NovelToon NovelToon
Mahar Pengganti Hati

Mahar Pengganti Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Pengganti / Bercocok tanam / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Ibu Pengganti
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Husna, putri bungsu kesayangan pasangan Kanada-Indonesia, dipaksa oleh orang tuanya untuk menerima permintaan sahabat ayahnya yang bernama Burak, agar menikah dengan putranya, Jovan. Jovan baru saja menduda setelah istrinya meninggal saat melahirkan. Husna terpaksa menyetujui pernikahan ini meskipun ia sudah memiliki kekasih bernama Arkan, yang ia rahasiakan karena orang tua Husan tidak menyukai Arkan yang hanya penyanyi jalanan.
Apakah pernikahan ini akan bertahan lama atau Husna akan kembali lagi kepada Arkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Burak memasuki ruang tahanan sementara pandangannya tertuju pada Liliana yang meringkuk di sudut, wajahnya pucat dan matanya memelas.

“Om, tolong bebaskan aku. Aku tidak bersalah,” ucap Liliana dengan suara serak, suaranya hampir menangis.

Burak menatapnya lama, matanya penuh kebingungan dan kemarahan, namun ia tetap menahan diri.

Polisi yang mendampingi Burak lalu memintanya masuk ke ruang interogasi.

Di sana, suasana jauh lebih serius. Polisi menatap Burak dengan pandangan tegas.

“Pak Burak, kami perlu menjelaskan fakta yang kami temukan. Liliana, dia membunuh Aisyah,” ujar polisi dengan nada berat.

Burak mengerutkan keningnya, sulit mempercayai kata-kata itu.

“Dari hasil investigasi, kami menemukan bahwa Aisyah meninggal karena racun yang disuntikkan melalui selang infusnya. Semua bukti mengarah ke Liliana. Ini bukan kecelakaan atau komplikasi medis seperti yang kita kira sebelumnya.”

Burak menelan ludah, dadanya terasa sesak. Ia merasa seluruh dunia seakan runtuh di hadapannya.

“Racun, melalui infus? oleh adik sendiri?” gumam Burak, nadanya penuh kepedihan dan marah.

Pol“Benar, Pak. Semua bukti forensik dan rekaman CCTV di rumah sakit menguatkan dugaan ini. Liliana sudah direncanakan sejak lama.”

Burak menundukkan kepalanya, mencoba menahan amarah dan kesedihan. Ia sadar, meski darah dagingnya sendiri, tindakan Liliana adalah pengkhianatan paling kejam yang bisa ia bayangkan.

Ia memandang Liliana melalui kaca ruang interogasi, tatapannya campur aduk antara rasa ingin menolong dan kemarahan yang membara.

“Liliana… bagaimana bisa kau lakukan ini pada Aisyah… dan pada keluargamu sendiri?” batin Burak, hatinya remuk melihat kenyataan pahit itu.

Burak mengangkat ponsel dan menekan nomor Jovan dengan tangan yang masih gemetar.

“Van, aku butuh kamu ke kantor polisi sekarang. Ada hal penting terkait Liliana,” suara Burak terdengar tegas namun penuh kecemasan.

Di rumah sakit, Jovan yang sedang menggendong Ava langsung menurunkan putrinya ke pelukan perawat.

“Ava, tetap di sini ya, Nak. Mama masih perlu istirahat,” ucap Jovan lembut sambil tersenyum ke putrinya yang masih setengah mengantuk.

Perawat mengangguk dan menenangkan Ava, sementara Jovan menatap istrinya yang sedang berbaring lemah.

“Na, aku akan sebentar saja, tapi tetap istirahat dan jangan coba-coba bangun,” ujar Jovan sambil menekankan nada lembut agar Husna tetap tenang.

Husna hanya tersenyum tipis dan menutup matanya, menandakan ia mengerti.

Tanpa memberitahu Husna tujuan perjalanannya, Jovan segera mengambil jaket dan bergegas keluar menuju mobil.

Hatinya campur aduk, antara khawatir pada Husna dan Ava, dan rasa penasaran serta cemas atas berita yang diberikan Burak tentang Liliana.

Jovan menatap Liliana dengan mata yang penuh kebencian dan penolakan.

Liliana menunduk sejenak, lalu menatapnya sambil berkata dengan suara gemetar:

“Jovan, aku mencintaimu. Aku melakukan semua ini karena aku ingin kamu menjadi milikku.”

Kata-kata itu keluar dari bibir Liliana, tapi bagi Jovan, itu bukan pengakuan cinta yang manis melainkan pengakuan dari seorang pembunuh yang tega merenggut nyawa kakaknya sendiri.

Jovan menggeleng pelan, rahangnya menegang, dadanya berdebar kencang.

“C-cintamu…? Kamu pikir ini cinta?! Kamu membunuh Aisyah. kamu membakar rumahku dan sekarang kamu mengaku mencintaiku?!” Suaranya pecah, marah dan jijik bercampur menjadi satu.

“Aku melakukan semua ini untuk kita, supaya kita bisa bersama…”

Namun Jovan mundur selangkah, menatapnya dingin

“Tidak, Liliana. Ini bukan cinta. Ini kebencian yang menyamar sebagai cinta! Aku tidak akan pernah mencintai seseorang yang tega membunuh keluarganya sendiri!”

Jovan melangkah perlahan memasuki area pemakaman yang sepi, udara pagi masih dingin dan kabut tipis menutupi permukaan tanah.

Di depan makam Aisyah, ia berhenti, menundukkan kepala, dan menatap prasasti dengan mata yang berkaca-kaca.

Suara angin sepoi-sepoi menyapu pepohonan, membawa aroma bunga yang ditanam di sekitar makam.

“Maafkan aku, Sya. Aku tidak tahu apa yang dilakukan Liliana. Aku tidak pernah menyangka kalau dia bisa melakukan hal sekejam itu,” ucap Jovan dengan suara parau, menahan tangis yang sudah lama tertahan.

Ia merasakan dada sesak, hati remuk karena pengkhianatan yang begitu dekat dari keluarga sendiri.

Dengan tangan gemetar, Jovan menaruh bunga putih di atas makam Aisyah.

“Aku berjanji, Sya. Aku akan menjaga Ava, aku akan menjaga Husna, dan aku akan melakukan yang terbaik untuk keluarga kita. Aku tidak akan membiarkan rasa sakit ini sia-sia. Aku janji, kau tetap akan dihormati, selalu,” ucap Jovan sambil menunduk lebih dalam, air matanya jatuh menetes ke tanah di depan makam.

Setelah beberapa saat diam dan merenung, Jovan menarik napas panjang, mencoba menenangkan dirinya.

Jovan kembali melangkah perlahan ke rumah sakit, langkahnya masih terasa berat setelah kunjungannya ke makam Aisyah.

Saat memasuki ruang perawatan, ia melihat Husna yang masih terbaring di ranjang, menatapnya dengan mata yang cemas dan lembut.

“Van, ada apa? Semuanya baik-baik saja, kan?” tanya Husna, suaranya lirih tapi penuh perhatian.

Jovan menelan salivanya, menatap istrinya sejenak, dan berusaha menahan emosi yang masih berkecamuk di dadanya. Ia menganggukkan kepala perlahan.

“Ya, Na. Semuanya baik-baik saja,” jawabnya dengan suara serak, namun berusaha menampilkan ketenangan.

Husna tersenyum tipis, sedikit lega melihat suaminya berusaha tegar.

Namun matanya tetap menatap penuh perhatian, seakan merasakan ada sesuatu yang tersimpan di balik pandangan Jovan.

Jovan duduk di kursi samping ranjang, menggenggam tangan Husna dengan lembut.

“Aku hanya lelah sedikit, Na. Jangan khawatirkan aku. Sekarang yang penting kamu istirahat dan pulih sepenuhnya.”

Husna menundukkan kepalanya sebentar, lalu menatap Jovan kembali dengan mata yang penuh kasih.

“Aku senang kamu di sini, Van. Itu saja sudah cukup bagiku.”

Jovan menghela napas panjang, menatap wajah istrinya yang masih lemah namun hangat, dan perlahan ia membiarkan diri merasa tenang sejenak, meski bayang-bayang tragedi dan pengkhianatan Liliana masih membekas di pikirannya.

Beberapa saat kemudian, dokter masuk ke ruang perawatan sambil membawa catatan medis Husna.

Ia menatap Jovan yang sedang duduk di samping ranjang, lalu mengangguk ramah.

“Pak Jovan, kabar baik,” ujar dokter dengan senyum tipis.

“Besok Ibu Husna sudah boleh pulang. Luka bakarnya menunjukkan pemulihan yang sangat baik. Tapi masih ada satu hal yang perlu diperhatikan.”

Jovan menatap dokter dengan penuh perhatian, matanya menunggu penjelasan lebih lanjut.

“Perlu ada pergantian perban di rumah setiap hari sampai luka benar-benar sembuh. Jadi, Pak Jovan, Anda harus siap mengganti perban di tubuh Ibu Husna. Perawatan rutin ini penting agar tidak terjadi infeksi dan proses penyembuhan tetap optimal.”

“Baik, Dok. Saya akan pastikan semuanya terurus dengan benar. Aku akan melakukan yang terbaik untuk Husna.”

Dokter tersenyum puas dan memberi instruksi singkat mengenai teknik penggantian perban serta prosedur perawatan luka bakar yang aman di rumah.

Jovan mencatat dengan saksama, memastikan dirinya memahami semua langkah demi langkah sebelum akhirnya dokter berpamitan.

Jovan menatap Husna yang sedang tersenyum lemah.

“Na, besok kamu sudah boleh pulang. Aku akan pastikan semua perawatannya berjalan baik,” ucap Jovan lembut sambil menggenggam tangan istrinya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!