kisah seorang gadis yatim piatu yang memperjuangkan panti dari orang yang ingin mengambil tempat tinggal anak - anak panti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon komah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bak Bidadari Turun Dari Kayangan
Malam ini dirumah besar Agantara mengadakan acara sebuah pesta kecil untuk memperkenalkan Airin sebagai putri bungsu Mahendra dan Agata. Mansion dihiasi layaknya pesta ulang tahun.
Dikamar Airin sudah selesai dimake up, Airin merasa deg degan karena baru pertama kalinya dia ada dalam sebuah pestanya orang kaya, apa lagi pesta ditunjukan untuk dirinya pasti pandangan semua orang akan tertuju padanya.
Undangan yang hadir semua para rekan bisnis dari Mahendra dan Erlangga dari berbagai negara. Begitu juga Aryo adik Mahendra datang bersama istri yang bernama Renata dan kedua anaknya Andika dan Giesel.
Renata disambut Agata dengan baik, mereka saling menempelkan pipi dan tanya kabar masing - masing tanda bahwa mereka saling rindu karena sudah lama mereka tidak bertemu, untuk mengobati rasa rindu mereka dengan sedikit mengobrol.
"Giesel, ternyata kamu sudah besar ya, kamu cantik sekali" puji Agata menyentuh dagu Giesel.
"Makasih tante, tante juga makin cantik aja" balas Giesel juga memuji kecantikan istri dari kakak papanya ini.
Karena mamanya sama tantenya lagi asik mengobrol dia mengalihkan pandanganya kepada seseorang yang dia rindukan yaitu Shaka. Dia melihat Shaka tidak jauh darinya lalu dia mendekat.
"Hai..." sapanya dengan memberikan senyuman yang paling manis.
"Mmm" hanya dijawab deheman saja. Giesel cemberut dari dulu Shaka selalu dingin padanya.
Dirga, Shaka dan Andika dulu satu geng saat SMA, sebenarnya ada 4 anggota. Dari dulu dia sudah menyukai Shaka tapi Shaka sedikitpun tidak tertarik padanya.
"Apa kabar kak?" tanya Giesel.
"Baik" jawab dingin Shaka, matanya mengedarkan pandanganya mengawasi sekeliling.
Tidak lama, tiba - tiba semua tamu undangan terdiam, pandangan mereka tertuju pada gadis cantik berjalan menuruni tangga.
Airin tersenyum menuruni tangga dengan perlahan, memakai dress pendek selutut berwarna putih tanpa lengan tapi ada layer melingkar didada, dengan tatanan rambut yang digerai, panjangnya sepunggung, bergelombang diujung rambutnya dan sedikit ada lilitan rambut dikepala melingkar kebelakang diberi hiasan bunga kecil berwarna putih dan tidak lupa ada sedikit rambut yang dibiarkan jatuh kebawah didepan telinga, riasan wajah yang tipis tapi terlihat sempurna. Dia berjalan dengan anggun dan perlahan.
Shaka menatap Airin hingga tak berkedip, bak bidadari turun dari kayangan "Cantik" batinya. Yang biasanya Airin hanya polosan tanpa riasan apa pun kini tampil berbeda. Tidak memakai make up saja Airin sudah cantik apa lagi memakai riasan wajah. Shaka saja sering mengaguminya tapi dari dalam hati. Giesel kesal dia cemburu melihat Shaka menatap perempuan itu sampai segitunya.
Khmm.
Deheman Giesel, Shaka tersadar lalu mengalihkan pandanganya kearah lain. Agata tersenyum melihat putrinya berjalan menuruni tangga, dia pun mendekat.
Erlangga, Dirga dan Arga berada dibawah tangga menunggu sang adik turun. Mahendra juga mendekat lalu mengulurkan tanganya, Airin pun menerima uluran tangan dari sang papa.
"Sayang" panggil Agata mengagandeng tangan putrinya. Setelah mereka berada ditengah - tengah para tamu, acara segera dimulai.
"Sebelumnya saya berterima kasih karena kalian semua sudah mau hadir dipesta sederhana ini" ucap Mahendra untuk memulai penyambutanya, beliu juga sedikit bercanda ditengah - tengah penyambutanya.
"Saya mau memperkenalkan putri kami yang selama ini terpisah dengan kami. Dan sekarang alhamdulillah kami dipertemukan kembali, kenalkan dia adalah Airin Kamaniya Agantara putri kami" ucap Mahendra, semua para tamu bertepuk Agata tersenyum.
"Ha ha hallo...." ucap Airin menduduk tanda menghormati tamu papanya.
Giesel menatap sinis Airin, dia tidak suka ada Airin yang hadir ditengah - tengah keluarganya.
***
Semenjak Airin kembali ditengah - tengah keluarga Agantara, sang kakak - kakak akan menghabiskan waktu bersama dengan adik kecil mereka yang dulu sudah terlewatkan begitu saja.
Seperti saat Airin dijadikan boneka hidup oleh abang - abangnya, Airin hanya diam pasrah karena melihat sang kakak - kakak bisa bahagia begitu, dia ikut bahagia dan tersenyum.
Rasanya ingin terbahak melihat ekspresi sang kakak Arga yang lagi mengikat dua rambutnya dibalik kaca. Memang dari dulu Arga ingin sekali mengikat rambut adik perempuan adalah keinginannya.
"Udah jadi. Keren kan?" Arga tersenyum bangga dengan hasil karyanya. Tapi tidak dengan Airin dia cemberut bagaimana tidak, Arga mengikat rambutnya tinggi sebelah. Arga garuk - garuk kepalanya yang tidak gatal sepertinya adiknya ini tidak suka dengan hasil ikatanya.
"Hahaha..." Dirga terbahak.
"Mukanya jangan ditekuk gitu dong. Walau sibengek ini tidak bisa mengikat rambut, tetap kok adiku yang paling cantik ini tetap cantik" kata Dirga memberi jempol.
"Ah sialan lu" kesal Arga dikatain bengek oleh Dirga.
"Ya iyala, disini cowok semua, yang cewek aku doang" batin Airin.
"Udah jangan cemberut gitu. Ni kakak kasih boneka" Dirga memberikan boneka beruang ke Airin.
"Makasih kak" ucap Airin. Tangan Dirga mengusap kepala Airin.
"Tu kan jadi jelek" kesal Arga karena Dirga berantaki rambut Airin yang baru dia ikat tadi.
"Emang udah jelek" ejek Dirga.
Tiba - tiba Erlangga jongkok membelakanginya.
"Kenapa kak?" tanya Airin.
"Sini" Erlangga menepuk pundaknya.
"Maksud kakak, kakak mau gendong aku?" tanyanya.
"Iya" jawab Erlangga.
"Ha"
sehari agar shaka mau menggendongnya