Gerbang Dunia Ghoib

Sekar masih menimbang- nimbang keputusan apa yang harus dia ambil, bagaimana dengan pekerjaan nya saat ini kalau dia bergabung dengan Pria jadi- jadian itu. Saat ini saja dia tidak konsen bekerja, bagaimana nanti kalau dia di haruskan bolak-balik dari pekerjaannya sekarang dan juga pekerjaannya nanti. Semuanya tidak akan singkron.

" Cepat putuskan sekarang sebelum aku berubah pikiran. "

Sekar menatap Thanatos dengan perasaan dongkol.

" Bisa diam nggak sih kamu, aku masih mikir sekarang. Bagaimana dengan pekerjaan ku disini kalau aku ikut dengan mu. "

Thanatos tertawa kecil, tawa yang seperti cemooh bagi Sekar.

" Siapa yang mengijinkan mu tetap bekerja disini, mulai sekarang kamu berhenti bekerja disini dan pindah di tempat ku. Aku juga tidak mau waktu mu terbagi disini dan disana. "

Lagi-lagi Sekar menatap tajam kearah Thanatos, semudah itu mulutnya mengeluarkan kata.

" Hei, jangan seenak jidat mu kalau bicara. Kamu pikir mudah berhenti dari sini, terus bagaimana aku membiayai kebutuhan ku kalau aku tidak bekerja. Aku juga butuh makan, kamu ini kalau bicara ya.... nggak di pikir dulu. Belum lagi bagaimana caranya aku mengatakan pada Ibu dan juga Kakak ku, alasan apa yang akan aku berikan pada mereka kalau aku berhenti dari sini. Mereka pasti akan menanyakan itu, apa aku harus bilang kalau aku bekerja pada Pria aneh seperti mu, yang bahkan mereka saja tidak melihat mu. " Ungkap Sekar, Ia mengeluarkan semua kegundahan di hatinya.

Thanatos nampak berpikir, Ia menyentuh dagunya dengan wajah serius. Kalau melihat wajahnya yang serius seperti ini rasanya akan semakin terasa aneh kalau hanya Sekar yang melihatnya saja.

" Soal uang itu gampang, dengan berkerja padaku aku juga akan membayar mu. Soal berhenti dari sini katakan saja kalau kamu berhenti karena ingin mencoba keberuntungan di tempat lain, kalau soal Ibu dan juga saudara mu itu serahkan semuanya padaku. Aku akan buat mereka mengerti semuanya. "

Akhirnya Sekar pun mengajukan surat pengunduran diri, Ia menyerahkannya langsung kepada pemilik perusahaan tempat Ia berdiri saat ini.

" Apa ini Sekar. " Tanya Mr Charlie

" Itu surat pengunduran diri dari saya Pak. " Jawab Sekar yang membuat kening Pria keturunan bule itu berkerut.

" Maksudmu, kamu ingin resign dari tempat ini, tapi kenapa Sekar ? Apa gajih yang aku berikan padamu kurang ? "

Sekar menggeleng, karena memang gajih nya di tempat itu cukup besar, bahkan melebihi upah minimum pekerja kantoran pada umumnya.

" Maaf Pak, tapi saya hanya ingin mencoba pekerjaan lain. Sebenarnya selama ini cita- cita saya bukan pegawai kantoran. " Sekar memberikan alasannya sambil tersenyum.

Mr Charlie hanya bisa menggela nafas, Ia tidak bisa memaksa gadis itu harus bekerja dengan nya selamanya.

" Baiklah kalau itu memang sudah menjadi keputusan mu, aku tidak bisa melarang mu juga kan. Semoga di tempat mu yang baru kamu merasa nyaman, datanglah kemari kalau kamu berubah pikiran. Pintu akan selalu terbuka untuk mu. "

Sekar pamit dari hadapan Mr Charlie, Pria itu memberikannya sebuah amplop pada Sekar. Awalnya Sekar menolak namun Mr Charlie memaksanya, akhirnya Sekar menerimanya dan berterima kasih untuk itu.

***

Sekar pulang lebih dulu, Ia langsung menghambur kedalam pelukan Hana. Hana mengelus pundak Sekar dengan lembut.

" Tidak apa- apa Nak. "Hana menuntun Sekar agar duduk di sofa bersamanya.

" Nak, Mama tidak bisa melarang mu untuk menepati janji yang sudah di buat oleh Ayah mu. Tapi Mama Minta agar kamu tetap hati- hati disana, bukan hanya disana Nak. Dimana pun kamu berada, ingat untuk tidak menganggu milik orang lain. Jangan sampai kejadian dulu terulang lagi padamu. "

Sekar menatap Ibu sambungnya, Ia merasa heran mendengar ucapan Hana. Darimana Ibunya itu tau kalau dia akan bergabung dengan para mahluk aneh itu, sedangkan dia belum mengatakan apapun.

" Bentar Mama, darimana Mama tau kalau Sekar akan pergi ke tempat itu, padahal Sekar belum mengatakan apapun sama Mama. "

Hana tersenyum dan mengelus pipi Putrinya, Ia juga membenarkan posisi anak rambut yang menutupi wajah cantik kesayangannya itu.

" Apa Mama bertemu dengan nya, tapi bukankah dia tidak bisa di lihat. Buktinya Mas Milan saja tidak bisa melihatnya ketika Pria aneh itu berada di ruangannya. "

Hana menggeleng pelan dan mencoba untuk tersenyum, walau hatinya saat ini sedang tidak baik.

" Memang tidak bisa di lihat sayang, dia hanya bisa di lihat ketika dia sendiri yang menginginkannya. "

Meskipun masih terasa aneh namun Sekar mencoba mempercayainya, Pria itu kan memang sudah aneh dari sononya, begitu pikir Sekar.

***

Mobil yang biasa di tumpangi Sekar bersama Thanatos kini sudah parkir di depan rumah Sekar, Ia berpamitan pada Hana karena Milan memang belum mengetahui semuanya.

" Ma, bagaimana dengan Mas Milan. Apa dia akan bisa menerima semua ini seperti Mama. "

" InsyaAllah sayang, Mas mu kelak akan menerimanya. Pergilah Nak, jaga dirimu baik- baik disana dan selalu ingat pesan Mama ya. "

Sekar mengangguk, Ia melihat Thanatos yang sudah berdiri menunggunya di samping mobilnya

" Sekar pamit Ma, Assalamu'alaikum. "

Hana mengantar Sekar sampai di pinggir jalan, Ia baru masuk setelah Putrinya itu menghilang dari pandangannya. Di dalam mobil tidak ada yang bicara, hal itu membuat Sekar yang memang menyimpan banyak tanda tanya soal Thanatos mulai menanyakan satu persatu yang ingin Ia ketahui.

" Apa mobil ini bisa di lihat oleh manusia biasa seperti ku. " Tanya Sekar.

Sekar menatap Thanatos dan menunggu jawaban Pria itu.

" Kamu ini aneh deh, di tanya diam saja. Sebenarnya kamu ini manusia apa bukan sih, apa kamu juga seorang hantu atau mahkluk jadia- jadian begitu. Ish dasar aneh, kebanyakan dosa lu. "

Merasa tidak di hiraukan oleh Thanatos, Sekar mulai berbicara banyak hal, semua itu Ia lakukan hanya semata-mata untuk memancing reaksi Pria aneh itu.