NovelToon NovelToon
Pemuas Nafsu Istri Sang Ketua Mafia

Pemuas Nafsu Istri Sang Ketua Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Mafia / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Keluarga / Persaingan Mafia
Popularitas:7k
Nilai: 5
Nama Author: Vionnaclareta

Demi menjalankan misinya mencari tahu mengenai pelaku pembantaian massal keluarga Anthony, dengan rela Tuan Vigor menikahkan putri tunggalnya dengan seorang mafia yang merupakan putra sahabatnya untuk melancarkan misinya dan mendapatkan harta yang ia inginkan. namun lain halnya dengan si mafia, yang mempunyai tujuan lain dengan adanya ia masuk kedalam keluarga elit itu untuk bisa menguasai dan mengendalikan keluarga itu lewat Calon istrinya yang saat ini mendapat julukan Bloody Queen.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vionnaclareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Berburu

Setelah menyelesaikan sarapannya itu, Yoona memutuskan untuk menjauhkan diri dari dua pria tadi dan memilih berdiam diri di tepi pantai sembari menatap ombak laut yang sedang bermain ria di tepian pantai.

Yoona terus merenungi dirinya sendiri dengan ditemani angin pantai yang sedari tadi terus menerpa dirinya. "Apa segitu tidak tahunya aku sampai hal semacam itupun aku tidak tahu." Gumam Yoona.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" Tanya Luan yang tiba tiba datang dan berdiri di sampingnya.

"Bukan apa apa." Jawab Yoona singkat.

"Yoona apa pendapatmu tentang Leo?" Tanya Luan tiba tiba.

"Maksudmu?"

"Aku hanya ingin tahu saja."

Yoona nyengir tipis "cihh, Jangan bilang kau sedang tentang hatiku iya kan?" Tanyanya

"Itulah yang ku suka darimu Yoona, kau gadis yang begitu teliti dalam segala hal, tapi ini bukan tentang hati Yoona."

"Pria itu adalah pria yang sulit di tebak, seperti saat ini kenapa ia tiba tiba ingin membeli tempat terpencil ini, lihatlah siapa juga yang mau mampir kesini." Lanjutnya namun Yoona sama sekali tidak merespon ataupun menatapnya.

Luan menghela nafas panjang dan perlahan meraih pergelangan tangan Yoona. "Yoona, jujurlah padaku kau sebenarnya tidak menginginkan pernikahan ini bukan? Katakan kalau pernikahan ini hanyalah permainan orang tuamu iya kan, kalau kau mau jujur padaku aku janji akan membantu mu keluar dari situasi ini yoona."

"Lalu?" Potong Yoona yang membuat Luan terdiam hingga membuat suasana disana begitu hening dan hanya terdengar suara ombak yang terus menerjang daratan.

"Lalu, aku janji akan menikahi mu seperti halnya rencana kita dulu." Jawab Luan yang membuat Yoona sontak mengeluarkan senyum kecutnya sembari berusaha melepaskan genggaman tangan Luan darinya.

"Dengar Luan, menurut ku menikahi Leo adalah pilihan terbaik dari pada aku harus menikahi mu, jika orang tuaku menyuruh ku memilih antara kau ataupun Leo, aku memang tidak memilih satupun dari kalian, tapi jika orang tuaku menyuruh ku untuk menikahi mu aku mungkin tetap akan menolak dan memilih Leo, meskipun aku tahu resiko yang akan ku terima kedepan nya setelah menikah dengannya, aku lebih baik disakiti dari pada dikhianati, aku lebih baik kepalaku terpenggal dari pada aku harus hidup diatas penghianatan."

Yoona menghela nafas panjang menatap Luan. "Aku lebih baik kotor tanpa cinta dari pada bersih dengan cinta dengan penuh gaya penghianatan, aku bukan wanita selemah itu karena cinta Luan." Lanjutnya yang membuat pria di depannya itu terdiam sementara Yoona langsung pergi begitu saja dari hadapan Pria yang ada di depannya itu.

Sementara itu di sisi lain Leo dan Laurent masih stay di dalam restoran sushi itu sembari melihat ke arah Yoona dan Luan yang sedang berdiri berdampingan jauh dari mereka.

"Aku tidak heran jika raut wajah Luan seperti itu, sebab aku tahu betul Yoona tidak pernah salah dalam perkataan nya." Ucap Laurent sembari menatap ke arah mereka berdua.

Mendengar hal itu membuat Leo seketika menatap kearah Laurent. "Sepertinya kau lebih mengenal Yoona dari pada Luan mantan pacarnya." Cetus Leo.

Laurent melirik sekilas ke arah Leo yang kini tampak serius dengannya seakan akan ia ingin mengetahui sesuatu dari nya. "Dan lebih heran lagi, salah satu pria yang tidak keberatan saat Yoona menikah dengan ku adalah kau, apa selama kau dekat dengan Yoona kau tidak ada rasa suka dengannya?"

Laurent tersenyum tipis "pria mana yang tidak jatuh cinta saat melihat Yoona, kau saja rela mengorbankan segalanya demi mendapatkan dirinya yang jelas jelas tidak ada rasa pada mu, aku hanya menjaga batasan ku, gadis itu terlalu sempurna untuk ku miliki." Jawabnya.

"Apa kau mencintai nya, kau tahu betul tentang Yoona, tapi tetap saja kau ingin melindunginya yang jelas-jelas hal semacam itu tidak perlu." Sahut Leo sebab ia tahu bahwa Yoona bukanlah gadis yang mudah tersakiti, namun Laurent hanya tersenyum tipis tanpa merespon pertanyaan leo.

"Aku punya sesuatu untuk mu." Ucap Laurent sembari mengeluarkan botol kecil yang berisi kapsul obat.

"Apa itu?"

"Mustahil jika kau tidak tahu, gadis itu saat ini pasti sangat kesal dengan dirinya sendiri, aku harap kau bisa membuat nya senang, lagi pula rugi jika kau tidak meninggalkan moment saat disini." Ucapnya sementara Leo yang mulai tersambung dengan maksud Laurent itu pun seketika tertawa kecil.

"Aku tahu kalian sudah melakukannya, lakukanlah selagi kau dengan nya, sampai dia tidak pernah menyesal melakukannya dengan mu."

"Andai kau tahu, dia hanya menganggap ku sebagai pemuas nafsu nya." Sahut Leo.

"Setidaknya itu kau, dari pada dia yang harus menjadi pemuas banyak pria lebih baik dia punya satu pria yang bisa jadi pemuas nya." Jawabnya sementara Leo mengambil botol kapsul itu dari Laurent.

Leo membolak balik botol kecil itu. "Apa disini ada tempat untuk berburu?" Tanyanya pada Laurent.

"Entahlah kenapa kau bertanya pada ku, tapi sepertinya ada satu hutan lebat di sebrang sana, apa kau mau mencoba berburu kesana?"

"Ide bagus, kebetulan aku membawa beberapa senapan di mobil." Jawab Leo dan Laurent mengangguk begitu saja.

Leo keluar dari dalam tempat itu menghampiri Yoona yang sedang duduk seorang diri di bangku pantai yang memang jauh dari pandangan nya sebelum nya sembari membawa dua senapan di tangannya.

"Apa kau mau bersenang senang dengan ku?" Tanya Leo yang seketika membuat gadis itu menoleh menatapnya.

"Kau mau kemana membawa senapan seperti itu?" Tanyanya.

"Berburu, Cuacanya begitu sangat mendukung hari ini, rugi jika tidak dimanfaatkan." Jawab Leo sebab cuaca saat ini benar benar sejuk, meskipun matahari bersinar menunjukan pukul hampir pukul 1 siang, namun mereka sama sekali tidak merasakan panas disana.

Yoona beranjak dari tempat duduknya dan mengambil senapan yang Leo sodorkan padanya. "Sepertinya menyenangkan jika bisa membunuh satu babi hutan." Ucapnya sembari memeriksa senapan miliknya.

Sementara itu di sisi lain ada sepasang sorot mata yang tertuju pada mereka terutama pada Yoona yang asik dengan senapan miliknya. "Apa mereka juga akan ikut?" Tanya Yoona ketika pandangan nya tidak sengaja bertemu dengan nya.

"Entahlah, tapi tadi aku sudah bilang pada Laurent, dan mungkin saja mereka akan ikut." Jawabnya.

Leo dan Yoona memutuskan untuk berangkat lebih dulu dari dua pria itu ke sebuah hutan lebat yang berada tidak jauh dari pantai, sehingga tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka sampai disana bahkan tanpa kendaraan sekali pun.

"Sepertinya kita harus memasang beberapa tanda disini." Ucap Leo waspada sebab hutan itu begitu lebat sehingga mungkin saja bisa membuat orang bisa tersesat saat melewatinya.

"Seseorang pernah bilang jika kau tersesat kau bisa naik ke atas pohon untuk mencari jalan keluar." Sahut Yoona.

"Tapi kau tidak akan pernah tersesat selagi kau bersamaku Yoona." Ucapnya yang membuat Yoona lagi lagi terdiam hingga tidak lama kemudian Laurent dan Luan pun akhirnya sampai disana dengan membawa sebuah senapan di tangannya.

"Ku kira kalian tidak akan ikut." Ucap Leo sama dua pria itu datang menghampiri mereka.

"Setelah di pikir pikir, tidak buruk juga kalau sesekali aku mengikuti hobi kalian ini." Jawab Laurent.

"Baiklah selamat bersenang-senang, kalian bisa pergi ke arah timur, sementara aku dan Yoona ke barat." Ucap Leo.

"Tidak, aku akan ikut dengan Laurent." Sahut Yoona sembari berjalan menghampiri Laurent.

"Kau yakin?"

"Kenapa aku harus tidak yakin, meskipun aku pergi sendiri pun aku tidak masalah, kita ke jalan ke arah timur kan?" Jawab Yoona yang langsung pergi ke arah timur hutan meninggalkan 3 pria disana.

"Yoona tunggu,,," panggil Laurent sembari sesekali melirik ke arah Leo dan kemudian pergi menyusul Yoona yang sudah jauh darinya.

Melihat hal itu Leo hanya menghela nafas panjang sembari melihat kepergian mereka berdua. "Kurasa aku tidak perlu terus ikut dengan mu, aku akan pergi ke arah Utara." Ucap Luan yang memilih jalan yang berbeda dari yang di arahkan Leo, dan pada akhirnya Leo pun ditingal sendiri di tempat sepi itu.

Dan pada akhirnya rute mereka kali ini Yoona dan Laurent ke arah timur, Luan ke arah Utara sementara Leo ke arah Barat. mereka memiliki jalan mereka masing masing.

Dorr dorr dorr

Suara ledakan peluru mulai terdengar di setiap sudut hutan, mereka dengan asik nya membidik setiap hewan yang mereka lihat, entah itu rusa, babi hutan, dan burung yang sedang hinggap di dahan pohon. Namun dari semua peluru yang keluar dari dalam senapan mereka tidak satupun mengenai mangsanya.

Kini pukul sudah menunjukan pukul 4 sore hari, dan mereka masih asik dengan hobi mereka yang belum mendapatkan hasil.

"Akan lebih baik kita segera kembali Yoona, lihatlah sepertinya hari sudah semakin gelap." Ucap Laurent mengingat ia tidak tahu sudah seberapa jauh ia masuk kedalam hutan.

"Tunggu sebentar Laurent, setidaknya ada satu bidikan ku yang berhasil." Ucapnya dimana mata tajamnya terus menyorot ke arah sekelilingnya.

Sementara itu disisi lain Laurent yang sudah mulai lelah itu pandanganya tiba tiba tertuju ke arah seekor rusa yang berada tidak jauh darinya.

Laurent perlahan mulai membidik rusa yang ia lihat itu dari kejauhan, mata tajamnya terus fokus tertuju pada hewan buruannya itu hingga saat bidikan nya sudah tepat ia langsung mengeluarkan peluru miliknya.

DORRR

Peluru itu melesat begitu cepatnya menembus dedaunan dan berhasil mengenai tubuh rusa itu, Laurent yang mengetahui hal itu langsung kegirangan sebab setelah Berjam jam lamanya akhirnya ia berhasil membunuh satu hewan.

"Yeahhh akhirnya!!! Yoona lihat aku sudah berhasil membunuh satu rusa, lihatlah,,,," girangnya sembari bermaksud menatap ke arah lawan bicaranya.

Namun ternyata disana tidak ada siapapun selain dirinya, Yoona yang awalnya berdiri di belakang nya tiba tiba menghilang begitu saja tanpa adanya pemberitahuan dari nya.

"Yoona,,, kemana perginya gadis itu sekarang, Yoona!!!" Panggilnya namun tidak ada respon apapun dari sang pemilik nama itu.

Dorrr!!!!

Suara ledakan peluru kembali terdengar begitu kuat hingga membuat perhatian Laurent teralihkan dan langsung berlari menghampiri sumber suara itu, namun semakin ia yakin dengan pendiriannya semakin ia tidak yakin dengan jalan yang ia tempuh, sebab hutan yang kini ia lewati terasa lebih lebat dari biasanya.

"Yoona!!!" Panggilnya lagi dan lagi lagi tidak ada panggilan ataupun respon dari sang pemilik nama.

"Kemana dia sebenarnya" geramnya yang tidak kunjung menemukan keberadaan gadis itu.

"Ahhh siall, Yoona!!" Kesal Laurent sebab teringat ponselnya ia tinggal di vila milik Luan. Laurent terus masuk menelusuri lebatnya semak dan pohon namun tetap saja ia sama sekali tidak menemukan jejak gadis itu.

Kini Laurent benar benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan, pikirannya benar benar buntu tidak tahu Harus pergi kemana di lebatnya hutan di tambah jauh dari pemukiman desa. Karena tidak tahu harus pergi ke arah mana, Laurent pun memutuskan untuk keluar dari lebatnya hutan itu untuk mencari bala bantuan.

Laurent bergegas untuk keluar dari dalam hutan tersebut menuju dimana tempat awal mereka bertemu, dan di saat yang bersamaan Leo pun juga Keluar dari jalur nya sembari menelpon seseorang di dalam telepon genggamnya.

"Kau siapkan saja semuanya Luca, mungkin aku akan kembali besok sore, dan kirim orang yang ku maksud tadi kemari, agar aku bisa segera merenovasi tempat ini." Ucapnya.

[Baik tuan, kalau begitu saya akan bilang ke pengacara tuan kalau tuan bisa menandatangani surat lahannya besok lusa.] Ujar Luca yang membuat langkah Leo berhenti.

"Iya, yang terpenting selesaikan semua transaksi terkait jual beli lahan ini Luca, aku tidak mau mengulur pembayaran." Jawabnya.

[Baik Tuan.] Jawab Luca dan Leo langsung mematikan teleponnya secara sepihak.

"Laurent kau juga baru keluar? Hari yang melelahkan, ku kira kau sudah keluar dari tadi." Ucapnya sembari berjalan meninggalkan Laurent begitu saja.

"Tunggu,,,,,Ada seseorang yang perlu kita cari." Ucap Laurent dan berhasil membuat langkah kaki Leo terhenti.

Leo menoleh dan menatap ke arah pria yang sedang berdiri di belakang nya. "Mencari Apa?" Tanyanya namun Laurent hanya diam menatap ke arahnya. Leo yang mengerti maksud Laurent seketika ekspresi ya berubah. "Apa terjadi sesuatu pada Yoona?" Tanyanya yang baru menyadari pria itu keluar dari hutan sendirian.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya? Tapi yang pasti aku tidak bisa menemukan nya, dia lepas begitu saja dari jangkauan ku." Jawab Laurent hingga lagi lagi membuat Leo teringat akan sesuatu yang membuatnya menjadi resah.

"Luan, dimana Luan? Apa dia sudah kembali?" Tanyanya lagi namun Laurent hanya menggeleng menandakan dia tidak tahu kemana keberadaan pria itu.

"Akan ku coba memeriksa ke Villa." Sahut Laurent yang langsung pergi begitu saja dari hadapan Leo, sementara itu dengan hati yang begitu resah Leo pun bergegas kembali masuk kedalam hutan itu ke arah Yoona pergi.

Leo menandai beberapa pohon yang ia lewati dengan kapur putih agar mempermudah kan dirinya untuk keluar, sebab tidak ada yang tahu seberapa jauh dia akan masuk ke dalam hutan itu. "Yoona!!!" Teriaknya yang menggema di setiap sudut hutan itu, namun tidak ada respon dari sang pemilik nama itu.

"Yoona!!!" Panggilnya yang terus menerus di setiap langkahnya, sementara itu di sisi lain seorang wanita sedang fokus dengan buruannya, kedua mata tajamnya terus fokus menyorot ke arah seekor babi hutan yang sedang berada sekitar 5 meter darinya.

Setelah ia merasa bidikannya pas, ia langsung melepaskan pelurunya yang sedari tadi ia tahan didalam senapan nya.

Dorr!!dorr!!dorr!!

Gadis itu berhasil melesat kan tiga peluru sekaligus kearah hewan buruannya itu, namun sialnya, ketika mendengar suara senapan yang begitu keras, membuat babi hutan itu langsung berlari begitu saja dan hilang dari pandangannya.

Ahhh sial," Geram yoona yang gagal untuk ke sekian kalinya, babi itu berlari begitu cepat meninggalkan Yoona yang kini tengah kesal dengan dirinya sendiri.

Yoona yang sudah lelah dengan usaha nya yang tidak membuahkan hasil itu memutuskan untuk kembali dan keluar dari dalam tempat itu. "Kira kira dimana Laurent apa dia sudah kembali?" Gumamnya mengingat dirinya sedari tadi pergi bersama Laurent.

Yoona berhenti dan beristirahat sejenak di sebuah sungai yang panjang dan mengaliri hutan lebat itu. Gadis itu mengistirahatkan tubuhnya sejenak di sebuah batu besar sembari membersihkan kakinya yang sempat kotor karena tanah liat.

Yoona menghela nafas panjang sembari menatap pantulan wajahnya di dalam air sungai yang mengalir begitu derasnya melewati bebatuan kecil. "Aku tidak menyangka akan menjalani hidup seperti ini." Ucapnya sendu mengingat posisinya yang saat ini sudah menjadi istri dari pria yang tidak ia cintai, dan ditambah lagi mantannya yang tiba tiba muncul di kehidupan nya.

Gadis itu terus menerus merenungi dirinya sendiri hingga tanpa ia sadari ada seseorang yang sedari tadi terus mengamati nya. Sepasang sorot mata nya terus tertuju pada Yoona yang saat ini sedang duduk melamun di atas batu besar di sungai. Gesekan semak semak belukar mulai terdengar seakan akan ia sedang menyiapkan sesuatu.

/Ceklek/ orang itu tiba tiba memasukan sisa peluru yang ia punya dan membidikan senapan seakan akan ia telah siap membidik mangsanya.

Dorrr!!

Suara senapan itu tiba tiba terdengar begitu nyaring sehingga membuyarkan lamunan Yoona, namun sebelum pandangan Yoona mencari sumber suara itu seseorang tiba-tiba meraih lengannya dan menariknya begitu saja hingga disaat yang bersamaan Sebuah peluru melesat dengan begitu cepat melewatinya.

"Apa yang terjadi?" Ucap Yoona yang bingung sembari menatap sosok yang menarik nya tadi. Namun orang itu sama sekali tidak menghiraukan nya dan langsung mengambil senapan miliknya dan mengarahkan nya ke arah semak semak arah peluru tadi berasal.

Dorr!!Dorr!!Dorr!!

Tiga buah peluru berhasil ia keluar kan, namun tidak membuahkan hasil apapun dan sepertinya malah menancap di pepohonan sekitar semak semak itu.

"Leo,,,,"

"Sebenarnya apa yang sedang kau pikirkan, bisa bisanya kau melamun di tempat seperti ini, bagaimana jika kepalamu benar benar pecah tadi uhh" kesalnya sembari menatap ke arah gadis yang sedang berdiri di depannya.

"Bagaimana kau bisa disini?" Tanya Yoona yang seakan akan mengalihkan topik pembicaraan itu.

"Seharusnya aku yang bertanya padamu, kenapa kau bisa disini sendirian Yoona!!" Bentaknya.

"Kenapa kau tiba tiba marah dan membentak bentakku tidak jelas eohh, lagipula entah aku mau pergi ke sana pergi ke situ terserah diriku, aku bukan lah anak kecil yang tak tahu arah pulang Leo."

"Tapi setidaknya kau bilang pada partner mu Yoona, bayangkan kalau kau mati tertembak disini, siapa yang akan tahu uhh, kau Jangan sesekali bertindak seenak jidat mu." Sahut nya.

"Aku hidup untuk bertindak semauku Leo, dan selama ini tidak ada yang mempermasalahkan nya kecuali dirimu, jika kau tidak mau mencari ku ya sudah, lagi pula aku tidak butuh untuk dicari, meskipun aku mati sekalipun, bukankah itu yang kau mau" Jawabnya namun membuat Leo terdiam heran sebab wanita yang ada di depannya itu sama sekali tidak peka dengan apa yang ia rasakan saat ini.

Dengan tatapan nya yang kesal itu Yoona pun melangkahkan kakinya untuk pergi dari hadapan Leo, namun saat ia baru mengambil dua langkah, tiba tiba saja hak sepatu tingginya terpeleset bebatuan licin yang saat ini ia pijak, hal itu membuat keseimbangan gadis itu tergoyahkan dan membuat tubuhnya terjengkang ke belakang ke arah pria yang masih berdiri di belakangnya.

"Arghhh!!!"

"Yoona!!" Teriak Leo yang panik dan langsung menangkap tubuh kecil gadis itu, namun tetap saja tubuh Leo tidak mampu menumpu dan alhasil mereka berdua pun jatuh kedalam sungai dengan posisi kepala Yoona yang hampir terbentur batu besar namun terselamatkan oleh tangan kanan Leo.

Byurr!!!

Seluruh tubuh gadis itu hampir sepenuhnya tercelup kedalam air, sementara Leo seluruh tubuhnya hampir terasa begitu sakit karena mayoritas terbentur bebatuan sungai. Menyadari hal tersebut Yoona langsung bangkit sembari menatap Leo yang masih terbaring basah disana.

Namun saat ia baru saja menegakkan kakinya beberapa detik entah kenapa ia merasakan rasa sakit yang menjalar di seluruh kepalanya.

'arghh ada apa dengan ku?' batinnya sembari memegangi kepalanya dengan tangan kanannya. Rasa sakit itu semakin lama di tahan semakin sakit, dan disaat yang bersamaan Sebuah potongan potongan bayangan masa lalu satu persatu mulai terlihat dan teringat samar di benaknya.

"kau baik saja?" Tanya Leo saat melihat gadis yang ada di depannya itu tiba tiba diam menahan sesuatu yang ada di dalam dirinya.

"Yoona?" Panggilnya lagi namun gadis itu sama sekali tidak meresponnya dan langsung tumbang begitu saja tanpa mengatakan satu katapun.

Melihat Yoona yang tiba tiba pingsan tanpa alasan itu membuat Leo sedikit terkejut dan langsung menangkap tubuh kecil nya itu, sebab gadis yang pada awalnya terlihat baik baik saja sekarang tiba tiba jatuh pingsan.

"Yoona, Yoona kau ini kenapa." Serunya yang terus menerus memanggil namanya sembari perlahan menepuk pipi kanan gadis itu.

"Yoona!" Panggilnya lagi namun tetap saja gadis itu tak juga kunjung bangun.

Leo yang mulai panik itupun langsung meraih dan menggendong tubuh istrinya itu dengan maksud untuk segera membawanya keluar dan pergi ke rumah sakit. Namun saat baru saja pria itu berdiri tiba tiba saja satu nama tersebut dan keluar dari mulut gadis yang saat ini ada di atas gendongan nya.

"Kak Varo,,,,," ucapnya lirih dan berhasil menghentikan langkah Leo.

"Yoona."

"Kak Varo, hiks kak" ucapnya yang tiba tiba terisak dengan raut wajah yang begitu ketakutan

Melihat Yoona yang tiba tiba terisak menangis tanpa alasan itu membuat Leo mengurungkan niatnya dan kembali memangku tubuh kecil Yoona yang saat ini belum juga membuka matanya.

"Yoona, apa yang sedang terjadi padamu, Yoona bangunlah." Ucapnya lagi namun hasilnya tetap saja tidak ada respon dari gadis itu selain terisak sembari menyebut satu nama yang tidak ia ketahui.

Cupp

Satu kecupan singkat mendarat di tepat di atas bibir Cherry Yoona dengan maksud agar gadis itu berhenti terisak dan kesakitan, dan yang benar saja hal itu membuat Yoona pun berhenti dan perlahan membuka kedua bola matanya.

"Yoona, kau baik baik saja?" Tanya Leo saat melihat gadis itu terdiam menatap wajahnya dengan deruan nafas yang tidak karuan.

"Kak Varo,,,," ucapnya sebab pandanganya kini masih kabur dan terus terbayang wajah yang terus terlintas di benak nya.

"Yoona, apa maksudmu? Ini aku Leo, apa kau tidak mengenali ku?" Tanyanya memastikan dan membuat gadis itu berkedip beberapa kali hingga kini ia benar benar melihat wajah pria yang benar benar berada di depannya.

"Leo?" Panggilnya dan Leo pun menganggukinya.

"Tidak Arghhh,,,," rintihnya ketika rasa sakit itu kembali menjalar di seluruh kepalanya.

"Kenapa? Katakan padaku apa yang sakit Yoona?"

"Arghhh kepalaku sangat sakit sekali Leo, arghhh ingatan apa ini kenapa bisa sesakit ini,,,,," rintihnya lagi sembari memukuli kepalanya sendiri, mendengar hal itu membuat Leo teringat akan sesuatu dengan perkataan Evie.

"Yoona hentikan, jangan terus memukuli kepalamu seperti itu."

"Kau tidak merasakan apa yang ku rasakan Leo Arghh." Jawabnya yang terus merintih kesakitan sembari terus memukuli kepalanya dengan maksud untuk menghilangkan rasa sakitnya.

Leo mencekal kuat tangan Yoona hingga membuat nya berhenti. "Jika kau terus seperti itu kepalamu akan semakin sakit Yoona, tenanglah dan lupakan rasa sakitnya." Ucapnya sembari menatap gadis yang saat ini sedang menahan rasa sakitnya.

Leo terus memegang erat tangan kanan Yoona, sementara gadis itu terus menutup kedua matanya seakan akan ia benar benar begitu kesakitan hingga tidak bisa membantah perkataan Leo. Suasana disana tiba tiba terasa begitu senyap hanya terdengar suara gemericik air sungai yang terus mengalir di belakang mereka.

"Tenanglah Yoona, lupakan rasa sakitnya, hiraukan semua ingatan aneh yang melintas di dalam benakmu." Ucapnya lagi sembari membelai lembut ujung kepala gadis itu.

Merasakan hal tersebut membuat Yoona seketika membuka kedua matanya dan menatap ke arah pria yang sedari tadi sedang berusaha menenangkannya. Yoona terdiam dan termenung menatap wajah Leo yang tidak pernah ia lihat selama ini, ekspresi lembutnya dan tatapannya membuat gadis itu merasa begitu tenang seakan akan ia benar benar terpaku dengan sikap manisnya.

"Apa kau tahu Leo, kau manusia pertama yang bisa memperlakukan ku seperti ini."

"Shuttt, jangan banyak bicara fokuslah pada suara gemericik air itu Yoona." Jawabnya yang lagi lagi membuat gadis itu terdiam, seakan ia benar benar terhipnotis oleh perkataan pria itu.

Leo tersenyum tipis saat gadis di depannya itu benar benar menurut padanya, Leo membelai ujung rambut Yoona dan perlahan menarik tengkuk lehernya dan ini pertama kalinya Yoona merasakan Jantungnya berdetak sangat cepat sehingga dia tidak bisa bernapas dengan baik. Kepalanya yang beberapa detik sebelumnya penuh dengan pikiran yang tidak diminta kini berdengung dengan antisipasi. Dia merasakan napasnya di pipinya. Dia memperhatikan kelopak matanya bergetar, lalu menutup, Kemudian bibir mereka bertemu.

Leo mencium dan melumat bibir Cherry Yoona dengan begitu lembutnya mengikuti suasana sejuk di sekelilingnya, sementara Yoona begitu menikmati permainan bibir Leo sembari dengan mendengar suara gemericik air yang sedari tadi terus menjadi alunan nadanya hingga membuat semua pikiran yang terus mengelabui benaknya perlahan menghilang terbawa arus sungai.

Leo melepas pangutan nya. "Sudah merasa lebih baik?" Tanyanya namun gadis itu diam tidak menjawab pertanyaan sederhana Leo, kini gadis itu lebih sibuk dengan kata hatinya yang saat ini sedang tergoyahkan.

'perasaan apa ini, kenapa dadaku begitu sesak saat menatapnya, seakan akan aku menginginkan lebih darinya.' batinnya sembari menatap wajah Leo dengan begitu lekatnya, sementara Leo mulai tersenyum manis ke arah gadis yang terus menatap nya itu.

'sial, apa aku sedang jatuh hati dengannya.' lanjutnya.

1
kirom hasran
Seru banget!
Libny Aylin Rodríguez
Aku butuh lebih banyak kisah seru darimu, cepat update ya thor 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!