Liliana, gadis biasa yang sebelumnya hidup sederhana, dalam semalam hidupnya berubah drastis. Ayahnya jatuh sakit, hutang yang ia kira sudah selesai itu tiba-tiba menggunung. Hingga ia terpaksa menikah i Lucien Dravenhart , seorang CEO yang terkenal dingin, dan misterius—pria yang bahkan belum pernah ia temui sebelumnya.
Pernikahan ini hanyalah kontrak selama satu tahun. Tidak ada cinta. Hanya perjanjian bisnis.
Namun, saat Liliana mulai memasuki dunia Lucien, ia perlahan menyadari bahwa pria itu menyimpan rahasia besar. Dan lebih mengejutkan lagi, Liliana ternyata bukan satu-satunya "pengantin kontrak" yang pernah dimilikinya…
Akankah cinta tumbuh di antara mereka, atau justru luka lama kembali menghancurkan segalanya?
Cerita ini hanyalah karya fiksi dari author, bijaklah dalam memilih kalimat dan bacaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon boospie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23 Sesuatu tak terduga
Berbagai artikel semakin mencuat dipublik satu persatu, sesuatu yang seharusnya tidak memiliki hubungan dengan skandal Liliana secara tiba-tiba ikut terseret dalam pemberitaan tak berdasar.
Klarifikasi yang dilangsungkan oleh Liliana sebelumnya memberikan dampak baik, tetapi juga membawa dampak buruk. Beberapa pendapat mengakui pernyataan gadis itu benar, tapi orang-orang yang menyudutkan serta memperpanjang rumor tersebut pun tidak sedikit.
Kini Liliana baru saja keluar dari area kampus yang nantinya akan selalu ia datangi untuk mengenyam pendidikan, berjalan pelan menuju mobil yang terparkir tidak jauh dari bangunan gerbang dengan struktur melengkung. Masih menutupi wajahnya dengan atribut gelap, yang mungkin saja dianggap penyusup.
Liliana memasuki mobil yang dikendarai oleh Grack, dengan keberadaan Lucien dikursi belakang. Saat mendudukkan pantatnya disamping pria kacamata itu, ekor mata Liliana melihat layar tablet Lucien yang berisi artikel tentang rumornya.
"Liliana," panggil Lucien dengan suara rendah, matanya berkilat akibat cahaya, menatap intens pada gadis itu seperti ingin menusuk.
Lucien menghela napas kasar, ia memalingkan wajahnya dari Liliana, "Kau begitu pandai, tapi mengapa hal seperti ini masih terus berkelanjutan?"
"Berhenti berhubungan dengan orang lain," titah Lucien terdengar mutlak. Namun Liliana tidak menyetujui begitu saja, ia memiliki hak dalam mengambil keputusan apapun itu.
"Artikel itu berlebihan, aku hanya minta bantuan Rayder untuk menjauhi penjahat itu," ucap Liliana yang tanpa sadar merubah panggilannya, semenjak ucapan Lucien waktu itu.
"Berita selalu seperti itu gadis manis!" seru Lucien, dengan cepat ia menutup tablet ditangannya. Lalu bergerak mendekatkan wajahnya pada wajah Liliana, "Apa yang kamu harapkan dari sebuah berita? Kejujuran? Tidak semua dari mereka mengatakan kebenaran."
Lucien kembali membenarkan posisi duduknya, "Berhati-hatilah bertindak saat ini, kecuali kamu memilih untuk membayar pinalti."
Gadis itu langsung menoleh kearah Lucien, ia menatap tajam dibalik kacamata hitamnya. Helaan napas keluar lembut dari mulutnya bersamaan dengan menyandarkan punggung pada sisi bangku mobil.
Tangannya beralih memegang ponselnya, niatnya untuk memantau seberapa jauh artikel itu memberitakan skandal konyolnya. Ia mulai membuka situs pencarian yang digunakan hampir seluruh duni, mencari trending topik untuk hari ini, satu persatu ia baca artikel itu. Namun, berita mengenai skandalnya hampir hilang dalam sekejap, digantikan oleh kabar perselingkuhan yang dilakukan seorang aktris sekaligus model.
Liliana memalingkan wajahnya ke Lucien, pria itu masih tampak santai menatap jalanan disampaingnya.
Ia kembali fokus mencari artikel tentangnya, kini hanya menyisakan pembenaran terhadap dirinya. Gadis itu cukup tertegun menyadari seberapa cepat sebuah berita naik, begitu pula saat turun.
Jarinya terhenti pada sebuah artikel yang terlihat tidak resmi, penggunaan kalimat judul pun tidak baku dan sedikit acak-acakan. Itu berita mengenai Aehara. Dalam artikel tersebut menyebutkan bahwa dirinya mantan karyawan A.H Company.
"A.H?" gumamnya dibalik masker hitam sangat lirih hingga tidak terdengar oleh orang disebelahnya.
“Kebohongan publik yang dilakukan mereka! Aehara tetap bangkrut! A.H company adalah perusahaan Aehara sekarang!”
Liliana membulatkan matanya, ia melirik perlahan ke arah Lucien yang kini sedang menatap kearahnya.
Lucien mengerutkan dahi, "Ada apa?"
"Ah~oh—enggak. Artikel tentang aku sudah tenggelam," ujar Liliana sedikit kikuk.
"Count your blessings," ucap Lucien datar.
Liliana kembali fokus pada layar ponselnya, ia mulai mencari cari kembali situs yang menyediakan artikel soal A.H company. Kali ini keberuntungan datang usai ia merasakan kepahitan, benar kata pria itu. Liliana harus lebih bersyukur, termasuk mendapatkan informasi soal A.H Company yang diyakini gadis itu termasuk dalam rencana Lucien.
Hanya mengalihkan pandangan dari ponsel untuk beberapa detik, situs yang menampilkan artikel tadi sudah hilang. Ia hanya mendapati tulisan kecil disudut kiri atas. 404 not found.
Dalam beberapa detik?
"Impossible," gumamnya tidak percaya. Liliana meyakini, tidak mungkin dalam kurun waktu tidak sampai lima menit itu website tersebut menghilang, kecuali memang adanya eror.
Bahunya menurun, memperlihatkan penyesalannya akibat belum mengambil tangkapan layar. Tapi setidaknya ia tahu harus mencari tahu dari mana.
...~• suddenly become a bride •~...
Darah segar menetes dalam setiap tiga detik, menodai celana putih yang sedang dikenakan oleh seseorang. Kedua tangannya dipaksa menyatu dengan kursi kayu, bahkan memperlihatkan secara jelas kulit mengelupas dibagian pergelangan akibat cengkraman kuat dari tali rami yang mengikatnya.
Kepalanya terus menunduk sampai seseorang menarik pelan rambutnya agar ia mendongak, sudut bibirnya penuh dengan darah segar yang masih terus menetes.
"Sekarang, perlu aku bacakan kontrak diatas matrai ini?" Seorang pria bertubuh kekar memegang sebuah kontrak yang telah lusuh akibat dimakan waktu.
"Saya! menyetujui kontrak dengan perusahaan A.H Company bahwasanya saat bekerja maupun setelah keluar dari perusahaan akan tetap merahasiakan apapun tentang A.H Company."
"Jika saya melanggar, saya akan membayar sejumlah 100 triliun dalam sekali bayar, atau saya akan dipenjara seumur hidup," imbuhnya sesuai bagian akhir dari isi kontrak.
"How about that?" Suara bariton mulai menggema digudang kotor tersebut, dari arah gelap muncul seorang pira dalam balutan jas yang rapi.
Wajahnya yang selalu tegas, datar, nan tatapan tajam yang ingin menelan siapapun hidup-hidup, ia bergerak mendekat pria yang terduduk dikursi.
Lucien membuka mulutnya, "Aku tidak pernah memaksamu untuk menjadi rekan kerja ku, bahkan tim kami sangat memperjelas sistem kontrak. Kau menyetujui."
Langkahnya membawa ia memutar diarea pria yang duduk tersebut, tangannya menyentuh bahu, "Lalu kamu pikir akan bebas mengecam perusahaan setelah kamu keluar?"
Saat tubuhnya berhenti dihadapan orang tersebut, tangan Lucien mendarat diatas punggung kedua tangan pria tersebut. Wajahnya perlahan mendekat, menatap penuh amarah yang terpendam. Hingga satu bulir air mata lolos dari kelopak mata orang tersebut, tampak jelas ia ketakutan.
"Gak usah nangis! Kamu sendiri yang aku minta bertemu tapi malah berontak seperti orang gila, memukul pengawal saya—"
"Kamu sendiri yang bergerak kesurupan sampai membuat kulitmu seperti itu," sarkasnya seraya melipat kedua tangan didepan dada.
"Dan sekarang aku hanya meminta pilihan dari kamu, bayar atau dipenjara?" tanya Lucien tanpa memperpanjang masalah kecuali orang itu yang melakukannya.
Pria yang terduduk itu hanya menatap penuh amarah pada Lucien dalam beberapa saat, hingga Lucien merendahkan tubuhnya untuk berjongkok dihadapan pria itu.
"Marah? marah saja sama dirimu, kamu yang setuju, kamu juga yang melanggar," ketusnya dengan nada tinggi, kekesalannya begitu terlihat saat Lucien menghela napa berat kemudian menyugar rambutnya kebelakang.
Lantaran tidak melihat tanggapan apapun dari lawan bicara, pria dengan manik kebiruan itu memukul tanah dengan tangannya, "Aku gak punya banyak waktu seperti dirimu, Tuan."
"Jawab, lalu aku akan pergi." Lucien berdiri membenarkan pakaiannya.
"Baiklah tuan, sepertinya mulutmu mendadak dijahit. Keputusanku memenjarakan anda," ucap Lucien mutlak tak terbantahkan. Sementara pria itu masih menatap punggung Lucien yang perlahan menjauh.
"Urus!" titah Lucien pada salah satu pengawalnya.