NovelToon NovelToon
Pendekar Kegelapan

Pendekar Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi Timur / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:7.7k
Nilai: 5
Nama Author: DANTE-KUN

Menceritakan kisah seorang anak laki-laki yang menjadi korban kekejaman dunia beladiri yang kejam. Desa kecil miliknya di serang oleh sekelompok orang dari sekte aliran sesat dan membuatnya kehilangan segalanya.


Di saat dia mencoba menyelamatkan dirinya, dia bertemu dengan seorang kultivator misterius dan menjadi murid kultivator tersebut.

Dari sinilah semuanya berubah, dan dia bersumpah akan menjadi orang yang kuat dan menapaki jalan kultivasi yang terjal dan penuh bahaya untuk membalaskan dendam kedua orangtuanya.


Ikuti terus kisah selengkapnya di PENDEKAR KEGELAPAN!


Tingkatan kultivasi :


Foundation Dao 1-7 Tahapan bintang

Elemental Dao 1-7 Tahapan bintang

Celestial Dao 1-7 Tahapan bintang

Purification Dao 1-7 Tahapan bintang

Venerable Dao 1-7 Tahapan bintang

Ancestor Dao 1-7 tahapan bintang

Sovereign Dao 1-7 tahapan bintang

Eternal Dao Awal - Menengah - Akhir

Origin Dao Awal - menengah - akhir

Heavenly Dao

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DANTE-KUN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 22

Seminggu kemudian di Aula Klan Li.

Di aula megah milik Klan Li, salah satu bangunan paling megah di Kota Liyang, dipenuhi dengan suasana tegang. Cahaya dari lilin-lilin besar menerangi ruangan itu dengan lembut, sementara empat sosok duduk mengelilingi meja besar yang terbuat dari kayu jati.

Di ujung meja, Matriark Li Yunqing, wanita paruh baya dengan wajah yang awet muda dan ekspresi dingin, mengenakan jubah putih dengan bordiran emas yang menunjukkan statusnya sebagai pemimpin Klan Li. Di sebelah kirinya, Patriark Meng Zhaoyun, pria dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, mengenakan pakaian berwarna hijau tua yang mencerminkan kekuatan dan kekayaan Klan Meng. Sebelah kanannya adalah Patriark Hun Tianlei, pria kekar berambut pendek yang wajahnya terlihat serius.

Di sisi berlawanan duduk Matriark Lung Xueyin, satu-satunya orang di ruangan itu yang terlihat lebih tenang meskipun ada tekanan besar dari tiga pihak lainnya. Rambut peraknya yang panjang berkilauan dalam cahaya lembut dari lilin, memberikan aura keanggunan yang sulit diabaikan.

Matriark Li membuka pembicaraan dengan suara dingin namun penuh wibawa.

“Kehadiran pria itu di Kota Liyang tidak bisa kita abaikan lagi. Tindakan dan reputasinya mengundang bahaya besar. Jika Sekte Bintang Darah memutuskan untuk menyerang dia ke kota ini dengan kekuatan penuh, kita semua akan kehilangan segalanya.”

Patriark Meng mengangguk setuju, suaranya menggema di ruangan.

“Benar. Pria itu bukan hanya menghancurkan asosiasi mata langit, tapi juga menciptakan kerusakan besar dalam pertempuran melawan tujuh tetua Sekte Bintang Darah. Jika kita membiarkannya tinggal di sini, kita seperti menyimpan bara api di dalam rumah.”

Patriark Hun menambahkan dengan nada berat.

“Kita semua tahu bahwa Sekte Bintang Darah adalah salah satu sekte terbesar di wilayah ini. Kita tidak akan mampu bertahan jika mereka mengerahkan semua kekuatan mereka. Apa gunanya mempertahankan seorang pria yang hanya akan membawa kehancuran bagi kota kita?”

Matriark Lung Xueyin menghela napas panjang, mencoba menahan diri untuk tetap tenang.

“Acheng mungkin memiliki masalah dengan Sekte Bintang Darah, tapi dia tidak berniat menciptakan kekacauan di kota ini. Bahkan, dia membantu menyelesaikan pertarungan tanpa melibatkan lebih banyak penduduk kota.”

Matriark Li memandang tajam ke arah Xueyin, suaranya semakin tegas.

“Menyelesaikan? Lung Xueyin, apakah kau benar-benar tidak menyadari? Karena dialah, kita kehilangan ribuan nyawa warga kota dalam pertempuran itu. Apakah itu yang kau sebut menyelesaikan?”

Xueyin menjawab dengan suara lembut namun tegas.

“Aku tidak mengatakan bahwa itu sepenuhnya salahnya. Tapi mari kita tidak melupakan bahwa Sekte Bintang Darah juga yang memulai konflik itu. Acheng tidak pernah menyerang penduduk kota. Dia hanya membela dirinya.”

Patriark Meng menghentakkan tangannya ke meja.

“Cukup, Lung Xueyin! Kau terlalu membela pria itu. Bagaimana jika dia membawa lebih banyak masalah di masa depan? Kau tahu Sekte Bintang Darah tidak akan berhenti sebelum mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan.”

Patriark Hun mengangguk setuju.

“Kita tidak bisa mengambil risiko. Kota Liyang adalah tanggung jawab kita. Aku mendukung keputusan untuk mengusirnya sebelum semuanya terlambat.”

Xueyin berusaha menahan amarah yang mulai memuncak, suaranya tetap tenang.

“Mengusirnya hanya akan membuat kita tampak lemah di mata Sekte Bintang Darah. Mereka akan melihat ini sebagai kesempatan untuk menekan kita lebih jauh.”

Matriark Li menggeleng.

“Lebih baik kita terlihat lemah daripada kehilangan seluruh kota ini.”

Setelah argumen terus berlanjut tanpa titik temu, Matriark Li berdiri dari kursinya, menatap setiap orang di ruangan dengan pandangan tegas.

“Kita tidak bisa terus berdebat seperti ini. Aku mengajukan ultimatum: Pria yang bernama Acheng harus pergi dari Kota Liyang dalam waktu tiga hari. Jika dia tetap tinggal, aku akan menganggapnya sebagai ancaman langsung bagi kota ini dan mengambil tindakan sendiri.”

Patriark Meng dan Patriark Hun setuju tanpa ragu.

“Kami mendukung keputusan itu,” jawab mereka hampir bersamaan.

Xueyin duduk dalam diam, matanya tertutup rapat. Ia tahu bahwa ia kalah suara dalam pertemuan ini. Namun, hatinya tidak setuju dengan keputusan tersebut. Baginya, Acheng bukanlah ancaman yang harus diusir, melainkan seseorang yang layak untuk diawasi dan mungkin, di masa depan, menjadi sekutu yang kuat bagi Kota Liyang.

Ketika pertemuan berakhir, Xueyin memandang keluar jendela aula, menghela napas panjang.

“Acheng... bagaimana kau akan merespons ini?” gumamnya, merasakan tekanan besar yang menanti.

...

Sementara itu di atas sebuah bukit yang menghadap langsung ke Kota Liyang, Acheng duduk bersila di atas sebuah batu besar. Malam itu dipenuhi keheningan, hanya ditemani suara lembut angin yang menerpa dedaunan. Dari tempatnya duduk, dia bisa melihat dengan jelas cahaya lampu yang menerangi kota, menandakan kehidupan yang terus berjalan meskipun baru saja melewati bencana besar.

Wajahnya tampak serius, tatapan matanya tajam menatap keramaian malam. Di dalam pikirannya, berkecamuk sebuah dilema besar keputusan yang bisa mengubah seluruh hidupnya.

Saat itu, ingatan Raja Iblis yang pernah dia serap kembali terlintas dalam pikirannya. Salah satu ingatan itu membawa Acheng pada teknik yang sangat berbahaya: Iblis Melahap Jiwa. Teknik yang memungkinkan seorang kultivator menyerap jiwa orang lain untuk mendapatkan kekuatan milik jiwa yang di serap.

Acheng memejamkan mata, mencoba memahami sepenuhnya efek teknik ini. Dalam pikirannya, ingatan tentang bagaimana Raja Iblis menggunakan teknik ini terputar seperti sebuah rekaman. Raja Iblis melahap ratusan jiwa dalam sekali waktu, memperkuat dirinya hingga melampaui batas yang seharusnya.

Tapi di akhir, Acheng mengetahui bahwa teknik ini adalah teknik yang di buat oleh ras iblis. Dan jika seorang manusia menggunakan teknik ini, besar kemungkinan jiwanya akan mengalami perubahan dan bisa saja kehilangan moral nya sebagai manusia.

Suara lembut angin malam membawanya kembali ke realitas. Acheng membuka matanya perlahan, wajahnya tampak semakin tegang.

“Teknik ini...” gumamnya, “adalah pedang bermata dua.”

Dia tahu bahwa jika dia menggunakan teknik ini, dia bisa dengan cepat melompat ke tingkat kekuatan yang lebih tinggi. Tapi dia juga memahami risikonya yaitu kehilangan kendali atas pikirannya sendiri dan berubah menjadi monster seperti Raja Iblis.

Acheng menoleh ke arah Kota Liyang. Dari atas bukit itu, kota tampak seperti hamparan bintang kecil yang berkerlap-kerlip. Dia tahu bahwa keberadaannya di sana telah menimbulkan banyak masalah. Dan dia memiliki firasat bahwa dia sudah harus pergi secepatnya dari kota ini.

“Kalian benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti...” ujarnya pelan, matanya memandang kosong ke arah kota.

Dia tahu bahwa waktu yang dia miliki semakin sedikit. Sekte Bintang Darah pasti sedang merencanakan serangan besar berikutnya, dan keempat penguasa kota juga sudah pasti tidak ingin dia berlama-lama di kota ini. Jika dia ingin bertahan, dia harus menjadi lebih kuat—secepat mungkin.

Acheng mengepalkan tangannya. Di dalam pikirannya, teknik Iblis Melahap Jiwa terus menggoda. Dia merasakan konflik dalam dirinya: apakah dia akan tetap berpegang pada prinsipnya sebagai manusia, ataukah dia akan mengambil risiko menjadi sesuatu yang lebih gelap untuk bertahan hidup.

“Kekuatan...” Acheng bergumam, suaranya terdengar berat. “Hanya mereka yang kuat yang bisa menentukan jalan mereka sendiri.”

Dia mengingat kembali semua yang telah dia lalui—kekalahan, pengkhianatan, dan perburuan tanpa henti oleh Sekte Bintang Darah. Dia telah sampai pada titik di mana kekuatan bukan lagi sekadar alat, melainkan kebutuhan mutlak untuk bertahan hidup.

Namun, teknik itu membawa risiko besar. Acheng tahu bahwa teknik ini akan membuat dia keluar dari jalur kemanusiaannya.

“Apakah aku akan menjadi seperti Raja Iblis?” tanyanya pada dirinya sendiri. Tangannya gemetar sesaat sebelum dia menenangkan dirinya kembali.

Angin malam kembali bertiup, membawa aroma segar dari pepohonan di sekitar bukit. Acheng berdiri dari tempat duduknya, memandang kota untuk terakhir kali sebelum dia berbalik menuju gua tempat dia biasa berkultivasi.

“Aku tidak akan menyerah pada jalan ini,” katanya dengan suara pelan namun penuh tekad. “Tapi aku juga tidak akan terburu-buru. Teknik ini adalah pilihan terakhirku.”

Meskipun dia tahu dia mungkin tidak punya banyak waktu lagi sebelum konflik berikutnya meletus, Acheng memutuskan untuk mencari cara lain terlebih dahulu untuk memperkuat dirinya. Jika semua jalan gagal, barulah dia akan mempertimbangkan untuk menggunakan teknik terlarang itu.

Dengan langkah mantap, Acheng kembali ke gua, meninggalkan pemandangan kota yang masih bersinar dalam malam yang tenang.

1
y@y@
⭐👍🏾👍🏿👍🏾⭐
Desri Eka Darma Amd
tolong dong author, jika ingin menamatkan cerita atau membuat judul cerita yang baru ada pemberitahuan terlebih dahulu. agar pembaca mengetahui, terimakasih 🙏🙏🙏
Wulan Sari
critanya sangat menarik semangatbya thor salam sehat selalu 👍💪❤️🙂🙏
Dante-Kun: Makasih banyak 😁😁🙏
total 1 replies
Hadir
G Wu
Belajar lagi Thor ,perempuan pemimpin sekte/clan dipanggil MATRIAK bukan Patriak !
Ma arti nya mamak/ibu perempuan ,, Pa PPA)ayah laki.
azizan zizan
sepatutnya berkultivasi dahulu dengan apa yang ia rampas naikkan lvl dulu bukannya berkeliaran entah kemana-mana... kebanyakkan novel yang alurnya begini pasti segini lah jalan ceritanya tak pernah ada perubahan... baru dapat kekuatan dikit aja lah rasa macam udah kuat tiada tandingan... cehhh menyampah...
azizan zizan
nah gitu rampas semua harta perang jangan di tinggal dikit pun...
azizan zizan
lah rampasan harta ngak di ambil di tinggal begitu aja.. tolol apa bodoh Nih..
azizan zizan
alurnya jangan terlalu banyak bertele-tele sangat Thor alurnya jadi kurang seru...
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾💥👍🏼💥👍🏾
y@y@
👍🏿🌟⭐🌟👍🏿
y@y@
👍🏼💥🌟💥👍🏼
y@y@
👍🏾⭐👍🏿⭐👍🏾
y@y@
🌟💥👍🏼💥🌟
udenk
mang aceng ama mang dadang. nanti musuhna mang cecep dan mang dudung....hehehe
AK47 uzi: nnti punya temen nama nya datang,akum sama idoy /Facepalm/ ,lanjut dah thor
Dante-Kun: Nama mc nya emang pake kearifan lokal 🤭🤭
total 2 replies
AK47 uzi
mari mulai membaca...yg jd pertanyaan saya tiap ada cerita baru .....yaitu...apakah cerita ini sampai tamat..atau hiatus seperti cerita lain nya..cuma author doang sama tuhan yg tau...jd saat ini baca aja dulu
Dante-Kun
🔥🔥🔥
NuruL Fuud
jos...
y@y@
💥👍🏿⭐👍🏿💥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!