(🌶️🌶️🌶️🌶️🌶️)
Apa yang terjadi jika orang yang pernah meninggalkan trauma besar di masa lalu kembali hadir di dalam hidupmu?
Itulah yang dialami oleh Luna, gadis cantik berumur 21 tahun.
Di tengah perjuangannya menyelesaikan kuliah, muncul sebuah berita bahwa mantan kekasihnya yang sangat posesif, kini telah di bebaskan dari penjara, setelah delapan tahun menetap di dalam penjara.
Akan kah Luna lolos darinya?
yuk mampir dan saksikan kisah selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab-23
...🖤🖤🖤...
"Ada apa?" tanya Alex dingin.
Ia nampak sudah rapi, memakai setelan santai sambil berdiri di ruang tamu menatap kedatangan Jesi.
"Tidak, para pelayan itu sangat menyebalkan. Masa aku bertanya dimana kamu, mereka malah diam menatapku," gerutu Jesi melangkah mendekati Alex sembari tersenyum, dan mengulurkan tangannya hendak memeluk Alex.
Alex segera menghindar, dan berkata dengan tegas,"Aturan pertama, jangan pernah menyentuhku."
Senyuman Jesi yang tadi mekar, kini langsung redup dengan tangan yang masih menggantung di udara.Alex mengabaikan reaksi itu berjalan pergi menuju meja makan, lalu duduk.
"Alex," ucap Jesi mencoba memasan senyuman di wajahnya berjalan menghampiri Alex, lalu ikut duduk di kursi meja makan di samping Alex.
"Hhhmmm," dehem Alex singkat, sibuk menyantap makan siang miliknya yang sempat tertunda, akibat olaraga panas yang ia lakukan bersama Luna.
"Aku tidak keberatan kalau kamu ingin menemui Luna atau membawanya kesini. Tapi, bisakah kamu bertindak sebagai suamiku dihadapan orang lain, hanya itu permintaanku," ujar Jesi.
"Sesuai permintaan mu, aku baru saja selesai dengan Luna, dan sekarang dia sedang istirahat di kamar tamu," balas Alex santai.
Apa? Pikir Jesi terkejut, melirik ke arah pintu kamar tamu yang ada dibelakangnya.
"Kenapa? Kamu ingin membatalkan kesepakatan kita? Maka lakukan sekarang," tegur Alex, menatap Jesi.
Iya, Alex sepakat akan tinggal satu atap bersama Jesi setelah pertengkaran mereka di perusahaan kemarin, dan syaratnya ia akan membawa Luna bersama mereka. Kalau Jesi menolak, maka Alex akan kembali ke mansion utama, atau apartemen miliknya.
Jesi tersadar, sebisa mungkin memasan wajah tersenyum menatap Alex."Ah, tidak apa-apa. Lagian dia adalah gadis yang kamu cintai, jadi..."
"Aku sudah selesai, silahkan kembali ke kamar mu, karena aku akan tidur di ruang tamu," potong Alex bangkit dari duduknya, lalu berjalan pergi.
"Luna, kau jalang tidak tau diri, aku akan membuatmu menyesal karena telah berani melangkah masuk ke dalam kehidupan pernikahanku," gumam Jesi meraih pisau, lalu menancapkan ke steak beef yang ada di hadapannya.
Prang!
Terkejut dengan suara keras yang ditimbulkan oleh Jesi, kepala pelayan segera berjalan dengan langka cepat menghampiri meja makan, lalu berdiri di samping Jesi yang tengah diselimuti amarah menggebu-gebu.
"Nyonya muda, apa yang bisa saya bantu? Apakah steak beef nya kurang enak?" tanya kepala pelayan membungkuk dengan cemas.
Jesi tidak menjawab, ia bergegas bangkit, lalu berdiri tegak di hadapan kepala pelayan, kemudian.
"Angkat kepalamu, dan tatap aku," perintah Jesi, amarahnya mengebu-gebu menatap kepala pelayan.
"Ba-baik, Nyonya muda." Perlahan kepala pelayan pun mengangkat kepalanya, lalu menatap Jesi.
Plak!
Tanpa angin, tanpa hujan. Kepala pelayan begitu terkejut setelah mendapatkan tamparan keras dari Jesi yang sedang marah. Ia berdiri terdiam memegang pipinya yang terasa panas menatap Jesi dengan mata berkaca-kaca.
"Lain kali, kalau disuruh masak. Masak yang benar, wanita tua sialan. Disini, kau dibayar mahal, paham," tekan Jesi melotot menatap kepala pelayan.
Sebenarnya bukan steak beef nya yang bermasalah, namun perkataan Alex lah yang membuat Jesi terbakar api cemburu begitu dahsyat, hingga ia memilih melampiaskannya kepada kepala pelayan yang tak tau apa-apa, karena hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.
"Baik, Nyonya."
Jesi mendengus kesal berjalan pergi menuju anak tangga menuju kamar. Azita yang sejak tadi bersembunyi di balik vas bunga besar, menyaksikan adegan kejam itu tersenyum puas.
"Mampus kau, wanita tua," gumamnya berbalik dan melenggang pergi penuh bahagia meninggalkan tempat persembunyian.
*
*
*
(Di sisi lain)
Sofia yang tak puas dan penasaran atas apa yang sudah terjadi antara Alex dan Luna, akhirnya mengajak Lucas bertemu di sebuah kafe. Tak lama, Lucas muncul dengan setelan santai, langsung menghampirinya.
"Maaf, aku sedikit terlambat," ucap Lucas, menarik kursi dan duduk di hadapan Sofia.
"Tidak perlu merasa bersalah, aku juga tidak akan lama," ketus Sofia melirik ke arah lain.
"Baiklah, sekarang katakan. Apa yang membuatmu akhirnya mau menemuiku?" tanya Lucas.
Sofia menghela nafas berat, lalu melirik ke arah Lucas."Apa yang terjadi kepada Luna dan Tuan Alex? Kenapa Luna seolah tidak bisa menolak permintaan atasan serakah mu itu?" tanya Sofia marah bercampur kesal.
"Soal itu aku kurang tau, karena itu urusan atasanku Sofia," ucap Lucas malas ikut campur urusan atasan sekaligus teman baiknya itu.
Brak!
Sofia dengan marah mengebrak meja, Menarik perhatian orang-orang yang ada disana seketika melirik ke arah mereka dengan wajah penuh tanda tanya menatap Lucas.
"Aku bertanya karena kamu adalah asistennya. Kamu selalu ada disampingnya kemana pun dia pergi, Lucas! Dan orang yang menjadi korban atasanmu itu adalah sahabatku!" bentak Sofia menatap Lucas penuh amarah.
Lucas yang ikut marah akibat tatapan orang di sekitar mereka, segera bangkit membalas tatapan Sofia.
"Kamu sangat mengenal aku lebih dari siapa pun Sofia, dan kamu juga tau, kalau aku tidak suka ikut campur urusan orang lain," bisik Lucas hendak berbalik, namun ia menghentikan niatnya, lalu kembali melirik ke arah Sofia."Dan Alex juga adalah sahabatku, Sofia. Jangan lupakan itu," tegas Lucas berjalan pergi tanpa pamit.
Dengan marah, Sofia menatap kepergian Lucas sambil mengepalkan kedua tangannya. Padahal,.ia hanya ingin tau apa alasan, membuat Alex dengan tegah nya mengendalikan Luna sesuka hati.
(Bersambung)
