Si Gadis Dingin bernama Zea yang menghadapi banyak masalah didalam keluarganya , menyebabkan dirinya menjadi seorang yang selalu menyendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RANIYAH FAZILA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TERBANGUN
"Hahahaha"
"Hahahaha... "
Suara tawa terdengar.
Cambuk yang digenggam erat, mengeluarkan suara keras. Wajah-wajah licik terlihat. Mereka menikmati tanpa mempedulikan.
Mencoba melawan, terluka, kabur dari tempat itu. Luka yang parah, darah segar menetes. Masih berusaha lolos.
Hewan yang terlihat ganas menyerang. Tetap mencoba untuk kabur.
Zea terbangun dari mimpinya, berkeringat.
Kejadian tadi membuat Zea takut. Zea pikir itu adalah akhir hidupnya, ternyata tidak.
Zea menarik nafas. Keringat deras, Zea terus mencoba melupakannya dan berniat untuk melanjutkan tidurnya.
Tapi tidaklah semudah itu, sudah beberapa kali Zea mencoba untuk tidur. Tapi, tetap saja Zea tidak bisa tidur.
Leo terbangun dari tidurnya, melihat Zea tidak tidur.
"Kenapa tidak tidur Zea? " tanya Leo yang masih mengantuk.
"Aku baru saja bangun " jawab Zea.
"Kenapa? mimpi lagi? " tanya Leo lagi.
"Emm... " Zea mengangguk.
Zea terus berkeringat, tetapi mencoba untuk tetap tenang.
Leo memeluk adiknya.
"Kakak disini! tidurlah! " ucap Leo.
Zea merasa sedikit tenang, kemudian kembali tidur.
Setelah beberapa menit, Zea baru bisa tertidur.
-------------Flashback--------------
Cuaca cerah, udara segar masuk melalui jendela dan pintu yang terbuka.
Suara burung terdengar seperti sedang bernyanyi. Kupu-kupu terbang dan hinggap di bunga.
"Saatnya Zea sarapan! " ucap Leo membawakan sarapan untuk Zea.
Zea tersenyum senang.
Zea makan dengan sangat lahap hingga makanannya habis tidak tersisa.
"Bagaimana lukanya? apa masih sakit? " tanya Leo.
"Lukanya masih belum sembuh dan tentu masih terasa sakit" jawab Zea.
Leo mengangguk mengerti.
Leo mengelus kepala Zea.
"Cepat sembuh ya! cantik! " kata Leo.
"Iya kak, pasti! " ucap Zea.
Zea duduk dikursi taman, mengayunkan kakinya.
Milea mengawasinya dengan jarak yang cukup jauh, tetapi tetap waspada.
Zea merasakan ketenangan.
' 𝘏𝘮𝘮... 𝘵𝘦𝘳𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘫𝘢𝘶𝘩 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘦𝘯𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯. 𝘙𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘮𝘢𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘢𝘵𝘢𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘦𝘴𝘶𝘭𝘪𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘵𝘦𝘳𝘴𝘦𝘭𝘦𝘴𝘢𝘪𝘬𝘢𝘯. 𝘈𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘶𝘱𝘢𝘬𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘫𝘢𝘥𝘪𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘣𝘦𝘭𝘶𝘮𝘯𝘺𝘢 ' pikir Zea.
"Kalau begini, aku bakalan betah lah! " gumam Zea, tersenyum.
Zea baru pertama kali merasa setenang ini.
"Alhamdulillah" ucap Zea.
Zea beranjak dari kursi dan berjalan di tengah-tengah bunga di taman.
Zea menikmati Suasananya, ditambah lagi dengan angin sepoi-sepoi.
Zea memetik bunga, mencium aromanya.
"Hmm..., wangi sekali! " kata Zea.
" Bunga ini... aku bisa mencium baunya kapanpun aku mau, bagaimana kalau aku membagikan bunga-bunga ini dengan cuma-cuma?. Tapi sepertinya bunga saja tidak cukup" ucap Zea memikirkan ide.
Zea membuat beberapa buket bunga, juga memasukkan uang ke dalam amplop.
Zea pergi bersama Milea, berniat membagikan bunga-bunga itu kepada orang yang membutuhkan.
Zea sampai di tempat tujuan, mengeluarkan bunga dan amplopnya.
Mereka mulai membagikannya.
"Terima kasih " ucap seseorang kepada mereka dengan tersenyum.
Sampai di bunga terakhir, Zea memberikannya kepada seorang ukhti bercadar. Berpakaian syar'i, mengucapkan terima kasih kepada Zea.
" Terima kasih banyak atas kebaikan kalian, ana membutuhkan bunganya saja. Uangnya diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan saja " ucap wanita bercadar itu.
Zea merasa nyaman ketika melihat wanita bercadar, tanpa sadar Zea tersenyum karena kagum .
' 𝘈𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢? ' batin Zea.
Amplop terakhir sudah diberikan kepada orang yang membutuhkan, Zea dan Milea segera kembali ke rumah.
Milea mengendarai mobil, Zea duduk bersandar di kursi.
Karena Zea lelah, Zea pun tertidur di dalam mobil.
Milea tetap fokus menyetir sambil sesekali memperhatikan Zea.