Aku Juli si Dewa Pengetahuan, begitulah mereka mengenalku di kehidupan sebelumnya. Aku manusia terakhir yang berdiri diantara langit dan bumi yang bertarung seorang diri selama 100 tahun melawan lima Dewa Kaisar Siluman,
Tujuan perjuanganku hanya satu! Yaitu untuk mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik bagi umat manusia, akan tetapi perjuangan ku sia-sia karena musuh yang sebenarnya bukanlah mereka..
Setelah aku berpetualangan di Dunia Timur aku menyadari satu rahasia, musuh yang sebenarnya ialah 9 Dewa Kegelapan, Dewa yang sangat mengerikan, Dewa yang tidak kenal belas kasihan, Dewa yang suka menindas dan membunuh Dewa Dewa yang lemah.
Sahabat! Aku Juli berjanji! Akan mengumpulkan kalian semua.. Perjuangan masih belum berakhir, sebelum dunia ini aman sejahtera dan makmur sentosa.. atau kita mati bersama dengan damai..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bang Fuadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 23. Neraka Para Dewa
Dalam Istana Misterius
Hana mengikuti Juli terus menelusuri lorong hingga sampai pada ruang tangah istana, sesaat Hana terpana melihat banyaknya intan permata yang tak ternilai di ruang itu, di sisi kiri dan kanan banyak berjejeran arca-arca Bangsa Bunian Barat dipajangkan, di langit-langit istana terdapat sebuah bola bumi besar yang berputar-putar di selubungi oleh aray pelindung terbentuk dari tulisan-tulisan kuno.
Hana memperhatikannya secara seksama Bola Bumi itu dan ia yakin pasti suatu rahasia besar tersembunyi di dalamnya.
Hana menoleh kearah Juli yang lagi membaca tulisan-tulisan kuno yang tertulis pada sebuah artefak batu di tengah ruangan,
“Senior! Lihat lah! Di langit-langit itu ada bola dunia misterius yang melayang-layang, aku sangat yakin ini ada kaitannya dengan tatanan dunia ini” Hana menunjukkan kearah langit-langit dalam ruangan tempat bola dunia itu berada,
‘Apa Senior Juli tahu? Ini semua berkaitan dengan peradaban masa lalu dunia ini dan berkaitan dengan munculnya bangsa-bangsa siluman dan Sembilan Dewa Kegelapan’ batin Hana bertanya-tanya karena kalau bukan ahli sejarah dunia pasti tidak tahu mengenai hal itu.
Juli senyum mendengar pendapat Hana, “Hm.. Begitu ya? Oya Hana! Kau jangan menyentuh benda apapun disini, dan yang kau lihat itu adalah Bayangan Dunia yang kita tinggali ini.. Dahulu kala orang-orang mempelajari dunia langsung melihat ke dalam dunia itu sendiri lewat Bayangan Dunia, dengan demikian seseorang yang berhasil menguasai Bayangan Dunia dia akan mengetahui segala sesuatu yang ada di bumi ini, namun sayang! Yang kita lihat itu bukanlah yang aslinya” Jelas Juli santai.
“Apa?!” Hana terkejut saat mendengar penjelasan Juli, ‘Sebenarnya siapa dia? Sehebat apakah pengetahuannya? Kalau ia dapat memahami ini setidaknya Pengetahuannya menyamai pengetahuan ayahanda, tidak! Mungkin menyamai Ahli Kitap Khairil di Kekaisaran Langit, itu sungguh luar biasa’ batin Hana mulai menerka-nerka.
“Senior, bagaimana kau bisa tahu sebanyak itu? Masalahnya ini tulisan kuno, saya pun tidak tahu dari bangsa mana tulisan ini berasal” Jelas Hana dengan nada serius.
Juli senyum, “Hana.. umur mu masih tujuh tahun, kau tidak mungkin lebih pintar dari ku.. wajar saja kalau kamu tidak mengetahui ini.. karena kamu bahkan belum pernah membaca Kitab Sejarah Dunia Kuno, dan mengenai kerajaan Bunian Barat itu jelas tercantum di halaman 220 ribu sampai halaman 370 ribu” jelas Juli dengan santainya.
Hana termundur beberapa langkah karena kaget, ‘Sebenarnya aku memiliki ‘Mutiara Ruang Waktu’ dan aku terus belajar didalamnya lebih dari seratus tahun, dan bila perbandingan dengan waktu di dunia ini, sepuluh tahun di dalam Mutiara Ruang Waktu hanya sehari di dunia, aku bahkan telah belajar disana lebih dari sepuluh sehari, dan membaca hampir semua kitab di perpustakaan langit akan tetapi bagaimana anak ini jauh lebih pintar dari ku, atau jangan-jangan dia juga memiliki Mutiara Ruang Waktu Seperti ku’ Batin hana mulai curiga.
“Senior Juli aku belum pernah mendengar kitab itu lalu dimana cara ku bisa memperolehnya” Hana terlihat serius.
Juli terlihat serius membaca Artefak di ruangan tengah itu, namun saat Hana bertanya ia berhenti membaca dan menjawab pertanyaan Hana,
“Hana! Kitab itu berada di Dunia Timur, milik Yona seorang Putri Peri Utara dan aku berjanji padamu, kelak aku akan memohon pada Yona agar ia berkenan meminjamkan kitab itu kepada mu untuk beberapa hari saja” jelas Juli yang sedang melihat serius pada Artefak yang ditemuinya.
“Beberapa hari… bukan kah buku itu sangat tebal? senior tadi bilang untuk halaman Bangsa Bunian saja hampir mencapai satu juta, lalu seberapa besar bukunya” Hana semakin penasaran dengan sikap aneh Juli.
“Eh! Itu Buku Memori, bentuknya seperti kristal, kau tinggal bilang halaman berapa, secara otomatis halaman itu akan muncul dengan sendirinya, bukan berbentuk lembaran.. Hana… Dunia ini telah maju dan canggih, bukan jaman batu.. lihat tu.. ribuan tahun lalu saja bangsa Bunian sudah bisa menciptakan bayangan Bumi” Jelas Juli menunjukkan ke atas langit-langit,
Mendengar penjelasan Juli hana kaget dan tersipu malu, ‘Aih..! Aku benar-benar bodoh selama ini, ku kira aku anak jenius.. rupanya bukan, tapi mengenai Senior Juli sedikit aneh… Aku bahkan tadi dalam terowongan sempat menggunakan Kristal Pengetesan Jiwa padanya, dan hasilnya ia benar-benar berumur delapan tahun dan ia pun benar-benar belum memasuki ranah budidaya tubuh sama sekali, walaupun hanya satu titik putih, cuma… yang saya heran, kenapa orang secerdas dia tidak bisa meningkatkan budidaya tubuhnya ya? Aku semakin heran memikirkannya, apa mungkin dia hanya mempelajari sejarah saja? Ah! Kurasa begitu’ Pikir Hana terpaku sejenak.
Hana mencoba memperhatikan Juli yang agak lama berdiri di depan Artefak bertuliskan tulisan kuno itu, wajah Juli terlihat sangat serius saat membacanya,
“Senior Juli telah membacanya sangat lama, apa isi Artefak ini sebenarnya?” Hana menjadi sangat penasaran.
Juli Berkata pelan, “Mijir iz kirma (Neraka Para Dewa)” nada suara Juli terdengar serius dan kini keringat dingin mengalir di keningnya.
“Apa itu Senior?!” Hana semakin penasaran.
Juli menarik napas panjang, “Kau tahu Hana? Bagaimana setingkat Dewa itu bisa disiksa dengan siksaan pedih hingga ia hilang jati dirinya dan bersedia bertekuk lutut menjadi budak untuk selamanya?” tanya Juli dengan nada serius.
Hana kaget “Tidak mungkin, itu bisa jadi benda terkutuk yang tidak boleh dimiliki oleh siapa pun di dunia ini” Hana langsung memberi komentarnya.
Juli menepuk pundak Hana sampai Hana agak kaget, “Hana, di bumi ini ada kalanya seseorang harus berkorban dan menggunakan benda terkutuk untuk kebaikan umat manusia, di tempat ini aku akan menaklukkan benda itu, ingat lah Jika benda ini sampai jatuh ke tangan para siluman maka dunia ini akan berada di ambang ke hancuran, dan di tangan kita lah keputusan itu sekarang” Jelas Juli pada Hana dengan nada serius.
Juli terlihat berpikir-pikir, ‘Dulu aku memiliki, Mutiara Neraka, dan aku telah menyeret musuh-musuhku semua ke dalamnya, tapi untuk tingkat para Dewa itu akan sulit bekerja, dan aku membutuhkan yang lebih mengerikan lagi penyiksaannya, dan lebih mudah cara kerjanya, dengan adanya Neraka Para Dewa di tangan ku.. aku bisa memperbaiki segala sistem di dunia ini, hanya saja sekarang aku akan benar-benar menjadi monster’ batin Juli yang mulai membuka bajunya.
Kini Hana terlihat bimbang tidak tahu apa yang mesti di lakukannya, apalagi saat ia lihat Juli telah melepas baju sekilas terlihat tubuhnya yang kurus terbungkus kulit putih bersih, Hana segera menghampirinya untuk menghentikan tindakan Juli yang memungkinkan berbahaya itu.
“Senior Juli, Sepertinya ini akan sangat berbahaya bagi mu, biar aku saja yang melakukannya, setidaknya aku telah berpangkat satu kuning” Hana menawarkan diri karena kasian melihat Juli yang mengorbankan diri untuk benda terkutuk yang juga belum jelas manfaatnya.
Juli senyum dan ia segera duduk bersila di depan artefak itu, “Hana! Kau tahu.. kau belum bisa mengatasinya.. sementara itu ini adalah hobi ku, Hana, sekarang menjauh lah sedikit karena aku akan bersiap” ucap Juli mulai menggigit urat nadinya tangan hingga berdarah.
Krek!
Sruuuuttt…
Darah keluar deras, ia segera menyalurkan darahnya ke lantai yang membentuk Pola tulisan kuno kemudian darah itu mengarah ke berbagai tempat mengisi seluruh pola.
Tiba-tiba di bawah tempat duduk Juli muncul api hitam kegelapan, perlahan lantai menjadi lumpur api hitam dan menelan apapun di sekitarnya bagai sebuah Pintu Portal ke dunia lain,
“Api Kegelapan! Apa ini? Ini sangat mengerikan” Hana kaget dan segera melompat beberapa langkah ke belakang sementara itu emas permata dalam ruangan tengah itu mulai terserap ke dalamnya.
“Aaakk,” Teriakan kesakitan Juli mulai dengar di mulutnya.
Juli segera mengeluarkan tekniknya bersamaan dengan meletakkan kedua tanganya ke dalam api hitam di lantai.
“Teknik Terlarang! Penyerapan Api Kegelapan!”
Teriak Juli dalam kobaran api kegelapan yang mulai membakar dirinya,
Wuss Wuusss
Tiba-tiba Api putih mulai bermunculan di sela-sela pori-pori tubuhnya kedua jenis api itu kini saling beradu satu sama lainnya dan saling mengalahkan, Juli berusaha keras menyatukan kedua jenis api itu.
Dalam penyatuan api putih dengan api hitam, sambaran petir mulai mengelilingi tubuh Juli rasa sakit yang tak tertahankan bisa terlihat oleh hana.
Hana sangat panik begitu melihat keadaan Juli sangat mengerikan, “Senior...!!!” teriak Hana mulai meremas kepalanya karena khawatir.
“Apa?! Kenapa bisa jadi begini? Apa yang harus ku lakukan, senior telah terbakar menjadi seonggok magma, ini tidak bisa ku biarkan, kalau aku tidak cepat bertindak, api kegelapan akan membakarnya hingga jadi debu”
Hana terus berjalan mondar-mandir mencari solusi, kepalanya terus diremas, ia sangat panik air mata mulai keluar membasahi pipinya,
“Tidak! Tidak! Sepertinya dia telah meninggal! Dasar! Kenapa aku bisa tidak berguna seperti ini” Teriak Hana yang kini jatuh tersungkur dan menangis tersedu-sedu saat melihat seniornya telah menjadi magma hitam yang tak berbentuk lagi.
“Kenapa? Kenapa orang-orang yang berusaha melindungi ku selalu mati? Sekarang aku menjatuhkan semua harapan ku padanya tapi sekarang ia pun meninggal, hik.. hik..” Hana duduk di lantai memeluk kedua lututnya, wajahnya menunduk dan menangis tersedu-sedu, sementara api kegelapan terus membakar Juli hingga menjadi debu berterbangan.
"Senior... tidak....."
“Tidak….!!!”
**