NovelToon NovelToon
MALAM TELAH TIBA

MALAM TELAH TIBA

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Bullying dan Balas Dendam / Game
Popularitas:476
Nilai: 5
Nama Author: jewu nuna

Sekelompok siswa SMA dipaksa memainkan permainan Mafia yang mematikan di sebuah pusat retret. Siswa kelas 11 dari SMA Bunga Bangsa melakukan karyawisata. Saat malam tiba, semua siswa di gedung tersebut menerima pesan yang menunjukkan permainan mafia akan segera dimulai. Satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan menyingkirkan teman sekelas dan menemukan Mafia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jewu nuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aletha

“Olive, gimana keadaan Nathan?”

“Khal, gue nggak yakin walaupun dia bilang kalau udah nggak papa” ujarnya penuh kekhawatiran.

Pandangannya teralih pada Intan yang berada di dekat Nathan. Entah apa yang gadis itu lakukan, seperti menemani atau melakukan penyelidikan?

“Harusnya dari tadi aja nggak sih bawa Olive kesini? Coba lihatin si tengil ini langsung sembuh setelah lo kesini”

“Apaan sih” decak Nathan kesal. Namun dibalas tawa dari ketiga manusia disana.

“Gue keluar sebentar ya, mau ke toilet”

Khalil menatap Olive sebelum mengangguuk untuk mengiyakan permintaan gadis itu. pas sekali karena dia juga ingin bicara dengan Nathan dan Intan. Tidak sesulit itu ternyata cari alasan yang tepat agar tidak dicurigai.

“Baiklah”

Tepat setelah pintu ruang UKS tertutup. Manik Khalil langsung mengarah pada Nathan, lebih tepatnya mengintimidasi, “Lo dokternya kan?”

“Gue? Udah dibilang enggak,”

“Katakan saja yang sebenarnya, kita berdua nggak akan beri tahu siapapun” kali ini Intan mulai menintrupsi. Memberikan tatap yakin pada Nathan.

“Iya”

“Gue udah duga” ucapnya lega, “gue mau diskusi soal mafianya sama kalian”

Nathan menatap ke arah pintu, memastikan bahwa Olive tidak segera hadir sebelum akhirnya Khalil mengunci pintu ruang UKS itu, “gimana?”

“Lo curiga sama siapa?”

Nathan menatap Khalil dan Intan bergantian, “Kita yakin mau bahas disini?”

“Kita nggak punya banyak waktu, gue waktu itu sempet curiga sama Merah. Tadi dia sempet pergi ke gudang, dia bawa kaleng gitu tapi pas setelahnya gue nggak lihat ada disana”

Nathan menghela napas, “Merah bawa kaleng buat apa?”

Khalil menaik turunkan bahunya sebelum kembali bicara, “Lo ngerasa ada yang lempar sesuatu atau kaleng itu?”

“Gue nggak tahu pasti, tapi gue sempet kesandung kaleng yang bikin mereka berdua tahu kalau gue nguntut mereka sih”

“Jangan-jangan dugaan lo bener,”

“Tan, kita nggak boleh asal tuduh karena gue juga belum yakin pasti. Kalau aja kita cari identitas mafia yang lain? kayak Yuna atau siapa gitu menurut kalian?”

Nathan menelan ludah, “gimana cara kita lihat identitas, tunggu?”

Khalil dan Intan menatap ke arah Nathan. Wajahnya cukup terkejut dengan tangan yang menutup mulut. Jadi selama percakapan mereka dia belum tahu kalau dua manusia ini adalah polisi?

“Jangan bilang,”

“Pelankan suaramu” Intan memukul kepala Nathan sebelum dihadiahi ringis kesakitan dari pria itu.

“Ini rahasia dan hanya kita bertiga yang boleh tahu, kalau sampai ada diluar kita tahu, semuanya akan berantakan”

Nathan mengacungkan jempol ke depan, “Oke”

Khalil sempat mengamati sekitar sebelum membuka ponselnya, memeriksa identitas seseorang yang dia yakini sebagai mafianya.

Yuna Adalah Mafia.

Nathan membelalakkan mata. apakah ini permainan berbahaya? Sejauh ini dia hanya ingin menyelamatkan diri dan Olive saja, tidak jauh, dan tidak akan lebih. Tapi justru Khalil dan Intan membawanya sampai sini.

“Padahal gue pikir dia cuman warga yang bebal, sulit mempercayai dia karena emang sikapnya kayak orang ngeselin”

Tapi Nathan salah. Ada banyak hal kecil yang patut dicurigai dari seorang Yuna. Terlebih bagaimana gaya dia membela Fattah sampai beberapa gerak-gerik tipis yang tampak mencurigakan bagi Khalil.

“Lo bener, dia tuh mirip Hagian yang menyebalkan dan tidak punya aturan” tambah Intan.

“Ini pilihan kita nanti malam, biar gue yang cari bukti buat bongkar kedok Yuna, supaya nggak ada warga yang mati hari ini”

Intan beranjak, “Jangan, itu bahaya banget Khal. Gimana kalau setelah ini lo malah di tuduh dan kebunuh lagi? biar gue aja,”

Khalil menggeleng, “Biar gue aja, lo harus hidup senggaknya dua hari kedepan buat bongkar mafia lainnya. Gue nggak masalah kalau di bunuh mafia yang lain, sekiranya kita bisa singkirin satu mafia itu”

“Tapi kalau salah satu diantara kalian terbunuh, gue udah nggak bisa nyembuhin lagi. gue harus nunggu dua hari, 48 jam buat pemulihan” Nathan menatap Khalil dan Intan bergantian, “Lebih baik jangan dulu”

“Gue harus bongkar kedok Yuna sebelum semua orang milih Hagian dan Wira”

“tapi nyawa lo dalam bahaya. gimana sama Agil, dia pasti bakal nangis-nangis lagi kayak waktu itu, lo nggak tahu itu pasti nyesek banget, Khal” kali ini Nathan setuju dengan Intan. Mereka benar-benar menyaksikan bagaimana terlukanya Agil saat Khalil menyerahkan dirinya

Khalil menghela napas. Dia hanya harus mencari bukti untuk membongkar kebusukan Yuna tanpa dicurigai kan? Tapi bukti apa yang valid?

“Percaya sama gue, kalian tetep disini dan sembunyilah ke tempat yang sulit di jamah mafia”

Intan dan Nathan hanya diam. Menatap Khalil yang mungkin akan jadi yang terakhir kalinya, tapi semoga saja tidak.

“Gue nggak akan kenapa-napa, setelah ini kalian hanya perlu bekerja sama dengan baik, dan jangan terprovokasi”

“Tapi gue bisa ikut sama lo, Khal. Kenapa lo harus sendirian?”

Khalil menggeleng, “semua bakal curiga dan bahaya juga buat lo. lebih baik lo jagain Nathan sama Olive”

Khalil membuka knop sambil memeriksa keadaan luar yang sepi. Sebelum akhrinya menjamah lorong untuk kembali lagi ke kamar Hagian dan Wira berada. Dua manusia bodoh itu apakah akan jadi satu ruangan yang sama atau membuat Khalil harus mengulang kata perintah dengan dua bantahan yang berbeda?

Khalil berdecak kesal, “Sembunyi dan gunakan apapun yang bisa mencegah siapapun bisa masuk ke ruangan ini, jangan membantah”

Pria itu menyerahkan ponsel milik keduanya dengan tatapan kesal. Seharusnya setelah ini mereka berdua akan selamat, jika menuruti perintah Khalil.

“Nggak bakal seru kalo disini doang, anjing. Minimal gue mau denger diskusi kalian sama yang lain” decak Hagian malas, sambil menerima ponselnya yang dingin.

“Gunakan waktu kalian yang membosankan itu buat cari sesuatu yang bisa menahan pintunya, gue perlu ulangi berapa kali sih, Hagian bego?!” pekiknya malas, “mafia bisa aja masuk dengan menikam pintu besi ini dengan kapak atau benda tajam lainnya, ngerti nggak?”

“Iya, ngerti” Wira menarik lengan Hagian. Meminta pria itu mengikuti saja perkataan Khalil dari pada harus mati di tangan mafia setelah ini.

“Gue bilang ya, jangan bantah lagi. kita lihat sampai nanti malam, pas gue milih mafianya, kalian juga harus menggunakan suara yang sama, dan jangan memilih seenaknya”

“Baru kali ini gue di suruh-suruh”

Khalil memukul kepala Hagian, ‘Jangan bantah”

“Iya oke!”

Brakkk...

Khalil berdecak sebal, “Aish bedebah ini”

Menatap pintu yang baru saja di tutup Hagian dengan keras. Bahkan pria itu tidak tahu terima kasih sudah dibantu, dengan seenaknya menutup pintu tanpa aturan begitu. Lain kali ogah sekali Khalil membantunya. Dengan malas Khalil meninggalkan lorong menuju aula. Sambil sesekali memeriksa ponselnya yang sempat berbunyi.

Periksa Nama Pengumuman Permainan.

Aletha.

Khalil mengerenyitkan dahi saat nama itu muncul setelah jemarinya menekan layar, “Aletha?”

Khalil, ini gue...

Khalil menoleh kesembarang arah. Mencari suara yang sempat berbisik ditelinganya. Perasaan yang dia rasakan bukan takut, namun lebih ke penasaran. Bahkan saat tidak ada siapapun di aula ini, “Aletha, gadis yang bunuh diri itu?”

Khalil memegang kepalanya saat dengung menguasai telinga, rasanya perih sekali bahkan setelah bisikan itu kembali.

Buat lo Khal, selamatkan mereka...

“Arghhh...”

Yuna, Farhan, Merah, mereka....

“Arghhh...” Khalil masih berusaha menetralkan pendengarannya yang kacau. Sakit sekali seperti tertikam seribu pedang, “Brengsek”

Gue ada sama lo Khal.

Khalil membuka mata saat bayangan seorang gadis tampak nyata, sekelibat, Aletha dengan senyuman manisnya. Bersama rasa sakit yang kian memudar, bayangan itu lenyap.

“Anjing,” desisnya kesal, “Gue bisa lupa sama dia?!”

Aletha, gadis manis yang ada dikelasnya, teman sekelasnya. Mereka terbilang cukup akrab, namun tidak begitu. Mungkin kedekatannya hanya sebatas Khalil baik hati kepada semua orang, termasuk padanya yang sering sekali dirundung. Kehadiran Khalil mungkin bagian dari anugrah untuk Aletha.

Tapi setelah beberapa waktu yang sempat Khalil lupakan, dia mendengar kabar kematian Aletha karena depresi berat. Hari yang sangat disayangkan, karena Khalil juga iba. Tapi mau bagaimana lagi, saat semua nasihatnya tidak didengar, mungkin mati adalah solusi untuknya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!