Don'T Forget

Hana berjalan terburu-buru keluar menuju lobi hotel. Ia melangkah cepat menuju area parkir hingga ujung dress-nya kembali terinjak sepatu. Keseimbangannya hilang dan ia terjatuh ke lantai.

Hana meringis kesakitan. Ia memegang pergelangan kakinya yang masih terpasang sepatu sambil meringis kesakitan. Tiba-tiba air matanya menggenang. Namun, tangisan ini bukan karena ia terjatuh atau kakinya terkilir. Entah apa yang membuatnya menangis. Ia pun tak mengerti. Ia mencoba berdiri, tetapi kakinya sulit untuk digerakkan.

Yu menghampirinya. Hana mendongak dan melihat bodyguard-nya itu telah berdiri di hadapannya. Sepasang matanya membulat seketika. Meskipun ia masih dalam kondisi mabuk, tetapi ia dapat melihat jelas wajah Yu. Hal ini membuatnya merasa sangat malu.

Yu mengambil posisi berlutut dengan salah satu kaki terlipat di depan gadis itu. Dengan pelan ia membuka sepatu high heels Hana dan melakukan pemijatan lembut. Hana menjerit kesakitan sambil menahan tangan pria itu agar berhenti menyentuh kakinya.

Yu memandangnya dengan penuh khawatir. "Apa terasa sangat sakit?"

Dengan tetap memegang tangan Yu, Hana menganggukkan kepala sembari menggigit bibir bawahnya.

"Sepertinya kakimu terkilir," ucap Yu penuh keseriusan.

"Tinggalkan saja aku!" Hana memalingkan wajahnya. Dari samping, Yu dapat melihat air mata gadis itu menetes secara perlahan.

"Tidak bisa! Aku bodyguard-mu, ditugaskan untuk menjagamu!" tolak Yu.

"Aku tidak butuh bodyguard saat ini!" ketus Hana sambil mengusap air matanya.

"Kalau begitu, aku adalah temanmu." Yu kembali bersuara.

Hana bergeming sesaat. Ekor matanya diam-diam mencuri pandang ke arah Yu. Sementara Yu menatap dalam ke arahnya.

"Summimasen, aku harus lakukan ini."

Yu lalu membopong tubuh Hana. Gadis itu tampak terkejut berada di pelukan bodyguard-nya. Yu terus berjalan menuju mobil sambil membopong Hana. Sepasang mata gadis itu tak berkedip memandang lurus ke wajah tampan.

"Apa yang kau lihat?"

Meskipun pasangan Yu lurus ke depan, tampaknya ia menyadari jika Hana terus menatap kagum ke arahnya.

"Melihatmu. Melihat wajahmu yang tampan," jawab Hana dengan tetap memandangnya.

Wajah Hana merona seketika. Entah dia mengatakan itu dalam kondisi sadar atau masih dalam keadaan mabuk. Namun, ketampanan Yu fakta adanya. Dia adalah pria matang yang memiliki kharisma luar biasa. Setiap wanita akan jatuh hati padanya entah karena pesonanya atau karena sosok dingin yang ia miliki.

Masih tetap menggendong Hana, Yu membuka mobil lalu mendudukkan Hana di kursi samping pengemudi dengan hati-hati. Ia memasang sabuk pengaman di tubuh gadis itu. Hana merasa diperlakukan seperti seorang putri raja, begitu lembut.

"Aku akan mengantarmu pulang," ucap Yu sambil menutup pintu mobil lalu memakai sabuk pengaman pada dirinya sendiri.

"Jangan! Aku tidak mau pulang." Hana memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil.

Yu menoleh padanya. "Jadi, ke mana kalau begitu?"

"Terserah kau mau bawa aku ke mana. Yang penting saat ini aku tidak mau pulang!"

Yu terdiam sesaat. Namun, ia memutuskan mengendarai mobil meninggalkan tempat acara tersebut. Sepanjang jalan mereka hanya saling diam. Hana terus menatap ke arah jendela mobil sambil bersandar malas di kursi mobil. Sudut matanya kembali berair saat mengingat pernikahannya.

Padahal, mereka hanya menikah paksa. Mengapa dia begitu sakit hati? Padahal, belum ada cinta di hati mereka masing-masing, tetapi mengapa ia merasa seperti dikhianati? Apakah karena ikatan pernikahan yang membuatnya memiliki reaksi berlebihan seperti ini?

Sebuah lagu sendu yang dinyanyikan oleh Ken Hirai mengalun lembut mengisi mobil. Membawa ingatan Hana kembali pada waktu ia masih bersama Sano. Seorang pria baik yang mencintainya dengan tulus.

"Hana-chan, happy anniversary ke 5 tahun," ucap pria itu sambil membawakan kue tart kecil berwarna merah muda.

"Astaga, aku hampir lupa jika hari ini adalah hari kita berdua." Hana membulatkan matanya saat menerima kejutan kecil dari kekasihnya.

Hana dan Sano sama-sama meniup lilin lalu membuat harapan untuk hubungan mereka ke depan. Keduanya mengepalkan tangan mereka masing-masing untuk berdoa. Sano menatap lembut Hana yang masih memejamkan mata dengan tangan mengepal ke depan.

Sano tersenyum, dengan perlahan ia melangkah memosisikan tubuhnya di belakang Hana. Lalu mengambil sebuah kalung bermata hati yang terpotong. Ia memasangkan kalung itu ke leher wanitanya dengan lembut. Hana yang masih memejamkan mata, perlahan membuka matanya dan terkejut saat sebuah kalung cantik telah terpasang di lehernya. Ia menoleh ke belakang dan mendapati kekasihnya tersenyum sambil memperlihatkan kalung serupa di lehernya sendiri.

"Hana-chan, menikahlah denganku saat kau tamat kuliah nanti!"

Hana masih bergeming dengan mata membesar. Apakah kekasihnya sedang melamarnya? Sontak bibir tipisnya melengkung sempurna membentuk sebuah senyuman.

"Tentu. Tentu aku akan menikah dengan Sano-kun!" ucap Hana dengan mata yang berbinar cerah.

Lamunan Hana akan masa lalunya bersama Sano buyar ketika mobil telah berhenti. Hana menatap ke depan dan melihat lokasi taman yang sepi. Ia menoleh ke arah Yu yang dengan santai membuka sabuk pengamannya.

"Kau bilang tidak mau pulang, 'kan?" tanya Yu dengan senyum samar.

Hana mengangguk. Lalu memilih keluar dari mobil. Dengan tertatih, ia langsung berjalan masuk ke lokasi taman bermain. Gadis itu melihat ayunan yang terletak di taman, lalu berjalan susah payah dan duduk di ayunan. Yu ikut menghampirinya. Ia mengayunkan ayunan yang dinaiki Hana hingga gadis itu melayang tinggi ke atas.

"Ini sangat menyenangkan!" ujar Hana senang ketika Yu terus mengayun ayunan hingga ia melayang tinggi.

Rambut hitam Hana ikut melayang di tiup angin. Sejenak, seluruh kesedihannya seakan ikut terbang berganti kesenangan. Kondisi taman begitu sepi, hanya ada mereka berdua di sini.

Yu duduk di ayunan samping tempat Hana. Ia memandang langit malam yang begitu pekat berhias bintang.

Hana kembali menatap wajah Yu secara seksama. "Yu-kun, apa kau senang jadi bodyguard-ku?"

Yu menoleh ke samping, menatap mengernyit ke arah gadis itu. "Kenapa kau mengatakan itu?"

"Aku khawatir membuatmu repot selama menjadi bodyguard-ku," jawabnya.

Yu menarik sudut bibirnya dan tertawa kecil. "Ini adalah pekerjaanku."

Yu memilih berdiri. Hana pun ikut berdiri. Pria itu berjalan menelusuri taman yang begitu sepi dengan lampu penerang yang samar-samar. Hana masih terus mengekornya. Keduanya berjalan ke sisi sungai kecil yang tak jauh dari taman.

Tiba-tiba segerombolan pria berbadan tegap dengan pakaian serba hitam datang menghadang mereka. Hana terkejut ketakutan dan langsung bersembunyi di belakang punggung Yu. Pria-pria itu kini telah mengepung mereka membuat Hana makin ketakutan dan meremas lengan bodyguard-nya. Ia mendadak gugup dan telapak tangannya mengeluarkan keringat yang sedingin es.

"Menyingkirlah cepat dan masuk ke dalam mobil!" Bisik Yu dengan tenang.

Hana menggelengkan kepalanya. Lututnya bergetar hebat saat melihat ekspresi kejam salah satu gerombolan pria itu.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu. Mereka terlalu banyak untuk kau lawan. Ayo kita lari bersama!" Hana sangat ketakutan dan panik.

Ketika semua pria makin mendekat ke arah mereka, Yu melihat salah satu lambang yang dipakai pria-pria itu. Dari lambangnya, seharusnya mereka adalah orang-orang dari geng Naga Api!

Yu langsung berjongkok sambil berkata, "Ayo naik ke punggungku!"

"Yamashita Yu, kamu?"

"Cepatlah naik!"

Sebuah perintah dengan suara berat dan wajah yang begitu serius datang dari Yu.

.

.

.

.

.