Cinta Pria Introvert

Di dalam mobil Kikan tampak tidak tahu harus berkata apa. ia agak canggung karena akan pergi menonton berdua dengan Evan.

"Van, pasti kak Jerry memaksa mu untuk menemani ku menonton ya, gak apa-spa kok Van, kalau kamu gak bisa, jangan di paksakan."Ujar Kikan.

Evan yang mendengar menoleh ke arah Kikan sembari fokus menyetir.

"Jadi, Kita harus pulang?, dan kedatangan ku saat ini disini tidak ada gunanya."Ucap Evan datar.

Ucapan Evan sedikit menyinggung Kikan, namun di hati Kikan juga merasa bersalah karena sudah menyusahkan Evan hingga membuat nya harus ke sini di hari libur seperti ini.

"Lagian, aku juga suka dengan film ini, anggap saja kita saling membantu, kau membayarkan tiket ku, dan aku menemani mu nonton."Ucap Evan dan Membuat sedikit kelegaan di hati Kikan.

Kikan tersenyum tipis dan menoleh ke arah luar jendela, dan Evan menoleh dan tersenyum tipis.

Tiba-tiba ponsel Kikan berbunyi dan lekas Kikan mengambil nya dari dalam tas nya untuk melihat siapa yang menghubungi nya.

Kikan terheran karena ia tak tahu nomor siapa yang menghubungi nya, karena nomor yang tidak ia kenal.

"Siapa ya." Gumam Kikan. memperhatikan ponsel yang berbunyi bergitu lama. hingga sambungan telefon itu terputus, Evan ikut bertanya-tanya siapa yang menghubungi Kikan karena Kikan mengacuhkan nya.

Saat bunyi kedua kali nya, Kikan pun mengangkat telefon itu.

"Hallo."

"Hai Kikan, kau kenal aku?."

'Siapa ya, maaf aku tak kenal nomor mu."Saut Kikan.

"Aku Aldo."Ucap Aldo tersenyum.

"Aldo." Menyebut nama Kikan membuat Evan ikut menoleh kaget, karena Aldo bisa menghubungi Kikan.

Kikan juga sangat tekejut karena Aldo bisa memiliki nomor nya dan menghubungi nya, sementara Evan saja tidak pernah menghubungi nya dan mungkin saja ia tak punya nomor Kikan pikir Kikan.

"Kamu tahu dari mana nomor ku, aku rasa tak pernah memberikan nya pada mu?." Tanya Kikan.

"Ada dech."Balas Aldo.

Kikan tersenyum mengeleng-gelengkan kepala nya. "Ada apa kau menghubungiku?."Tanya Kikan.

"Kau sedang dimana?." Tanya Aldo.

"Aku lagi di jalan ke bioskop."Balas Kikan.

"Oh iya, kenapa tak mengajak ku, kau pasti ingin menonton film A kan."Ucap Aldo menebak.

"Kau tahu dari mana?." Tanya Kikan tersenyum.

"Tentu saja aku tahu, apa sih yang aku tak tahu soal kamu."Ucap Aldo membuat Kikan mendengar agak geli dengan gombalan Aldo.

Kikan lalu menoleh ke arah Evan dan melihat Evan tampak datar saja, tapi seperti tidak nyaman. "Apa dia cemburu?." batin Kikan.

"Apa yang kau pikirkan Kikan, mana mungkin dia cemburu." Kikan memaki dirinya sendiri.

"Kikan."Panggil Aldo karena Kikan terdiam.

"Em Do, sudah dulu ya, kami sudah mau sampai, kalau kau mau ikut, kau menyusul saja, masih ada setengah jam lagi."Balas Kikan.

"Benarkah?, baiklah, aku akan segera kesana."Balas Aldo dengan semangat.

Setelah mematikan sambungan telefon, Kikan memasukan kembali ponsel nya di dalam tas. "Kau kenapa mengajaknya?." Tanya Evan.

"Kenapa?, bukan kah dia sahabat mu."Balas Kikan heran.

"Dia bukan laki-laki yang baik ,jangan terlalu dekat dengan nya."Ucap Evan.

"Kau menjelekan sahabat mu sendiri?."Tanya Kikan lagi. bertepatan dengan Mobil Evan yang masuk ke area parkir.

Evan menghentikan mobil nya menatap Kikan. "Karena dia sahabat ku, dan aku kenal dia, aku hanya mengingatkan mu."Balas Evan dan turun dari mobil.

Kikan yang melihat sorotan tajam mata Evan yang dingin membuat Kikan jadi agak terkejut dan sejenak terdiam.

Evan yang sudah turun dan berdiri di depan mobil menatap Kikan, hingga Kikan menyadari dan lekas turun dari mobil.

Kikan berjalan di belakang Evan, Kikan sangat canggung untuk berjalan sejajar dengan laki-laki itu. Hingga membuat Kikan tertinggal cukup jauh. Evan yang menoleh kebelakang menghela nafas melihat Kikan dan lekas Kikan berlari kecil untuk menghampiri Evan.

"Bisa kah jalan lebih cepat?." Tanya Evan.

"I -Iya." jawab Kikan gugup.

Namun meski begitu, tetap saja Kikan tertinggal dengan langkah Evan yang menurut nya lebar dengan tinggi badan 173cm. Evan yang merasa Kikan terus-terus tertinggal memegangi tangan Kikan dan mengajak nya berjalan sejajar agar tak tertinggal lagi.

Mall yang begitu ramai membuat Kikan merasa tidak nyaman, Evan lalu mendekap wanita itu dan berjalan menyusuri menaiki eskalator. tentu saja perlakuan Evan sekarang ini membuat Kikan sangat terkejut. namun ia tak bisa berkata apa pun dan hanya bisa diam dan mengikuti langkah laki-laki itu.

"Astaga jantung ku, semoga saja dia tak mendengar nya."Batin Kikan.

Hingga mereka sampai di lantai atas, Evan melepaskan rangkulan nya pada Kikan, namun tidak dengan tangan nya, ia terus memegangi tangan Kikan sampai mereka sampai mereka masuk area mengantri.

"Van, aku mau beli minuman dan cemilan untuk makan di dalam."Ucap Kikan.

"Baiklah, aku akan menunggu disini."Balas Evan dan Evan yang menyadari tangan Kikan masih ia pegangin sampai sekarang lekas melepaskan nya.