.
Akankah Alicia berhasil?
Salam anu 👑
Ig @nitamelia05
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24. Canggung
Dan di sinilah mereka sekarang, berdiri dengan kecanggungan yang melanda. Karena mau tidak mau mereka harus satu kamar. Di luar sana hujan turun dengan lebatnya, bahkan beberapa kali kilat menyambar, menunjukkan cahaya terang yang membuat beberapa orang ketakutan.
Termasuk Renata, dia sedikit mengernyit ketika melihat cahaya itu dari jendela. Sementara Lee berdiri mematung, seperti tak bisa berkata-kata.
Dia menelisik beberapa sudut ruangan, dan kamar ini memang disiapkan untuk pasangan yang sedang berbulan madu. Bahkan di sana ada kursi yang disediakan untuk bercinta, serta aroma khas yang membuat gairah membuncah.
Astaga, Lee seperti ingin gila!
Sumpah demi apapun, belum apa-apa dadanya sudah bergemuruh hebat. Akan tetapi dia tidak boleh sembrono, apalagi Renata adalah sekretarisnya. Orang baru yang tiba-tiba masuk ke dalam kehidupannya.
"Kamu mandi duluan saja. Handuknya ada di dalam lemari. Biar aku turun ke bawah untuk mengambil makan malam," kata Lee akhirnya, memecah keheningan yang tercipta di antara mereka berdua.
Dia menampakkan wajah cool, agar Renata tidak tahu kalau dia pun sedang gugup.
"Tapi bagaimana dengan pakaian saya, Tuan? Bukankah saya tidak membawa baju ganti?"
Renata bertanya seperti itu, karena Lee belum sempat memberikan pakaian yang sudah dijanjikan. Namun, sayangnya Lee lupa, karena mereka langsung mencari penginapan gara-gara hujan yang semakin deras.
Lee mencoba berpikir, dia tidak mungkin membiarkan Renata terus-menerus memakai pakaian itu, karena pakaian Renata sempat basah saat mereka turun ke jalan. Lagi pula pakaian itu sudah kotor dan bercampur keringat.
"Pakai pakaianku dulu," kata Lee yang membuat Renata langsung mendelik.
"Maksudnya?"
"Iya di dalam koper ada dua pakaian yang selalu aku tinggalkan di kantor, untuk mengantisipasi hal seperti ini. Kalau kamu tidak keberatan, pakai saja dulu, besok kita langsung beli," jelas pria itu, karena dia tidak tahu harus bagaimana. Sementara hujan seperti tak mau berhenti, membuat mereka terjebak dan jadi serba salah.
Renata menganga, karena merasa situasi ini sangatlah menyebalkan. "Tapi, Tuan."
"Aku hanya tidak ingin kamu sakit. Karena itu semua akan menghambat pekerjaanku. Jadi, segeralah mandi, jangan lupa untuk memakai air hangat."
Renata menimang-nimang, dan apa yang dikatakan Lee semuanya benar, jika dia tidak ganti baju, dia bisa masuk angin dan berakhir sakit. Sungguh itu semua akan sangat merepotkan.
Akhirnya tanpa bicara dia pun segera membuka koper kecil yang Lee bawa, lalu mengambil satu kemeja pria itu yang berwarna hitam, agar tubuhnya tidak terawang.
Sementara Lee memutuskan untuk keluar, dia memberikan privasi pada Renata, agar wanita itu cepat-cepat membersihkan tubuhnya.
Padahal bisa saja dia memesan beberapa makanan dan menunggu di kamar.
***
Malam itu, Renata benar-benar memakai baju kemeja Lee, karena cukup kedodoran, kemeja tersebut berhasil menutupi kedua paha mulusnya.
Namun, tetap saja Renata kembali menutupnya dengan handuk kering, agar Lee tidak berpikir bahwa dia sedang tebar pesona.
Padahal sedari tadi Lee sudah curi-curi pandang. Akan tetapi dia berusaha menahan diri untuk tidak berlaku lebih.
Mereka berdua makan malam bersama, tetapi tak ada satupun yang bersuara. Mereka sama-sama bungkam, dan fokus pada makanan masing-masing.
Hingga setelah semuanya beres, Lee langsung menyuruh wanita itu untuk tidur. Karena dengan begitu, pagi akan cepat datang. Dan mereka tidak perlu canggung satu sama lain.
"Kamu saja yang tidur di ranjang, biar aku yang di sofa," ujar Lee saat Renata membereskan bekas makanan mereka berdua. Bukannya menolak, Renata justru langsung mengangguk setuju, biarkan saja pria jahat itu sedikit menerima pembalasan darinya.
Ya, setidaknya dia tidur nyenyak malam ini, sementara Lee tidak akan merasa leluasa, karena tidur di sofa.
"Baik, Tuan."
Lee sedikit mengernyit, ketika melihat sunggingan senyum kecil yang menghiasi bibir Renata. Namun, karena tak ingin ambil pusing dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Setelah Lee menghilang dari pandangan Renata. Wanita itu segera naik ke atas ranjang, dia menarik selimut hingga menutupi semua tubuhnya, hanya kepala saja yang menyembul.
"Hah, dia pikir aku akan menolak? Tidak! Biar saja dia tidur di sofa, walaupun empuk tapi kan di sana susah bergerak. Malam ini aku harus tidur nyenyak, dan tidak boleh berpikir macam-macam," gumam Renata sambil melirik ke arah pintu kamar mandi yang tertutup rapat.
Dia pun berusaha untuk memejamkan mata, tetapi nyatanya pikiran wanita itu berkelana ke mana-mana. Renata takut, Lee akan berbuat yang tidak-tidak padanya ketika dia sedang tidur. Astaga, kenapa pikirannya jadi kotor seperti ini?
"Apakah selama ini dia bermain dengan banyak wanita? Cih, menjijikkan!" gerutu Renata tiba-tiba, seraya memiringkan badannya. Entah kenapa dia jadi merasa kesal.
Sementara Lee yang sudah menganggap bahwa Renata tidur, keluar dengan menggunakan handuk. Dan suara decitan pintu itu, membuka jantung Renata seperti ingin copot.
Dia melirik pelan ketika mendengar suara langkah kaki Lee. Tepat pada saat itu juga, Renata meneguk ludah dan menahan nafas. Dia membeku setelah melihat Lee bertelanjang dada.
"Dia benar-benar sudah tidur?" tanya Lee pada dirinya sendiri, ketika melihat Renata berbaring dengan tubuh yang tidak terlihat sedikitpun.
Lee segera berganti pakaian, dan ikut berbaring. Dan tentunya di tempat yang berbeda, yaitu di sofa. Kini ruangan itu hanya terlihat remang-remang, karena Lee sudah mematikan lampu utama.
Sementara malam semakin bergerak menuju fajar. Hawa dingin semakin menyeruak, karena hujan bertambah semakin besar dengan petir yang tak berkesudahan.
Semakin Lee memejamkan mata, dia terus terbayang wajah Alicia, hingga membuat sesuatu dalam tubuhnya meronta-ronta. Dan di saat itu, Lee mendengar rintihan dari atas ranjang, dia melirik ke arah Renata.
Suara nafas menderu, seperti orang yang sedang ketakutan. Menyadari itu Lee segera bangkit dan menyalakan lampu, dan terlihat Renata sedang menutupi kedua telinganya.
"Re, kamu kenapa?" tanya Lee dengan cemas, dia duduk di sisi ranjang sementara Renata tetap menutup matanya rapat-rapat. Dari kecil dia sangat takut dengan petir, dulu sang ibu akan selalu menenangkannya, tapi sekarang tidak ada siapapun kecuali Lee.
"Re, jawab pertanyaanku, kamu kenapa? Apakah kamu mimpi buruk?"
Lee memberanikan diri untuk menyentuh bahu Renata, dengan reflek wanita itu langsung memegang pergelangan tangan Lee. "Aku takut, aku takut suara itu."
Seperti sudah kehilangan kendali, Lee langsung naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Renata. "Jangan khawatir, tidak akan ada apa-apa."
"Tuan, aku benar-benar takut, jangan tinggalkan aku," balas Renata dengan suara nafas yang semakin memburu. Seperti De Javu, Lee merasa pernah mendengar suara dan kalimat ini dari sosok wanita yang sudah sangat lama dia cari.
Alicia?
gk mommy
jdi kurang klop klo panggilan nya ibu
meski dalam hati