Diceraikan di malam pertamanya sebagai pengantin, membuat Embun terdiam dengan seribu bahasa.
Perceraian itu membuat ibunya kembali menjodohkan Embun dengan seorang tuan muda kaya raya. Mengetahui gadis itu pernah menikah dan bercerai, "Apa yang akan kau tawarkan agar aku mau menikahi mu?" seru tuan muda dingin itu padanya.
Waktu pun berlalu, tiga tahun kemudian setelah perceraian dengan Agra, mereka bertemu untuk pertama kalinya, "Milka, lihatlah betapa menyedihkannya dia. Selama tiga tahun ini apakah dia tidak bisa hidup dengan benar?" ejek Agra pada Embun, mantan istrinya.
Dia baru saja melempar bara api kehadapan istri seorang tuan muda Rendra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La_Sha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah Kontrak
"Silahkan duduk tuan, nona..." seru Alister lalu dia sendiri segera bergeser tepat di belakang tuan muda Rendra, menatap dengan ekspresi datar pada dua wanita yang ada di hadapannya itu.
Pesona seorang Alister juga tak kalah menariknya dari sang tuan muda, hanya saja sepertinya dia lebih menyebalkan dibandingkan tuan muda, juga terlihat lebih sulit untuk di dekati, tapi masa depan siapa yang akan tahu?
Setelah duduk saling berhadapan mulailah mereka masuk ke inti pembahasan, membahas kontrak kerjasama antar perusahaan.
"Naura, berikan padaku..."
Naura mengangguk dan segera memberikan sebuah map diatas meja, "Ini nona, silahkan."
"Rendra, ini adalah surat kontrak yang telah dibuat dengan banyak pertimbangan agar kita bisa saling menguntungkan."
"Alister akan memeriksanya terlebih dahulu," hanya itu yang ia katakan, tak lagi menanggapi perkataan Leony seperti yang wanita itu harapkan.
Sembari menunggu pemeriksaan selesai, pandangan mata Leony tertuju kepada Embun yang sedang duduk tepat disamping Rendra.
"Rendra, jika aku boleh tahu ... siapa wanita yang sedang duduk disamping mu itu?"
"Apa pentingnya untuk kau ketahui?" bersandar di sandaran kursi, santai, terlihat tak terbebani dengan kehadiran Embun.
Melihat respon Rendra yang seperti itu membuat Leony berasumsi jika Embun hanya sekedar rekan saja. "Nona, bolehkah aku tahu siapa namamu?"
"Embun Larasati," jawabnya dengan singkat.
"Oh," aneh sekali namanya, heran... apakah orang tuanya sudah kehabisan nama? Pft... di dalam hatinya dia sedang menertawai gadis itu, dan kalau pun dia mengetahui status Embun yang sebenarnya ... apakah Rendra akan diam saja? Tentu saja tidak.
Tak lama kemudian beberapa asisten chef dan pelayan datang dengan membawa troli menu, aroma yang terhirup di hidung mereka aaa benar-benar membuat lapar.
"Permisi nona, tuan, maaf mengganggu. Kami sudah menyiapkan makan siang untuk tuan dan nona," seru sang asisten chef itu dengan ramah sembari mempersilahkan para pelayan untuk menaruh jamuan makan siang di atas meja.
"Tuan muda, kontraknya sudah selesai saya tanda tangani."
Alister mengembalikan map itu kepada Rendra yang baru saja menggantungkan tangannya di udara, Rendra membuka kembali amplop itu lalu menandatanganinya.
"Kalian saja yang makan, silahkan," kemudian meninggalkan Leony dan Naura yang sudah dengan sengaja memesankan makan siang untuknya.
Embun pun segera berdiri saat melihat suaminya beranjak dari tempat duduk, dia mengangguk hormat pada Leony sebagai permintaan maaf.
Sementara Alister, dia masih mematung ditempatnya menunggui nona muda. Setelah nona beranjak barulah dia akan mengikutinya.
Leony yang mendapatkan perlakuan tak menyenangkan itu pun seketika merasa geram dengan mengepalkan erat tangannya di atas meja, "Sialan!" pekiknya dengan emosi, "Naura!"
"I- iya nona?"
"Cepat cari tahu siapa wanita jelek itu. Kenapa dia bisa bersama dengan Rendra?!"
"Akan segera saya cari tahu, nona."
Di luar restoran tepatnya di dalam mobil yang mulai melaju meninggalkan area parkir, Rendra terlihat sangat kesal.
Dia membuang pandangannya ke arah luar jendela, tanpa menatap Embun, "Siapa yang menyuruhmu bicara?"
"Maafkan saya, tuan... saya... saya sama sekali -"
"Tutup mulutmu!" pekik Rendra yang kemudian melirik tajam padanya.
"Kau tidak lihat seperti apa senangnya wanita itu saat mengetahui siapa namamu? Bukankah aku pernah mengatakannya, namamu itu Pookie!" dia meneriakkan dengan kerasa nama Pookie, dan tak sadar telah membuat Embun meneteskan air mata tepat di hadapan Rendra.
wlpn sultan klu aku mah ogah punya suami spt Rendra nih.percuma aja baik" lembut" tapi kepala batu selip dikit salah pasti kena hukuman