After Married

"Makanya, jangan sok kuat. Apa gunanya punya suami tampan dan kuat kalau gak kamu manfaatin hem?"

Seharian penuh, Nisa sama sekali tidak menyentuh pekerjaan rumah. Biasanya ia mencuci piring atau gelas bekas pakai mereka berdua. Atau sekedar membuang sampah. Tapi kini, seharian penuh dirinya hanya berdiam diri di tempat tidur dan sofa. Itupun tanpa berjalan kaki, karena Bastian terus menggendong nya.

"Bas, aku itu sehat loh. Aku bukan lumpuh! kenapa seolah olah kamu memperlakukan aku seperti seseorang yang lumpuh! " cetus Nisa langsung memanyunkan bibir dengan kesal.

"Aku tidak menganggap mu begitu," jawab Bastian dengan santai sambil mengupas jeruk dan menyuapkan nya ke mulut Nisa.

"Aku bisa makan sendiri!" Nisa hendak mengambil buah di tangan Bastian, namun dengan cepat laki laki itu menghindar dan menepis tangan Nisa.

"Diem dan nikmati. Susah banget sih!"

Akhirnya Nisa kembali merebahkan kepala nya pada paha Bastian dan menikmati drama yang sejak tadi ia abaikan karena perdebatan nya dengan Bastian.

...****...

"Michele!" panggil nya saat melihat sahabat nya mulai memasuki kafe.

"Sorry lama, tadi mesti nungguin Chila dulu." kata Michele dan langsung menyaut minuman di depan nya.

"Itu minuman gue woy!"

"Bodo ah, kelamaan mau pesen. Gila panas banget di luar tadi tuh! macet!"

"Hay Arsy!" sapa seorang anak laki laki yang seumuran dengan Chila, ia baru saja kembali dari toilet dan saat hendak duduk ternyata tamu yang ia tunggu sudah datang.

"Astaga, lo bawa tuyul?" Michele langsung menatap sahabat nya terkejut.

"Iks, Ken bukan tuyul!" saut bocah laki laki itu yang tak lain adalah Kenzo, keponakan dari suami Nisa.

"Tau nih Mama, kenapa seneng banget sih manggil Kenzo, tuyul!" cetus Chila membela Ken membuat anak laki laki itu langsung tersenyum lebar.

"Bela aja terus La, gapapa kok." cibir Michele menggelengkan kepalanya membuat Nisa merasa sangat ingin tertawa.

"Oh iya, jadi gimana?" tanya Nisa mengalihkan pembicaraan.

Tujuan keduanya bertemu di J&F kafe adalah untuk membicarakan tentang pertemuan tak sengaja Nisa beberapa waktu lalu dengan salah satu sahabatnya.

"Lo yakin kalau itu Rara?" tanya Michele mulai dalam mode serius.

"Justru itu, gue kurang yakin makanya gue ajak elo!"

Beberapa hari yang lalu, saat Nisa pergi ke rumah sakit suaminya, ia tanpa sengaja melihat seorang wanita seumuran nya tengah berlari sambil menangis menyusuri koridor rumah sakit. Nisa ingin mengejar untuk memastikan, namun panggilan dari Ken membuat nya urung. Dan saat ia mencari kembali, ternyata dia sudah tidak menemukan orang yang dia cari.

"Kenapa lo gak tanya aja sih sama laki lo? bukannya dia anak pemilik rumah sakit?"

"Iya, tapi gue belum sempet nanya. Dia lagi sibuk akhir akhir ini, dan gue gemes banget pengen cepet mastiin." kata Nisa menghela nafas nya berat, "Gue udah dapet alamat nya, bukan nama dia sih. Ini alamat orang yang kayaknya dia anter ke rumah sakit waktu itu."

Michele langsung mengambil secarik kertas dari tangan Nisa, membaca nya seolah mengingat barang kali ia tau alamat siapa. Namun ternyata asing, dia belum pernah tau alamat yang di maksud oleh Nisa.

"Terus kita gimana? kita jalan ke sana gitu berdua?" tanya Michele seolah tak yakin.

"Iyalah berdua. Ya kali cuma gue sendiri! buat apa gue ngajakin elo!" sungut Nisa begitu kesal karena Michele malah seolah menolak untuk pergi berdua.