SEQUEL ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Di usia 19 tahun, Rosetta Lorenzo melakukan kesalahan fatal sehingga membuat nama Lorenzo jatuh ke tangan orang lain setelah dijebak oleh kekasihnya sendiri bernama Elijah Blackwood. Ditambah Rosetta harus kehilangan kakeknya demi menyelamatkan Rosetta dari kukungan Elijah setelah berhasil mencuci otak gadis itu dan membuat sebuah virus komputer berbahaya yang dijual belikan ke para kelompok bawah tanah.
Demi memulihkan kembali nama keluarganya, Rosetta harus menanggalkan nama Lorenzo.
Setelah bertahun-tahun berkeliling penjuru Amerika, Rosetta yang berpikir bisa pulang ke keluarganya justru meregang nyawa di tangan mantan kekasihnya, Elijah.
Saat ia berpikir benar-benar berakhir, ketika membuka mata Rosetta justru menemukan dirinya kembali menjadi bocah tujuh tahun.
Kali ini apakah Rosetta akan melakukan kesalahan yang sama ketika takdir justru membawanya kembali bertemu dengan Elijah? Bagaimana Rosetta membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. WASPADA
Rion melemparkan tumpukan kertas pemberian Dante ke atas meja setelah membacanya. Air muka pria itu jelas tidak senang atas laporan yang baru saja ia terima ini. Rasanya kejadian bertahun-tahun lalu ketika ia kuliah kembali terulang, buruknya kali ini melibatkan keluarga Rion.
"Kau yakin dengan semua ini?" tanya Rion pada Dante seraya mengendurkan dasi, berusaha untuk tetap tenang.
"Aku sudah mengeceknya dua kali, tapi memang benar kalau James mendekatimu dua tahun ini bukan karena ia pindah kembali dari California ke San Fransisco akibat dipindahkan kerja, melainkan karena memang sengaja mendekatimu untuk tujuan yang belum jelas. Tapi dugaan terbesar mengincar aset dari Lorenzo," jelas Dante, tidak senang akan laporan kali ini. Ia tahu bagaimana buruknya Rion dulu yang selalu dikhianati oleh teman-temannya, dan sekarang terulang lagi.
"Sepertinya akhir-akhir ini aku menjadi lengah karena keadaan terlalu damai. Tapi aku tidak menyangka kalau James sampai memiliki maksud terselubung. Padahal dulu dia begitu pengecut ketika di sekolah, bahkan sering mendapatkan perundungan. Jika tahu seperti ini aku tidak akan pernah mau menolongnya dulu. Dia bahkan berani mendekati putriku agar dapat semakin dekat dengan Lorenzo, licik," gerutu Rion.
"Rose tampaknya tahu kalau James bukanlah orang baik," nilai Dante ketika mengingat gelagat Rosetta saat pesta yang begitu waspada dan tidak senang berdekatan dengan James, padahal gadis itu selalu dekat dengan siapa pun.
"Ya, kau benar. Kukira awalnya Rose bersikap defensif terhadap James karena dia nakal saja, sampai aku tanpa sadar justru membentaknya. Bodoh sekali aku tidak menyadari kalau anakku sendiri dalam bahaya," ucap Rion, mengusap wajah frustrasi karena ia tidak melihat tanda-tanda yang putrinya berikan..
"Bagaimana Rose bisa tahu kalau James punya niat buruk ke Lorenzo?" tanya Dante.
"Dia bilang kalau pernah mendengar James menelepon seseorang dan mengatakan berhasil mendekati Lorenzo yang mana nantinya akan mengambil alih ketika waktunya tiba. Sejak Rose mengatakan hal itu, aku meminta Lili melakukan background check tentang James. Tapi tidak banyak yang bisa didapatkan kecuali kalau pria itu pernah melakukan korupsi besar-besaran di sebuah perusahaan besar di California," jawab Rion.
"Aku dengar sejak pindah ke San Fransisco, James membangun sebuah bisnis di bidang teknologi yang fokus dalam komputer," kata Dante.
"Teknologi, huh? Apakah dia tidak tahu kalau atau pura-pura tidak tahu kalau mengembangkan bisnis teknologi di San Fransisco sama saja bunuh diri. Selama Lorenzo masih ada, bisnis di bidang itu akan tenggelam. Lihat saja aliansi kita dengan bidang yang sama, jika mereka tidak bekerja sama dengan Lorenzo sudah pasti mereka semua akan mengalami kebangkrutan," nilai Rion, merasa janggal akan hal ini.
"Aku sudah menempatkan beberapa orang untuk mengawasi James, yang perlu kau lakukan hanyalah memutus hubungan dengan orang itu," beritahu Dante.
Ya, Rion memang harus melakukan itu. Ia tidak mengkhawatirkan serangga kecil akan mengacaukan perusahaannya, tapi Rion tidak ingin sampai anggota keluarganya dipakai sebagai alat untuk mendapatkan apa yang para penjahat itu mau.
"Daddy?!"
Suara nyaring dari gadis kecil yang bersamaan dengan terbukanya pintu ruangan, membuat Rion dan Dante terkejut.
"Rose?" Rion terkejut ketika melihat putrinya datang. "Kau datang bersama siapa? Bukankah seharusnya kau baru pulang sekolah?" sambungnya.
"Mommy mengantar ke sini. Mommy, Auntie Bianca, Roderick, akan menjemput Arabella di Bandara," jawab Rosetta.
"Kenapa kau tidak ikut?" tanya Dante.
"Malas, Mommy dan Auntie belanja dulu, tapi aku tidak boleh beli cemilan. Katanya masih banyak di rumah," jawab Rose dengan wajah cemberut karena gagal membeli cemilan baru.
"Ah, jadi kau merajuk dan pergi ke Daddy agar Daddy membelikanmu cemilan?" tebak Rion tersenyum lebar atas kelakuan putrinya ini.
"Aku hanya ingin melihat Daddy," jawab Rose memalingkan wajah.
"Dia benar-benar mengambil sifat Lili keseluruhan," ucap Dante ketika melihat kelakuan keponakannya ini.
"Ehm ... Daddy?" panggil Rosetta ragu-ragu.
"Ya, Baby?" sahut Rion seraya mengangkat tubuh sang putri dan mendudukkannya ke pangkuan Rion.
"Apa boleh aku minta belikan laptop?" tanya Rosetta.
"Laptop?" Rion tidak menyangka kalau tiba-tiba Rosetta akan meminta benda elektronik seperti itu. Ia kira benda elektronik yang akan pertama kali diminta oleh Rosetta adalah smartphone, tapi ini laptop. Mungkin karena gadis kecilnya ingin bermain game dengan seperti yang dilakukannya menggunakan laptop Lucas.
"Iya, aku mau laptop yang seperti Mommy. Bukankah itu keren," kata Rosetta, mengingat kalau laptop yang digunakan oleh ibunya adalah laptop kelas atas yang digunakan untuk pekerjaan sebagai programer.
Rion menatap Dante, mengharapkan jawaban apakah Rion harus membelikannya atau tidak untuk Rosetta. Tapi ia mendapatkan gelengan dari Dante, yang mungkin laptop dengan kualitas seperti itu terlalu bagus untuk dipakai oleh anak-anak, dan tidak indah untuk dipakai oleh anak-anak.
"Apa boleh?" tanya Rosetta.
"Akan Daddy belikan tapi yang tidak seperti Mommy, karena laptop seperti Mommy khusus untuk orang yang telah bekerja. Setidaknya akan Daddy belikan nanti saat kau sudah cukup umur, oke," tawar Rion.
"Oke," jawab Rosetta dengan nada sedikit kecewa. Tapi ia tahu kalau ayahnya tidak mungkin membelikan Rosetta yang masih anak-anak benda semahal dan kualitas terbaik dari semua laptop yang ada. Yah, setidaknya Rosetta masih akan mendapatkan laptop nanti.
"Jangan memasang wajah seperti itu. Kau membuat Daddy merasa bersalah karena tidak bisa memberikan yang kau mau. Tapi Daddy juga harus tahu kapan waktu yang tepat untu memberikan sesuatu untukmu. Kau tidak marah dengan Daddy, kan?" ucap Rion saat melihat raut kecewa dari wajah putrinya.
"Tidak, tapi nanti belikan es krim," kata Rosetta.
"Baik, kita akan pulang sambil beli es krim," setuju Rion.
Senyum Rosetta kembali merekah, toh ia juga tidak mau membuat ayahnya sedih. Setidaknya Rosetta harus bersikap seperti anak-anak pada umumnya, tidak ingin sampai ada yang mewaspadai dirinya termasuk keluarganya sendiri.
Setelah itu, Rion dan Dante harus melakukan pertemuan dengan ketua diberbagai divisi untuk melanjutkan projek baru yang nyaris selesai. Dan juga projek selanjutnya di bidang yang lain. Awalnya Rion meminta Rosetta untuk menunggu di ruangan Rion, tapi mau tidak mau mengajak bocah kecil itu karena bersikeras tidak ingin ditinggal sang ayah.
Dan di sinilah Rosetta, duduk di samping ayahnya seraya mendengarkan presentasi dari salah satu karyawan mengenai berbagai rencana projek perusahaan. Ia duduk manis seraya memainkan kertas, walau pandangannya nanar memerhatikan setiap orang yang ada di ruangan.
"Jadi Brazil akan menjadi tempat untuk cabang Lorenzo selanjutnya," simpul yang melakukan presentasi sejak tadi.
Dahi Rosetta mengerut ketika mendengar rencana jangka panjang Lorenzo yang mana akan membangun cabang di negara berbeda dalam bidang teknologi dan komunikasi. Ah, inilah alasan Rosetta datang ke kantor ayahnya hari ini. Hasil rapat hari ini adalah salah satu pencetus hancurnya Lorenzo.
Rion membaca berkas di tangannya, melihat keseluruhan rencana yang tersusun dengan baik dan rapi.
Ya, memang rencana pembangunan cabang baru Lorenzo di Brazil benar-benar terlihat menguntungkan jika dilihat dari prespektif negara yang padat penduduk ke empat di dunia, terlebih masih dalam lingkup benua yang sama. Tapi, sayangnya bisnis di negara tersebut tidak akan berjalan dengan bagus. Selain karena negara itu adalah negara wisata alam, pembangunan di sana akan mengalami kendala mengingat angka kejahatan di negara tersebut cukup tinggi. Membuka cabang di sana bukanlah ide bagus untuk jangka panjang, terutama dari perusahaan di Brazil itulah para sindikat menemukan rancangan teknologi cyber baru yang menjadi cikal bakal pembuatan virus Ice Death milik Rosetta.
"Brazil jelek," kata Rosetta dengan wajah tidak senang. Bagaimana pun caranya ia akan membuat ayahnya tidak membangun perusahaan baru di Brazil atau dataran Amerika.
Semua mata langsung memandang Rosetta, terkejut ketika gadis yang tadinya diam tiba-tiba buka suara.
"Ada apa, Rose?" tanya Rion.
"Paman itu terus bilang Brazil dan mau membuat perusahaan Daddy yang baru di sana. Brazil itu jelek, Daddy. Di sana banyak ular besar dan piranha," kata Rose dengan gaya menggemaskan.
Semua orang tersenyum melihat Rosetta, terhibur dengan sosok mungil di samping Rion yang membuat atasan mereka itu berkurang intimidasinya.
"Sweetheart, ular besar dan piranha yang kau maksud itu ada di Amazon bukan Brazil. Tempatnya jauh jadi tidak akan ada ular di sana," beritahu Rion.
"Tapi aku lihat di televisi kemarin di Brazil juga banyak orang jahat. Mereka bawa pistol, dan suka masuk ke bangunan-bangunan besar untuk mengambil uang mereka. Brazil tidak bagus pokoknya," kata Rosetta, seminimal mungkin memberikan informasi agar tidak dicurigai kalau ia memberikan masukan atas hasil pertemuan hari ini.
"Benarkah? Ada banyak orang jahat di sana?" tanya Rion yang mengikuti arus pembicaraan sang anak.
"Benar. Kalau tidak percaya Daddy lihat saja di internet. Banyak orang jahat di sana," kata Rosetta.
"Lalu menurutmu dimana Daddy-mu harus buat perusahaan baru yang tidak ada orang jahatnya?" tanya Dante.
"Toronto," jawab Rosetta.
"Toronto? Kanada?" Rion kembali dikejutkan oleh Rosetta dengan ucapannya. Bagaimana bocah ini tahu Toronto?
"Iya, soalnya di sana banyak makanan enak, Daddy," kata Rosetta yang tersenyum senang seraya menangkup wajah dengan kedua tangan, membuatnya terlihat menggemaskan.
Semua orang di ruangan tertawa senang melihat kelakuan menggemaskan Rosetta. Bocah bak boneka yang selalu menjadi pusat perhatian orang-orang, siapa yang akan tahan untuk tidak merasa senang ketika berada di sekitar bocah itu.
"Jadi jangan Brazil, harus Toronto," kata Rosetta pada sang ayah, lalu melihat orang di ruangan dengan wajah dan senyum polosnya. "Benarkan, kalau Toronto lebih bagus daripada Brazil?" sambungnya.
Semua orang spontan menggangguk melihat antusias Rosetta, siapa yang berani untuk bilang tidak kepada gadis kecil itu.
Rion mengelus kepala Rosetta, menganggap kalau ucapannya sungguh menghibur pertemuan yang membosankan ini.
Walau satu orang tampaknya memberikan pandangan berbeda akan tingkah laku dan ucapan Rosetta barusan. Hal yang mungkin luput dari semua orang tapi tidak untuk satu orang ini, Dante.
sekarang paham siapa orh yg meluk Rose pas dia di tembak pasti Panther, dan mimpi Arthur ada lah peringatan mungkin untuk hati², gemana ya perasaan Rion saat dia tau tentang Rose di masa depan dan dia orang yg paling tau terakhir dan pas Rose bilang bahwa Arthur ga akan bisa menangkap Rose saat jadi polisi wajar karna di masa itu Rosetta jadi Ubi cilembu
kak kan di part yg Rose kena tembak ada kalimat " ada seseorang yg menangis dengan penyesalan " kalo ga salah apa itu Arthur 🤔
lagiiiiii
lagiii
up
up
up