Alia Zatifah adalah seorang Nyonya kaya yang dalam sekejap mata berubah menjadi janda miskin.
Bercerai dan menjadi janda miskin mengharuskan Alia untuk bekerja agar dapat bertahan hidup.
Namun, di satu kesempatan tak terduga ia menolong seorang wanita tua yang hampir saja di tabrak mobil.
"Sukma.. kamu Sukma teman ku kan??" ujar wanita tua itu pada Alia yang bingung akan nama yang tak pernah ia dengar.
Dan seorang pengacara ternama Topan Syahputra pun tak bisa berkata ketika sang ibu tak melepaskan tangannya dari mantan klien yang ia kalahkan di meja hijau.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cut Ria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di jemput..
Di sepanjang malam akhirnya, Alia tak bisa tidur. Ia gelisah juga masih merasa takut ketika bayangan dua pemuda tadi hampir membuatnya celaka.
Dari posisi tidur, akhirnya Alia menyerah dan bangun dengan menatap sekeliling kamar berukuran kecil dengan tembok dinding yang sudah rusak karena semen rapuh.
Tatapannya nanar menatap terpaku ke satu tempat. Dan bayangannya kembali saat merasakan pelukan sang majikan yang dengan sigap menenangkan dirinya yang terguncang.
Tanpa sadar Alia meraba pundaknya sendiri. Masih terasa jelas dekapan jemari Topan yang merengkuh pundaknya dengan hangat.
"Tenang Alia, saya ada di sini.." ucapan sang majikan saat itu, dan perasaan Alia pun tenang.
Alia tanpa sadar memejamkan matanya dengan menggelengkan kepalanya.
"Lo mikir apa Alia??" rutu Alia pada dirinya sendiri.
Ia mencoba membuang bayangan sang majikan. Bagaimana pun pak Topan hanya menolong dirinya saja, ya secara kemanusiaan.
Lalu dengan perasaan terpaksa ia kembali merebahkan badannya di kasur usang itu.
"Ayo, tidur Alia.. besok kamu harus kerja.. jangan sampai di pecat lagi!!" peringatan Alia untuk dirinya sendiri.
Alia mencoba memejamkan matanya dengan paksa. Ia harus tidur walau tak bisa. Dengan berharap besok ia bisa melupakan semua kejadian itu seiring pekatnya malam.
***
Di lain tempat. Di satu ruang di kediaman Mahendra. Rudy Mahendra terpaku melihat satu sisi ketika mendengar kabar yang baru saja ia ketahui.
"Apa?? Alia tinggal di perkampungan kumuh??" Rudy bertanya dengan nada tak percaya. "Kirim alamatnya sekarang!!" perintah Rudy bernada khawatir. Dan komunikasi itu pun terputus begitu saja.
Rudy hanya bisa menatap luar taman di balik jendela besar di hadapannya. Pikirannya di penuhi oleh sang mantan istri. Sungguh ia ingin kembali merengkuh wanita yang lembut itu.
"Alia" lirih Rudy ketika mengingat terakhir kali dapat merengkuh Alia dalam pelukannya. Canda dan tawa, cumbu dan rayu yang selalu hidup ketika bersama dengan Alia.
Rudy mengenggam erat handphonenya dengan rasa kesal pada dirinya sendiri. Kebodohan dan khilafnya sudah membuatnya kehilangan sosok wanita lembut itu.
"Alia, aku akan menjemputmu kembali.." bisik Rudy bernelangsa jauh.
Di satu ruangan yang sama, terlihat Bella sang istri sedang memandang dengan wajah kesal pada sang suami.
"Pasti mas Rudy sedang mikirin mbak Alia.. Alia dan Alia!!" kesal batin Bella cemburu. Lalu ia menyentuh perutnya dengan lembut.
"Sayang, tolong kuatkan mama, dan mama akan berjuang untuk kamu.. karena semua milik kamu, kamu adalah darah Mahendra" ujar Bella bersumpah pada bayi di dalam kandungannya.
Tak lama, Bella mengingat sesuatu. Ia mengingat ibu mertuanya, dan beliau harus tau jika mas Rudy masih terus mencari sosok mantan menantu yang sudah di buang oleh keluarga Mahendra.
"Nenek kamu pasti punya caranya sayang, mama percaya Nenek pasti bisa membuat papa kamu kembali sama kita.." ucap Bella seolah ia sedang merencanakan suatu untuk membuat mantan istri sang suami enyah dari sang suami.
***
Pagi pun menjelang, dan Alia bangun dengan sakit kepala karena tidur yang tak nyenyak. Setelah bersiap untuk pergi, tiba-tiba tangannya ragu ketika akan membuka pintu kamarnya.
"Ini kan masih setengah 6, gimana kalau mereka masih di sana??" gumam batin Alia khawatir.
"Gimana nie??" tanya Alia pada dirinya sendiri tak tak sengaja melihat sebuah payung di dekat pintu kamarnya. Dan seketika sebuah ide pun terlintas.
Dengan cepat Alia meraih payung itu untuk di jadikan senjata menjaga diri.
"Iya bener, kalau udah ada ini.. aku bisa bisa pergi, ayo Alia, jangan sampai telat sampai dirumah pak Topan.." ujar Alia yakin pada payung yang ia pegang dengan kuat.
Akhirnya Alia membuka kunci pintu kamarnya.
Ceklek..ceklek.. dan perlahan pintu terbuka dengan radar mata Alia melihat kesekeliling luar.
Masih sepi dan hanya ada satu dua orang terdengar sedang berbicara.
"Syukurlah sudah ada orang.." ujar Alia merasa lega, ya setidaknya keadaan luar yang masih sedikti gelap tidak begitu sepi berkat dua orang tersebut.
Alia keluar dengan kembali menutup pintu kamar kostnya. Tak lupa ia juga mengunci pintu dua kali.
Setelah yakin pintu terkunci dua kali, Alia berbalik sembari menyimpan kunci pintu ke dalam tas selempang miliknya. Dan bersiap untuk berjalan dengan membawa payung bersamanya.
Namun baru satu langkah Alia berjalan,tiba-tiba ada sosok yang berdiri di hadapannya dengan senyum.
Alia mematung.
"Pa-pak Topan??" serunya tak percaya melihat sang majikan berada di hadapannya.
Topan tersenyum simpul lalu melangkah untuk sedikit lebih dekat ke hadapan Alia.
"Semalam saya mengkhawatirkan kamu.. jadi pagi ini saya datang untuk menjemput kamu, Alia"
"Hah??" Alia benar-benar terperangah mendengar ucapan sang majikan.
"Saya juga berpikir, jika lebih baik kamu pindah dan ikut tinggal bersama saya.. apa kamu mau Alia???"
"Apa?" seru Alia kian tak percaya.
Topan melihat raut wajah Alia yang terlihat terkejut.
"Maksud saya, jika kamu tinggal bersama saya, kamu bisa merawat ibu saya lebih mudah.." terang Topan memberi alasan yang lebih tepat untuk di terima oleh sang pembantu.
Alia terlihat berpikir.
"Ta-pi.."
"Saya akan tambah gaji kamu.. jika kamu mau"
"Bu-kan, bukan seperti itu pak.. Alia"
"Kejadian semalam mungkin kamu masih beruntung, tapi kamu tidak tau bagaimana jika hal itu terulang lagi.. bisa saja mereka menganggu kamu lagi dan saya tak bisa membayangkan hal buruk terjadi pada kamu, Alia" jelas Topan dengan nada khawatir.
Alia pun ikut berpikir. Dan bayangan kekhawatiran sang majikan seolah mewakili perasaan Alia sendiri.
"Maaf jika aku mengatakan hal ini.. tapi keputusan tetap ada di tangan kamu, Alia.."
Topan menatap Alia lekat.
"Ku mohon Alia, aku tak bisa membayangkan jika kamu hidup di tempat yang tidak layak ini!!" jerit batin Topan yang tertahan di dadanya.
Tanpa di sangka, terlihat ibu Topan sedang memetik bunga di beberapa pot milik kamar kost lain.
Alia terteguh.
"Ibu??" seru Alia kaget.
Topan sejenak menoleh dan melihat sang ibu tengah fokus pada hal yang menarik perhatiannya.
"Anda membawa ibu sepagi ini??"
Topan menghela nafas.
"Ya, untuk menjemput kamu, Alia.." jawab Topan dengan menatap Alia kembali.
Keseriusan ucapan sang majikan terlihat jelas dari raut wajahnya.
Alia merasa sedikit ragu dengan kebaikan itu, ia tau ini hal yang terlalu berlebihan untuk ia terima. Bagaimana pun rasanya tidak pantas seorang majikan memperlakukan dirinya dengan begitu baik.
Tapi melihat keadaan lingkungan tempat tinggalnya saat ini, Alia juga tidak bisa menutupi jika ada rasa kekhawatiran besar jika kejadian semalam terulang.
"Ba-baiklah.." jawab Alia ragu-ragu.
Mendengarkan hal itu, seketika Topan bernafas lega.
"Tapi, Alia harus.. berbenah dan izin dengan pemilik.."
"Ya.. Aku akan tunggu.." jawab Topan tak keberatan. Jika hari ini sampai tidak masuk kantor pun akan ia lakukan, demi sang pembantu.