Cinta Big Bos

Tuan Regis dan sekertaris Yuri berada di luar negeri untuk waktu yang lumayan lama, namun itu tak menghalangi kinerja sigap dari sekertaris Yuri.

“ Cari tau siapa dia, dan apa hubunganya dengan nyonya “ perintah Rai di ujung telfon.

“ Baik tuan “ Sekertaris Yuri menutup telfonnya.

Dia menghubungi seseorang dan memerintahkan untuk melakukan pekerjaan yang di perintahkan Rai. Sekertaris Yuri punya banyak orang kepercayaan untuk di andalkan.

Ruby sedang melakukan aksi protes kepada Rai, dia menghentikan segala aktifitas yang biasanya.

Terserah kau makan atau tidak, aku tidak ingin memasak untuk iblis sepertimu lagi, lirik Ruby kepada Rai yang tidak menyentuh makanannya.

Dia bahkan tidak mengajak Rai bicara sama sekali. Selesai sarapan bersama Ruby sebenarnya malas mengantar Rai, tapi Rai kemudian menyeretnya menuju pintu depan.

“ Aku minta maaf sudah keterlaluan padamu, lain kali aku akan meminta izinmu “ peluk Rai saat akan berangkat kerja.

Ruby terkejut dengan perubahan sikap Rai, sangat aneh melihatnya minta maaf dan tidak marah-marah, dia juga penasaran dengan apa yang dimaksud Rai dengan meminta izinnya.

“ Apa ? “ tanya nya singkat membuang wajahnya.

“ Saat akan melakukan itu “ ucap Rai kepada Ruby, kemudian mendekatkan bibirnya ke telinga Ruby dan berbisik “ malam yang erotis “ suara Rai terdengar seperti desahan, dia menggigit lembut telinga Ruby membuat darahnya berdesir menimbulkan semburat merona diwajahnya.

“ Kau lucu sekali saat merona “ ucapnya kemudian mengecup lembut bibir Ruby.

Hei dia bilang akan minta izin dari ku, kenapa sekarang dia mengingkari ucapannya, maki Ruby dalam hati.

Sopir dan para pelayan wanita yang selalu menyaksikan adegan romantis dipagi hari itu menundukkan kepala.

Rai melepaskan pelukannya dan bergegas memasuki mobil sebelum Ruby sempat memakinya, kemudian mobil itu pergi meninggalkan mansion.

🍂🍂🍂🍂🍂

Kelas piano hari ini Lucas sedikit terlambat. Ruby sudah menunggunya di ruang seperti biasanya.

Terdengar ketukan pintu, Lucas mengintip dan mendapati Ruby duduk melamun.

“ Apa yang dipikirkan nona yang cantik ini sampai tidak mendengarkan ketukan pintu ku ? “ tanya Lucas membuyarkan lamunannya.

Menatap wajah Lucas yang selalu tersenyum membuat jantungnya berdegub. Apakah Ruby jatuh cinta padanya ?

“ Aku tidak melihat Vivianne akhir-akhir ini ? “ tanya Lucas pada Ruby.

“ Entahlah aku juga tidak, kau tau aku sama sekali tidak paham dengan urusan Klan dan semacamnya, ini seperti penjara bagi ku “ jawabnya malas menghela nafas.

“ Kenapa kau tidak membalas pesanku ? “ Tanya Lucas.

“ Aku ? Tidak ada pesan masuk “ Ruby menjawab heran

“ Kapan kau mengirimnya ? “

“ Aneh pesanku sudah berwarna biru yang artinya kau sudah membacanya, kemarin pagi saat aku membangunkan mu. Kemarin pak Handoko juga menelfonku membatalkan jadwal piano mu, ada apa ? Apa kau sakit ? “ tanya Lucas khawatir.

“ Sepertinya aku tidak ingat, mungkin aku sedang sibuk kemarin jadi aku lupa membalasnya, kemarin aku ada urusan mendadak “ kilah Ruby.

“ Baiklah hari ini mari belajar sebuah lagu, kurasa jari mu sudah cukup mahir “ Ajak Lucas memulai kelasnya.

Mereka belajar piano dengan penuh tawa, raut bahagia Ruby terlihat jelas, begitu juga dengan Lucas.

Diruangan Rai seseorang masuk dengan membawa map menyodorkannya kepada Rai, dia memeriksanya dengan seksama. Raut wajahnya mengeras.

Dia menelfon sekertaris kantor dan memerintahkan untuk menyiapkan semuanya.

Kelas piano berakhir lebih cepat sepertinya, atau karena Ruby merasa nyaman dengan Lucas, yang jelas Ruby bisa bernafas bebas saat bersama nya.

Ketukan pintu dari pak Handoko seperti alarm penanda pamitnya Lucas, yang artinya juga Rai akan segera pulang untuk makan siang.

Pak Handoko tidak mengingatkannya untuk memasak lagi atau mungkin Rai yang memberi perintah karena tau Ruby sedang marah. Dia dan Ruby sedang bersiap menyambut Rai, seperti sudah kebiasaan.

Harusnya aku tidak menyambutnya, semua kebiasaan ini seperti sudah menguasai diriku sendiri, bahkan aku tidak punya kendali lagi.

Ruby menghela nafas panjang.

Mobil memasuki halaman dan berhenti tepat di pintu utama, sopir membukakan pintu untuk Rai. Melihat Ruby menyambutnya terbersit senyum di bibirnya.

Ternyata dia masih peduli, dibalik sikapnya yang cuek rupanya masih menganggap ku suami nya.

Rai berjalan melewati ruang keluarga yang tidak pernah di gunakan itu, menuju tangga ke lantai atas, tempat dimana kamarnya berada. Ruby mengikuti dari belakang.

Di ruang ganti Ruby tidak ingin berlama-lama, dia masih marah dengan perlakuan Rai. Dia mengambil baju secara asal dan berbalik menghadap Rai.

Rai tertawa melihat tingkah Ruby yang sama sekali tidak melihat wajahnya, bahkan saat melepas kancing kemejanya.

Rai memeluk pinggangnya agar semakin mendekat, membuat mereka tak berjarak. Wajah Ruby merona.

“ Lupakan baju ganti itu, kita tidak perlu baju “ bisiknya di telinga Ruby. Dia mendorong Rai menjauh.

“ Apa ? “ tanya Ruby, dia mendekap dadanya untuk melindungi diri.

“ Kau lucu sekali, aku suka wajahmu yang merona, ku kira kau tidak menikmatinya, ternyata kau menikmatinya juga kan ? “ goda Rai, wajah Ruby semakin merona.

“ Menikmati apa ? “ tanyanya berusaha menyembunyikan wajah merona nya.

“ Malam yang erotis “ senyum Rai terkembang.

“ Tak usah malu mengakuinya, bukankah kau istri ku, jadi hal yang wajar bukan kalau kita melakukannya “

“ Ini tidak ada dalam kontrak perjanjian, dan lagi aku bukan istri mu, aku cuma babysitter mu, pengganti ibu mu “ jawab Ruby ketus dan membuang wajah, mengalihkan pandangannya dari Rai.

Kata-kata Ruby membuat wajah Rai berubah, kemarahan mulai merasukinya lagi.

Dia mencengkram lengan Ruby dengan keras, membuat Ruby meringis sakit.

“ Sepertinya aku sudah terlalu lembut padamu, dengar aku bukan orang baik yang menerima kesalahan orang lain, jadi jaga sikapmu dan jaga bicara mu. Apa ini karena Lucas ? Dia membuatmu bahagia saat bersamanya ? “ Suara Rai mulai menggema di ruang ganti.

“ Ya ini karena dia, saat bersama nya aku tidak perlu menjadi orang lain, tidak harus mengikuti peraturan – peraturan aneh yang kau buat, aku bisa tertawa, bersama mu aku merasa sesak, jadi kalau kau mengancam akan mencabut alat-alat ditubuh ayah ku, aku akan... “ Ruby tidak sempat meneruskan kalimatnya, bibirnya sudah dilumat kasar oleh Rai, dia menggigit bibir bawah Ruby, membuatnya membuka mulut dan dengan leluasa lidah Rai masuk kedalam mulutnya. Rai memeluknya erat membuat Ruby tidak bisa bergerak.

“ Aku tarik kata-kata ku yang akan meminta izinmu, aku akan melakukannya kapanpun aku mau dan kupastikan kau tidak akan menolak “ Ucap Rai penuh kemarahan.

Siang itu didalam ruang ganti Rai sekali lagi memaksa Ruby untuk melakukannya.

Ruby menangis terduduk di sofa yang ada di ruang ganti, hatinya benar-benar membenci Rai.

“ Bersiap-siaplah kita akan pergi bulan madu saat ini juga “ ucap Rai mengecup kepala Ruby.

“ Apa bulan madu ? Kenapa tiba-tiba ? Tidak mau “ Ruby setengah berteriak.

“ Kau harus mau “ Perintah Rai dan meninggalkannya.