NovelToon NovelToon
Menantu Sampah

Menantu Sampah

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Dikelilingi wanita cantik / Cinta Terlarang / Suami Tak Berguna / Pelakor jahat / Saudara palsu / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: siv fa

simak dan cermati baik2 seru sakali ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siv fa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20

Seperti yang dikatakan si petugas keamanan, Klub Ballein memang dimiliki oleh Yanuar Winarto, salah satu mafia paling berkuasa di dunia bawah di Kota Hagasa.   Tapi Yanuar bukanlah yang paling ditakuti. Yang paling ditakuti adalah sosok bernama Jordan Tyren, bos mafia yang terkenal kejam dan bengis.   Dan Aurora adalah orang kepercayaannya Tyren. Tentu saja kemunculannya di hadapan kedua penjaga keamanan itu membuat mereka jiper.   "Apa kalian tak mengerti apa yang kukatakan barusan? Cepat menyingkir! Beri kami jalan!" bentak Aurora.   Kedua penjaga keamanan Klub Ballein itu refleks mundur selangkah. Rumor soal betapa brutalnya Aurora ketika sedang mengamuk sudah sampai ke telinga mereka. Dan saat ini wanita itu memancarkan aura seorang pembunuh. Entah apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka membuat Aurora kesal.   Maka kedua penjaga kemanan itu pun langsung menyingkir, memberi jalan pada Aurora dan Martin.   "Silakan masuk duluan, Tuan Muda," ucap Aurora.   Kedua penjaga keamanan itu mengernyitkan kening. Sikap Aurora berubah 180 derajat saat dia bicara pada Martin.   Mereka saling menatap dengan muka penuh tanya. Jika Aurora bersikap sehormat itu kepada Martin, bukankah itu artinya Martin jauh lebih berbahaya daripada Aurora?   Martin melangkah cepat-cepat, melewati kedua penjaga keamanan itu dan memasuki kelab.   Aurora, sementara itu, memilih untuk berjalan lambat, kembali memancarkan aura pembunuhnya tadi.   Dan dia sempat berhenti sejenak di hadapan kedua penjaga itu, melirik mereka satu per satu, membuat jantung mereka berdegup kencang dan bulir-bulir keringat sebesar biji jagung bermunculan di dahi mereka.   Buk! Buk!   "Argh..."   Aurora memukul mereka berdua dengan gerakan yang sangat cepat, membuat mereka berdua terjengkang.   "Lain kali aku tak akan semurah hati ini," ucapnya, lalu masuk menyusul Martin.   Kedua penjaga keamanan itu memegangi perut mereka yang terkena pukulan Aurora barusan.   ...   Di dalam kelab, Martin berdiri dan menoleh ke sana dan ke sini, kebingungan harus mencari Julia di mana. Aurora berhasil menyusulnya dan menanyakan apakah ada yang bisa dia bantu.   Tak ada jawaban dari Martin. Dia kembali mencoba menelepon Julia, tapi hasilnya tetap sama. Dia pun berdecak kesal.   Seorang wanita mengenakan gaun ketat yang mempertontonkan belahan dadanya berjalan menghampiri mereka, berlenggak-lenggok layaknya angsa.   Dia adalah Selin Berryn, mucikari di Klub Ballein sekaligus pacarnya Yanuar Winarto.   "Siapa yang kau bawa ini, Aurora? Apa seburuk ini seleramu sekarang?" sindir Selin sambil memandangi Martin dengan jijik.   "Jaga bicaramu, Selin. Memangnya ada urusan apa denganmu? Kak Jordan lah yang menyuruhku membawanya kemari, jadi jangan halangi jalan kita!" ancam Aurora.   Raut muka Selin mendadak berubah. Dia memindai Martin dari ujung rambut hingga ujung kaki. Benarkah orang yang berpenampilan sepertinya kenal dengan tokoh besar seperti Jordan?   Sebagai pacarnya Yanuar, Selin tahu kalau Jordan memiliki jaringan yang sangat kuat di dunia bawah. Jika benar yang dikatakan Aurora, maka pria yang dibawa olehnya ini juga bukanlah orang biasa, walau sangat bertolak belakang dengan penampilannya.   "Ada urusan apa kalian ke sini? Kuperhatikan dari tadi, kalian seperti bingung mau pergi ke mana?" tanya Selin dengan muka jutek.   "Aku mencari istriku, Julia. Di mana dia sekarang?" tanya Martin.   "Julia?"   "Julia Wiguna. Wanita cantik dengan hidung mancung dan wajah kebarat-baratan. Kau melihatnya?"   Selin mengernyitkan kening. Tak salah lagi, yang dimaksud orang ini adalah si wanita cantik yang tadi disuguhkan oleh Angelica kepada klien VVIP mereka, Carlon Rooney.   "Ya, aku melihatnya," jawab Selin datar.   "Di mana dia? Di mana dia sekarang? Katakan!" cecar Martin sambil memelototi Selin.   Selin tak senang dengan sikap Martin. Tak peduli dia siapa, bagaimanapun saat ini mereka berada di wilayahnya. Dan dia adalah pacar sang pemilik kelab. Sudah semestinya semua orang yang berada di situ menaruh hormat padanya.   "Aku saja tidak mengenal kau, kenapa aku harus memberitahu kau?! Lagi pula ini adalah wilayahku, seharusnya terserah aku mau memberitahu atau tidak!" ucap Selin sambil menatap Aurora dan Martin.   Muka Aurora memerah padam. Tiba-tiba saja dia melayangkan tamparan keras ke pipi Selin.   Plak!   "Kau! Berani-beraninya kau menamparku!"   "Itu masih belum seberapa. Kalau kau berani menghina Tuan Martin lagi, akan kurontokkan gigimu!"   Selin dan Aurora saling menatap dengan mata membulat. Permusuhan mereka berdua begitu terasa.   Memang, sedari lama, Selin sebenarnya iri pada status Aurora di dunia bawah. Diam-diam dia sebenarnya menyadari kalau Aurora berada di atasnya, meski dia tak pernah mau mengakui itu dan mati-matian menyangkalnya.   "Cepat katakan, di mana Nona Julia?" desak Aurora.   Selin mendengus. Setelah berani menamparnya di wilayah kekuasaannya, Aurora bertingkah seolah-olah dia tak melakukan kesalahan apa-apa. Kedua orang yang dihadapinya ini sungguh tak tahu diri!   "Aku tak mau bilang! Kalian cari saja sendiri! Temui Yanuar kalau perlu!" ucap Selin ketus.   "Kalau kalian memang mencarinya, sebaiknya kalian bergerak cepat. Saat ini dia mungkin sedang dilecehkan oleh salah satu tamu kehormatan kami," sambungnya, menatap sinis pada Martin.   "Apa katamu?!" ucap Martin, memelototi Selin dan mengeluarkan auranya yang hitam pekat.   Selin mendadak ketakutan. Tak pernah dia melihat aura semengerikan itu. Dia pun balik badan dan berlalu, melangkah cepat-cepat dan menghilang dari pandangan.   Aurora berdecak kesal, berjanji akan menyelesaikan urusannya dengan Selin nanti.   Martin menarik napas panjang untuk mengendalikan diri. Dia masih harus menyimpan kemarahannya untuk diluapkan di saat dia menemukan istrinya nanti..   "Barusan dia bilang kita harus menemui Yanuar. Siapa dia? Pemilik kelab malam ini?" tanya Martin.   "Benar, Tuan Muda. Yanuar Winarto adalah pemilik Klub Ballein. Salah satu bos mafia yang terkenal di kota ini," jawab Aurora.   "Kau punya bayangan kira-kira di mana dia berada?" tanya Martin lagi.   Aurora berpikir sebentar, lalu menjawab, "Sepertinya saya tahu, Tuan Muda."   "Oke. Bawa aku menemui dia," ucap Martin. "Kita harus menemukan Julia sebelum semuanya terlambat."   ...

Di ruang bilyar eksklusif di lantai 3...   Beberapa orang berdiri merapat ke dinding, memantau situasi di situ dengan waspada.   Seorang wanita berpakaian seksi baru saja menyodok bola putih dan berhasil mendorong bola nomor empat masuk.   Di hadapannya, di seberang meja, seorang pria mengusap-usap kumis dan jambangnya yang tebal. Matanya terarah ke belahan dada wanita itu.   Pria itu adalah Yanuar Winarto. Dia memang kerap menghabiskan waktunya untuk bermain bilyar ketika dia berada di kelab malamnya ini.   Di titik ini, terdengar langkah-langkah kaki. Aurora muncul diikuti Martin.   "Bang Yanuar, aku sedang mencari orang. Bisakah kau membantuku?" tanya Aurora.   Permainan bilyar langsung terjeda. Yanuar menatap Aurora dan Martin dengan tatapan dingin. Para penjaganya juga menatap mereka, penuh kewaspadaan.   "Oh, ya? Siapa yang kau cari? Dan siapa pria tampan yang kau bawa ini?" tanya Yanuar.   Itu sepenuhnya basa-basi. Beberapa saat lalu, Yanuar ditelepon Selin, diberitahu soal apa yang terjadi di bawah tadi.   Yanuar menaruh hormat pada Jordan Tyren sebagai sesama penguasa di dunia bawah, tapi bukan berarti dia bisa menoleransi tingkah arogan dan sesuka hati Aurora di wilayah kekuasaannya.   "Aku Martin. Aku datang untuk mencari Julia, istriku. Aku yakin dia ada di sini," kata Martin maju, menyalip Aurora yang baru saja akan menjawab.   Yanuar memicingkan mata. Orang ini berani bicara dengan nada seperti itu padanya. Tak bisa dimaafkan.   "Martin, sepertinya aku harus mengingatkanmu bahwa setiap tempat punya aturan, setiap kawasan memiliki penguasa. Dan di sini, akulah yang membuat aturan. Akulah si penguasa. Dan jika memang kau membutuhkan sesuatu dariku, kusarankan kau mengajukan permohonan dengan cara-cara yang pantas," kata Yanuar.   Diakhirnya kata-katanya itu dengan senyum miring yang tipis. Martin menatapnya murka, tapi Yanuar tak takut. Dia bagaimanapun adalah raja di kelab malam ini. Dia menguasai semua yang ada di sini.   "Bang Yanuar, tolong bantu kami—"   "Aku tidak bicara padamu, Aurora," potong Yanuar sambil memasang posisi untuk melanjutkan kembali permainan. "Aku bicara pada si arogan tak tahu diri yang kau bawa ini."   Tok!   Bola putih yang disodok Yanuar meluncur cepat membentur bola nomor tujuh. Bola itu memantul dan mengenai bola nomor lima, mendorongnya hingga bola itu bergulir dan bergulir, menuju ke salah satu sudut meja.   Bola itu akan masuk kalau saja Martin tidak mengambilnya. Orang-orangnya Yanuar yang semula berdiri merapat ke dinding langsung maju, terlihat akan melakukan sesuatu pada Martin.   Yanuar mengangkat tangan kirinya, sebuah isyarat agar orang-orangnya itu berhenti dan mundur. Meski ragu, mereka pun melakukannya, kembali ke tempatnya semula.   Yanuar sendiri kembali menegakkan punggung. Ditatapnya Martin dengan dagu terangkat.   "Di mana istriku? Jangan sampai aku menanyakannya lagi!" ucap Martin.   Yanuar masih menatap Martin. Disandarkannya stik bilyar di tangannya ke salah satu sisi meja.   Dia lalu memasukkan tangan kanannya ke balik rompi hitamnya, mengeluarkan satu batang cerutu dan menggunting ujungnya, lalu menaruhnya di mulutnya.   Seorang anak buahnya yang ada di belakangnya langsung menghampirinya dan menyalakan korek. Yanuar membakar cerutunya itu dan mengisapnya. Dikepul-kepulkannya asap putih dari mulutnya. Kepulan-kepulan berbentuk donat itu maju ke arah Martin, tapi lekas buyar dalam hitungan detik.   "Biar kutegaskan sekali lagi. Saat ini kau berada di wilayahku. Kau harus mengikuti aturanku. Jika tidak, kau tak akan mendapatkan apa yang kau mau," kata Yanuar.   Sementara tangan kirinya memegangi cerutu, tangan kanannya dia masukkan ke saku. Anak-anak buahnya langsung meningkatkan kewaspadaan. Mereka tahu apa yang tak lama lagi akan dilakukan Yanuar.   "Ini bukan saatnya berbasa-basi," kata Martin. "Istriku ada di sini dan aku yakin dia dalam bahaya. Kalau sampai sesuatu terjadi padanya karena ulahmu mengulur-ulur waktu seperti ini, lihat saja, kau pun tak akan kumaafkan!" ucap Martin.   Si wanita seksi yang menemani Yanuar bermain biliar mendekat padanya, bermaksud menggelayut di lengannya, tapi Yanuar memberi isyarat dengan gerakan kepala agar dia menjauh.   Wanita itu pun mengerti, kembali ke posisi berdirinya semula di sisi meja yang lain. Beberapa anak buahnya Yanuar mulai mendekatkan satu tangan mereka ke pistol yang mereka sembunyikan di belakang.   "Julia Wiguna. Itu wanita yang kau cari?" tanya Yanuar.   "Iya. Di mana dia sekarang? Cepat katakan!" desak Martin.   Yanuar mengisap lagi cerutunya dan mengepulkan asapnya. Matanya memipih. Senyum mencemooh terbit di wajahnya.   "Dia saat ini sedang menemani Carlon Rooney, salah satu tamu VVIP-ku. Kalau kau memang ingin menemuinya, kau harus menunggu sampai urusan mereka selesai. Kurasa saat ini mereka berdua sedang bersenang-senang. Kau tak berpikir kalau istrimu itu wanita yang polos, kan?" ujar Yanuar.   Martin merasakan darahnya mendidih. Matanya membulat dan kepalan tangannya menguat. Sekejap kemudian terdengar bunyi keras yang berasal dari hancurnya bola nomor lima yang dipegangnya itu.   Si wanita seksi yang berdiri di sisi lain meja bilyar itu mundur selangkah, tercengang dengan apa yang barusan dilihatnya.   "Kau! Berani-beraninya kau menghina istriku!" ucap Martin geram.   Martin memutari meja dan melangkah maju. Di saat inilah Yanuar mengangkat tangannya yang kanan, menodongkan pistol yang sudah dipegangnya itu ke arah Martin. Hal yang sama dilakukan anak-anak buahnya Yanuar di ruangan itu.   "Tetap di tempatmu. Bergerak sedikit saja, peluru dari pistolku ini akan menembus dadamu," ancam Yanuar.   Langkah Martin memang terhenti, tapi kemarahannya semakin terlihat jelas. Bahkan kedua tangannya yang terkepal itu gemetar.   "Tuan Martin..."   "Kau juga tetap di tempatmu, Aurora!" sela Yanuar, dan beberapa anak buahnya langsung mengarahkan moncong pistol mereka ke Aurora.   Situasi begitu tegang. Si wanita seksi perlahan mundur, terus mundur hingga dia tiba di lorong. Lalu dia balik badan dan pergi, menyelamatkan dirinya sendiri.   Mata Martin terarah ke Yanuar. Mata Yanuar pun terarah ke Martin. Tak seoran pun dari mereka berkedip.   "Aku tanya sekali lagi, di mana istriku?" ucap Martin dingin.   Ujung bibir Yanuar yang kiri tertarik ke atas, begitu juga alisnya yang kiri. Dia tak habis pikir, orang di hadapannya ini masih saja berani menantangnya padahal situasinya sudah seburuk ini.   "TIDAAAAAAAAAK!!!"   Sebuah teriakan terdengar, kencang dan panjang, membuyarkan fokus Yanuar dan anak-anak buahnya.   Memanfaatkan momen yang super singkat ini, Martin berlari ke lorong tempat teriakan itu terdengar.   "Hey! Jangan lari!" teriak Yanuar, tapi Martin tak menggubrisnya.   Martin terus berlari dan berlari, menajamkan indera pendengarannya, mencari tahu di ruang yang mana si orang yang berteriak itu berada.   Martin yakin itu Julia. Kini jantungnya berdebar-debar. Dia sangat mencemaskan keselamatan Julia.   Di sebuah persimpangan lorong, saat menoleh ke kiri, Martin mendapati beberapa pria berkumpul di depan sebuah ruangan.   Itu bukan hal yang wajar. Insting Martin dengan cepat bekerja. Dia pun berlari ke arah mereka.   "Hey, siapa kau?!"   "Berhenti atau kutembak!"   Buk! Buk! Buk! Buk!   Dengan gerakan yang sangat cepat, Martin memukul dan menendang pria-pria itu, membuat mereka tersungkur dan terjengkang.   Kemudian dia mundur dua langkah, mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu ruang VVIP nomor 3 di hadapannya.   Bruak!!   Pintu itu ambruk menghantam lantai, membuat Martin bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi di dalam.   Dan dia menyeringai seperti serigala. Di sofa panjang di dalam sana, istrinya sedang ditindih seorang pria yang tak dikenalnya.   Pria itu bertelanjang dada sedangkan istrinya tinggal memakai dalaman saja.   "Martin!" seru Julia kencang.   Saat itu juga Martin berlari ke dalam ruangan, menendang Carlon hingga dia terguling ke balik sofa.   ...

Note:

(Maaf view.. Kepalaku sudah penat. Ini masih berlanjut tp belum tau kpn di lanjut

mau istirahat dulu sejenak. Untuk sementara masih tahap penggarapan buku lain mohon dukungan nya apapun karyanya tolong di hargai. Karena menulis pake tangan tidak semudah bercerita dengan mulut. Thank )

1
Joice Tumewu
terlalu di ulur2,
Memed Adrianto
cerita nya tllu berbeneli belit pening kepala membaca nya asuuu
siv fa: jgn jadi pembaca yg gk ber etika. dsar kampungan
total 1 replies
DISTYA ANGGRA MELANI
Smngt kak awal menggapai kesuksesan nie.. Smg cepet naik level ya kak
Ceridwen
Asyik banget nih bacanya, authornya keren abis!
siv fa: terimakasih dukungannya teman. tahap projek selanjutnya
total 1 replies
Kuroi tenshi
Siapin tisu buat nangis 😭
siv fa: arigatau for suport nya kawan. tolong dukung terus ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!