Seorang gadis bernama Yasmin Ranita harus menerima nasibnya untuk menikah dengan Pengusaha berdarah dingin bernama Bima Shandika Mahesa. Bahkan Yasmin harus mengorbankan pacarnya yang Ia pacari selama 3 tahun...
Impiannya untuk menikahi pacarnya kandas sudah, semua hanyalah angan - angannya saja buktinya dia menikah dengan Bima shandika mahesa, kebebasannya pun harus di renggut oleh Bima, Dia hanya menunggu keajaiban datang padanya.bagaimanakah nasibnya Yasmin...Ikuti Ceritanya
Terdapat adegan dewasa 21+ mohon bijak dalam membaca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Mutia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Penyesalan
Waktu sudah menunjukkan pukul 6:00 pagi, Bima masih tertidur disamping Yasmin dan Yasmin berbaring membelakangi Bima. Bima tiba - tiba memeluk Yasmin dari belakang dan membisikkan sesuatu ke telinga Yasmin.
"Aku mencintaimu Yasmin" Kata Bima yang masih setengah tidur.
"Kamu sudah mendapatkan tubuhku tapi jangan harap kamu bisa mendapatkan hatiku" jawab Yasmin tegas.
Sontak saja Bima kaget mendengar perkataan Yasmin, wajahnya tiba - tiba berubah dingin. Ia tidak mengatakan apapun dan langsung bangun dari tidurnya.
Bima pergi mandi dan siap - siap ingin ke kantor, ia lalu berbicara kepada Yasmin yang masih berada ditempat tidurnya.
"Mulai sekarang, kamu harus meminta ijinku sebelum keluar rumah. Jangan harap kamu bisa bertemu dengan kekasihmu itu" Kata Bima dengan nada tegas.
Yasmin saat itu hanya terdiam tanpa kata. Bima lalu meninggal Yasmin dikamarnya dan turun ke bawah.
Dibawah sudah ada nyonya sandra, yoland, angel dan meira menunggu Bima dan Yasmin sarapan.
"Bim...Yasmin mana, kenapa kamu tidak turun bersamanya?" tanya Meira sambil melihat keatas kamar Yasmin.
Bima tidak menjawab perkataan Meira. Ia lalu siap - siap ingin pergi. Meira yang melihat Bima langsung memanggilnya.
"Bim....Kamu tidak sarapan dulu?" tanya Meira.
"Aku tidak nafsu makan kak" jawab Bima. Bima lalu keluar meninggalkan mereka.
Didalam kamar, Yasmin bangun lalu berjalan masuk ke kamar mandi.
Dia melihat ke cermin dan melihat seluruh tubuhnya penuh bekas kemerahan. Ia menyalakan shower dan mengosok - gosok seluruh tubuhnya seakan jijik sambil menangis menyesal atas apa yang telah terjadi padanya semalam.
Ia sudah bukan wanita suci lagi, keperawanannya direnggut oleh lelaki yang tidak ia cintai. Ia bahkan tidak berani untuk bertemu dengan lelaki yang dicintainya, begitu pikirnya.
Saat itu juga ia langsung menenggelamkan dirinya kedalam bak mandi.
Meira membawakan makanan kepada Yasmin, ia mengetuk ngetuk pintu kamar Yasmin beberapa kali tapi tidak ada jawaban. Karena Khawatir, ia langsung masuk ke kamar Yasmin mencari keberadaannya tapi tidak menemukanya. Meira kemudian menyimpan makanannya dimeja lalu berlari menuju kamar mandi dan melihat Yasmin di bak mandi.
Yasmin yang mendengar panggilan Meira langsung membuka matanya.
"Ada apa kak?" tanya Yasmin.
"Apa kamu sudah gila Yas, kamu mau bunuh diri?" sambil memegang pundak Yasmin.
"Tidak kak, aku hanya mencoba menenangkan diri saja" jawab Yasmin.
"Ada apa....apa kamu baik - baik saja?" tanya Meira.
"Tidak ada apa - apa kak" sambil mengambil handuk yang ada disampingnya...."Tapi kenapa kakak disini?" tanya Yasmin.
"Oh...kakak tadi kawatir karena kamu tidak turun sarapan, jadi kakak membawakanmu makanan. Makanlah nanti kalau kamu sudah selesai berpakaian" balas Meira.
"Baik...terima kasih kak" kata Yasmin.
Meira pun meninggalkan Yasmin yang masih berada dikamar mandi. Yasmin kemudian keluar dan siap - siap berpakaian untuk pergi kuliah. Ia lalu turun ke bawah dan melihat Pak Joseph sudah berdiri didepannya.
"Ada apa pak?" tanya Yasmin.
"Tuan bilang, kalau Anda sekarang tidak boleh keluar rumah" jawab Pak Joseph.
"Tapi, saya mau kuliah pak" kata Yasmin.
"Saya...sudah meminta cuti satu bulan dari kampus" jawab Pak Joseph.
"Bapak kenapa meminta cuti tanpa sepengetahuan saya" kata Yasmin kesal.
"Itu perintah Tuan Muda, nona" jawab Pak Joseph.
Yasmin berlari naik ke kamarnya dan langsung melempar tasnya dikasur, ia sangat marah kepada Bima.
"Dasar laki - laki tidak punya hati" dengan nada kesal.
Bersambung