Yuki Amaranggana, seorang gadis anak pengusaha nomor satu, Bhanu Tungga Jaya, harus turun tahta menjadi seorang pembantu rumah tangga!
Apakah yang akan dialaminya selama menjadi asisten rumah tangga? Bagaimana kisah cintanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rangga yang Mempesona
Rangga yang membuat setiap gadis di barisan, bahkan mahasiswi-mahasiswi yang berada di belakangnya terpesona. Dia berjalan dengan cuek dan tak memperdulikan siapapun termasuk Yuki. Namun, kecuekannya malah menambar kadar kekerenannya. Lelaki itu tidak menyadari keberadaan Yuki. Queensya yang sedang menggandeng Putra pun sempat menatap kagum si Rangga yang tetap terlihat cool meski menenteng tas P3K. Gadis itu menatapnya begitu lama.
"Lihat apa sih kamu, Yang?" tanya Putra pada Queensya. Gadis yang mencengkeram lengannya dengan erat, tapi matanya berkeliaran, seperti tak berfungsi gendang telinganya pada ucapan Putra. Putra melihat mata Queensya memandang ke arah Rangga.
Dia kesal saat pacarnya ditanya malah seperti terhipnotis oleh pesona lelaki lain. Dihempaskannya tangan gadis itu hingga Queensya terperanjat dan tersadar dari pesona Rangga.
"Ish! Kenapa, Yang?" tanya Queensya sok berlagak tak berdosa. Putra semakin sebal dengannya.
"Kenapa, kenapa .... Tadi aku tanya kamu itu lihat apa??! Eh, kamu diem aja! Apa kamu lihat si Rangga itu?? Mahasiswa pindahan itu??" tebak Putra kesal, dan tebakan itu benar.
"Ooh ... jadi namanya Rangga ...." gumam Queensya lirih. Namun, hal itu terdengar jelas di telinga cowok yang sedang dikubangi kecemburuan itu.
"Dasar mata jelalatan lihat cowok!" Putra meninggalkan Queensya sendiri di tempat mereka berdiri.
"Ah, Yang! Kenapa sih .... Yang! Ugh!" Queensya menghentakkan kakinya ke tanah karena kesal ditinggalkan oleh Putra. Gadis itu berusaha mengejar kekasihnya.
Barisan mahasiswa kampus Yuki telah dibubarkan. Mereka mulai memasuki penginapan. Rupanya, penginapan kampus elit dan kampus Yuki bersebelahan.
Yuki, Dhea dan Nana telah menemukan kamar mereka. Lalu masuk dan meletakkan tas-tas kemudian mencuci muka serta beribadah dan beristirahat. Acara akan dimulai pukul dua siang setelah istirahat dan makan siang. Kegiatan siang ini adalah melakukan kunjungan ke beberapa usaha kecil di desa.
"Cowok tadi keren banget!" celetuk Nana.
" Cowok yang mana?" tany Yuki dan Dhea hampir bersamaan, keduanya saling bertatap dan tertawa menyadari kekompakan itu.
"Yang bawa tas P3K dari kampus elit," jawab Nana tanpa memperhatikan wajah kedua temannya.
Entah kenapa Yuki merasa gusar. Dia yakin orang yang dimaksud oleh Nana adalah Rangga. Namun, dia berusaha tenang.
"Oh, iya." Hanya itu yang keluar dari mulut Yuki, kembali bersamaan dengan Dhea. Namun, kali ini tertawa Dhea tak disambut oleh Yuki.
"Kamu kenapa, Ki?" tanya Dhea menyadari perubahan perilaku Yuki.
"Mm ... nggak papa, eh udah jam satu siang. Kita makan siang dulu, yuk!" ajak Yuki. Dia berusaha mengalihkan pembicaraan untuk menggiring kedua teman sekamarnya untuk keluar makan siang di aula penginapan. Jam makan siang telah lewat dua menit.
"Ah, iya! Perutku udah lapar karena perjalanan tadi. Yuk!" Dhea menyetujui ajakan Yuki. Akhirnya Nana pun mengikuti mereka berdua.
"Ayo lah, aku juga lapar!"
Fyuh, untung udah lewat jam makan siang dan mereka mau berhenti membicarakan Mas Rangga. Bisa-bisa, Nana tau kalo aku serumah sama Mas Rangga!
Yuki menghela napasnya, lega. Setidaknya dia terhindar untuk membicarakan orang yang membuat jantungnya berdegup tak beraturan itu, dan makin kencang jika tau bahwa ada teman yang menyukainya.
Mereka bertiga segera beranjak dari duduk, lalu keluar kamar dan tepat di saat meninggalkan kamar, ketiga pengikut Queensya berada di belakang mereka.
"Hey! Hey! Tiga anak culun, kompak kalian, ya!" teriak Anggi, diikuti suara tawa kedua temannya, pengikut Queensya.
"Aku takut!" bisik Dhea pada Yuki.
"Biarkan aja mereka, nggak usah diladenin! Percuma, untung juga nggak!" ujar Yuki menarik tangan Dhea agar berjalan lebih cepat.
"Huh! Miskin, culun, sama aneh! Pas ya pilihan kita untuk mempersatukan mereka!" seru Wenny, kembali disertai tawa kedua temannya, Anggi dan Rachel.
Yuki menengok sebentar ke belakang. Tak dilihatnya si kepala suku ketiga gadis itu. Dia kembali menatap ke depan setelah melihat ketiganya terdiam setelah Yuki ternyata berani memandang mereka.
Cunguk cewek itu pasti lagi pacaran sama cunguk cowok! Huh, kesempatan saat kegiatan kampus bareng! Pasti mereka juga yang merencanakan kegiatan ini! Ketiga anak cunguk itu pun nggak begitu seru kalo induknya nggak ada!
Yuki, Dhea dan Nana benar-benar mengacuhkan ketiganya. Ketiga pengikut Queensya tak lagi mengoceh dari menyadari pandangan sengit Yuki sekilas, hingga saat berjalan sampai di ruang makan.
Yuki mengambil piring melamin dari tumpukan. Baru membersihkannya dengan tissue, Anggi telah sengaja menyenggolnya dengan kasar.
Klang!
Semua mata yang ada di ruangan itu memandang kaget ke arah sumber suara. Piring itu terjatuh menggelinding ke kaki seorang lelaki. Lelaki itu mengambilnya, lalu meletakkan di tempat piring kotor. Anggi terkejut melihat keberadaan lelaki itu.
"Eh, Kak Ferry! Mari makan siang, Kak?" ajak Anggi berusaha ramah dan manis. Selain ingin mengajak lelaki itu, dia bermaksud berbasa-basi karena perbuatannya diketahui oleh Ferry.
Ferry tak menggubris Anggi. Dia mendekati Yuki yang hanya diam meski hatinya tertawa melihat kekacauan Anggi.
"Makan yang banyak, Kiki! Makan siang bareng, yuk!" pinta Ferry.
"Oh, dengan senang hati," jawab Yuki sambil melirik ke Anggi. Dia menerima ajakan Ferry hanya untuk memanasi gadis itu. Anggi sudah begitu marah karena dicuekin oleh gebetan. Apalagi Ferry malah memilih makan siang bersama musuhnya.
Ferry tampak senang dengan tanggapan Yuki. Anggi melengos, lalu mengajak kedua temannya untuk pergi dari sana.
"Kemana, Nggi?" tanya Wenny.
"Keluar, cari angin segar! Di sini panas!" jawabnya.
"Lho, udara desa kan dingin ..." ujar Rachel lugu. Dia kepalang lapar, tapi Anggi telah menarik tangannya, sementara tangan satunya berhasil meraih sebuah kerupuk yang langsung saja ia masukkan ke mulutnya.
Yuki menahan tawa melihat mereka bertiga. Yuki, Dhea dan Nana bisa makan siang dengan tenang. Ferry duduk di sebelah Yuki. Sebenarnya Yuki merasa jengah, tapi karena dia telah setuju untuk mau makan siang bersama dengan Ferry, maka dia bertahan di samping lelaki itu.
Obrolan berlangsung selama makan siang. Dhea dengan Nana dan Yuki dengan Ferry. Ferry tampak begitu perhatian dengan Yuki.
"Nambah, ya? Aku ambilin," tawar Ferry pada Yuki.
Yuki auto menggeleng, "Eh, nggak usah, Kak! Udah kenyang, makasih!"
Dia merasa tak bisa menerima perhatian dari Ferry. Gadis itu tak mudah jatuh cinta jika dia telah jatuh cinta pada seseorang, walau semua mata memandangnya iri. Ferry adalah salah satu cowok keren di kampusnya.
"Kita udahan ya, Kak. Kami bertiga mau ke kamar dulu," ujar Yuki memberi isyarat pada kedua temannya agar ikut kembali ke kamar.
"Oh, sebenarnya masih banyak yang ingin aku obrolin, tapi baiklah kalo kamu mau persiapan. Berhubung waktu juga nggak memungkinkan. Tiga puluh menit lagi akan dimulai kegiatan," kata Ferry mengingatkan.
"Oke, Kak. Makasih!"
Mereka bertiga beranjak dari ruang makan.
******
Maafin aku ya gaes... karena update begitu lamaaa, karena ada halangan... Cerita ini tetap dilanjut di sini kok, jangan kuatir, hehe... Makasih buat admin Neneng n Selly yang jaga GC dan kasih pengumuman di kolom komentar tentang author yang kemarin lagi kebingungan semingguan ini. Lebay. Mau crezi ap tapi capek banget... Moga tetap favoritin ya sayang2kuu... kecup2 cayank atu2 biar ga pada ngambeg wkwk... Muacch...