FABL : Rere Dan Ben Si Cowok Berengsek

Seminggu setelah kejadian yang menyedihkan itu, Rere akhirnya kembali masuk sekolah. Desas-desus di sekolah selama Rere istirahat di rumah mengatakan bahwa (dari versi pak Somad) ada sekawanan pelajar dari sekolah lain yang menyerbu sekolah. Mereka (masih versi pak Somad) rupanya rival dari sekolah ini, mau menghancurkan sekolah dengan mengacaukan ruangan sekolah. Merusak apa saja yang mereka lihat dan karena hanya salah satu ruang kelas saja yang terbuka dan juga ruang BP yang kebetulan pada saat itu tidak terkunci.

Pak somad juga mengatakan mereka sepertinya bukan niat untuk mencuri atau balas dendam tapi sepertinya hanya bermain-main dan mengacaukan apa yang ada, sejauh ini tidak ada satu benda yang hilang hanya beberapa fasilitas sekolah yang mengalami kerusakan.

Beruntung saat itu sekolah sudah sepi jadi tidak ada perkelahian (masih versi pak somad).

Tidak ada yang mencurigai kenapa Rere harus istirahat selama seminggu dan datang dengan menggunakan tongkat untuk membantunya berjalan. Rere pun juga bungkam seribu bahasa. Dia sudah memperingatkan Albie untuk merahasiakannya juga. Albie bersikeras untuk meminta Rere melaporkan ke pihak yang berwajib. Tapi entah karena hal apa, Rere lebih memilih diam.

Mungkin dalam pikirannya, jika semua khalayak sekolah mengetahui kejadian itu, apa tanggapan mereka. Kasihankah? Jijikkah? Support positifkah? Atau malah melecehkan dia karena sudah di 'pake' beramai-ramai Rere menggeleng kan kepalanya jika mengingat hal yang menyakitkan itu rasa was was nya menjadi kan dirinya yang ceria menjadi pendiam.

Tetapi siapapun yang menjebaknya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda. Ika juga sungguh tidak tahu mengenai air mineral itu. Dia sendiripun meminumnya dan pingsan di mobil tepat ketika supirnya mengantarkan pulang. Rere juga mendengar bahwa teman sekelasnya itu di bawa ke rumah sakit dan dokter memprediksinya hanya kebanyakan minum obat tidur saja.

Rere semakin bingung bukan Ika dan juga Albie, Albie dan Ika juga termasuk ke dalam salah satu korban dari rencana Ben dan kawan-kawannya.

Lola masih tidak mau di ajak bicara, Rere berfikir kenapa dia cepat sekali menghilang. Lola terlihat semakin menjauhi Rere ketika dilihatnya Albie semakin dekat dengan Rere. Rere sendiri juga sungguh merana, semenjak kejadian itu dia jadi sangat pendiam. Selalu murung dan tidak pernah meninggalkan bangku kelasnya selain bel sekolah yang memulangkan semua siswa.

Rere bahkan rela hanya minum satu teguk saja selama di sekolah dia takut jika harus ke kamar mandi lagi.. Takut kejadian itu akan terulang lagi.

Tetapi sekali-sekali Rere masih menyempatkan diri untuk meng-sms Lola, mungkin suatu saat dia mau mereplynya. Sepertinya usaha Rere sia-sia, dia semakin merana. Rere merasa bahwa hari-harinya di sekolah semakin membosankan saja. Dia merasa sangat kesepian. Kecuali Albie (yang terus memperhatikannya), Rere merasa tidak punya hiburan sama-sekali. Dia mau Lola ada di sampingnya, hang out bersama, nonton bersama atau tertawa-tawa bersama seperti dulu lagi.

Kesepian Rere semakin menjadi ketika papa dan mamanya harus pergi ke Glasgow, Scotlandia untuk tugas kantor "maybe three years, or four… We don’t know… depends on the duty dear" papanya menjelaskan.

"But, we’re going to pick you up right on your graduation, sweetheart" Orang tuanya memang menyarankan Rere untuk menyelesaikan sekolahnya lebih dahulu di Jakarta . Dan mereka akan memboyongnya untuk kuliah di sana .

Sebenarnya Rere ingin ikut papa-mamanya, tetapi memang dia harus menyelesaikan pendidikannya dulu yang tinggal dua semester lagi. Sudah empat minggu berlalu Rere tinggal sendiri di rumah hanya di temani pembantunya. Sekarang dia sudah pulih seperti semula, tidak perlu menggunakan tongkat lagi. Albie pun sering berkunjung kerumahnya hampir setiap hari. Rere tidak mengerti, sekarang semenjak dia hidup mandiri, kehidupan seks sepertinya sudah menjadi hal yang biasa saat Albie berkunjung. Mereka pasti melakukannya jika ada kesempatan. Rere pun tidak kuasa menolaknya. Sebenarnya Rere juga tidak kuasa menolak kehadiran Albie ke rumahnya. Kadang dia merasa jenuh padanya. Tetapi sekali lagi, dia memutuskan untuk menjalaninya pelan-pelan.

Rere membenamkan wajahnya ke lipatan tangannya dan berusaha untuk tidur, jam istirahat tidak seperti biasanya. Dulu saat masih dengan Lola, Rere selalu berjalan sambil tertawa lepas di sepanjang koridor bersama sahabatnya itu.

Jangankan untuk ke kamar mandi hanya untuk mengisi perutnya saja Rere tidak berani ke luar kelas.

Saat Rere mulai memejamkan matanya ia merasakan belaian lembut di kepalanya, dengan sedikit terkejut Rere menatap orang yang berdiri di dekatnya.

"Albie!" Ucap Rere sambil mengelus dadanya.

"Aku ngagetin ya" tanya Albie sambil duduk di bangku sebelah Rere.

Rere menatap ke sekeliling kelas nya, sepi! Ya karena semua orang berhamburan ke kantin tidak seperti dirinya yang diam membisu.

Rere kembali menidurkan kepalanya di meja sekolah, kali ini menghadap ke Albie yang berada di sebelahnya.

Albie mengusap pipi mulusnya, mengesampingkan beberapa helai anak rambut yang menutupi pipinya.

"Kamu cantik banget sih Re.." ucap Albie yang masih kagum dengan kecantikan Rere.

Rere hanya tersenyum tipis, sebenarnya Rere takut jika ada orang yang melihat mereka berduaan apalagi Lola, bagaimana jika Lola semakin marah kepadanya.

"Bie, kamu pergi aja, aku takut ada yang liat" Rere memegang tangan Albie yang masih menyapu halus pipinya.

Rere memejamkan kedua matanya saat jari jemari Albie mengitari telinga dan turun ke lehernya.

"Bie.." Rere bangun dan melihat ke sekelilingnya.

Albie hanya tersenyum memperlihat deretan gigi nya yang putih dan rapi "Oke oke" seakan tau apa yang Rere maksud Albie berhenti menggoda Rere.

Tapi Albie tidak bisa menahan diri untuk tidak mencium bibir ranum Rere, awalnya hanya sebuah kecupan ringan namun entah kenapa ciuman itu terus berlanjut dan semakin dalam, tangan kanan Albie menarik tengkuk leher nya untuk memperdalam ciuman mereka dan tangan kiri Albie yang spontan menyusup masuk ke dalam rok sekolah yang Rere kenakan membuat sang empunya terlonjak kaget.

Rere berusaha menghentikan Albie, namun Albie semakin memperdalam ciuman nya sekeras apapun Rere berusaha untuk menyudahi nya.

Tangan Albie mulai menjamah tubuh Rere seolah lupa mereka sedang berada di dimana, Albie tidak menghiraukan sekelilingnya yang dia inginkan hanyalah gadisnya.

"Ah..bie.." Rere sedikit mendesah pelan saat jari jemari Albie bermain di bawahnya, Rere menggigit bibir bawahnya menahan erangan yang keluar dari mulutnya.

Albie semakin menikmati saat melihat Rere yang memejamkan matanya, dia mencium lagi bibir lembut nya, menciumi pipi dan daun telinga Rere yang semakin membuat Rere mengejang hebat meminta Albie menghentikan semua ini.

Rere dan Albie tidak sadar saat aksi mesum mereka di lihat oleh sepasang mata tajam dan dingin yang terus mengawasi mereka berdua.