"Jadilah istri Tuan Roger agar hutang paman menjadi lunas!"
Nazura tidak mampu menolak perintah sang paman untuk menikah dengan orang yang bahkan sama sekali belum pernah ia temui. Namun, meskipun berat tetap ia lakukan untuk membalas jasa sang paman yang sudah membesarkan.
Setelah pernikahan itu terjadi, ternyata kehidupan Nazura tidaklah lebih baik. Justru kesabarannya terus diuji.
Lantas, bagaimana kisah Nazura selanjutnya? Akankah gadis itu menemukan kebahagiaan?
Simak Kisahnya di sini.
Jangan lupa dukung karena dukungan kalian sangat berarti ☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rita Tatha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GPH 22
Rasanya begitu frustrasi padahal Roger baru ditinggal Nazura beberapa saat. Lelaki itu pun berjalan ke kamar dan berniat hendak menghubungi Nazura. Akan tetapi, langkahnya terhenti ketika mendengar suara pintu apartemen terbuka. Roger segera berbalik dan tersenyum ketika melihat Nazura baru saja muncul dari balik pintu.
Tanpa dikomando, Roger melangkah lebar lalu memeluk Nazura sangat erat hingga membuat keranjang belanjaan yang berada di tangan Nazura terjatuh.
"A-ada apa, Tuan?" Nazura bertanya gugup. Jantungnya berdegup kencang sangat kencang antara terkejut dan nyaman dengan pelukan itu.
"Kupikir kamu meninggalkanku," sahut Roger tanpa sadar. Lelaki itu melepaskan pelukannya dan menatap wajah Nazura yang sedang tersenyum simpul.
"Saya tidak akan meninggalkan Anda tanpa membuatkan sarapan. Bukankah Anda akan selalu sarapan dan makan malam dari masakan saya?" Nazura berusaha untuk tersenyum meskipun hatinya sedang tidak tentu saat ini.
"Ya. Lalu kamu dari mana tadi?" Roger melirik keranjang belanjaan yang masih tergeletak di lantai.
"Saya barusan belanja ke pasar. Kebetulan stok sayuran habis. Kalau begitu, lebih baik Anda bersiap terlebih dahulu biarkan saya memasak untuk Anda." Nazura mengambil belanjaannya lalu bergegas ke dapur meninggalkan Roger yang masih bergeming di tempatnya.
***
"Kamu tidak bekerja?" tanya Roger saat sudah selesai sarapan, tetapi Nazura masih menggunakan piyama tidur. Padahal biasanya wanita itu sudah berdandan rapi.
"Tidak, Tuan. Saya libur hari ini," sahut Nazura sopan.
"Oh, kalau begitu. Jangan pergi ke mana pun. Kamu tunggu aku pulang di apartemen saja," perintah Roger.
Nazura hanya mengangguk mengiyakan lalu mengantar Roger sampai ke ambang pintu. Bahkan, Nazura mencium punggung tangan Roger hingga membuat lelaki itu terdiam untuk beberapa saat.
"Hati-hati di jalan, Tuan." Nazura berbicara lembut. Roger pun mengangguk pelan lalu berjalan pergi dari apartemen itu.
Setelah kepergian Roger, dengan bergegas Nazura membersihkan seluruh ruangan di apartemen itu. Lalu menata baju ke dalam koper. Ia sudah berniat akan meninggalkan Roger karena lelaki itu tidak mau menceraikannya.
Terima kasih pernah menjadi bagian dari hidupku meskipun hanya sesaat singgah. Batin Nazura.
Ia merasa takut ketika harus meninggalkan apartemen itu. Namun, tidak ada yang bisa dilakukan selain pergi. Nazura mematikan ponsel bahkan mematahkan kartunya agar tidak ada yang bisa menghubunginya. Bahkan, diam-diam Nazura sudah mengirim surat pengunduran diri ke toko tempatnya bekerja tanpa diketahui oleh Devi. Biarlah jika nantinya Devi akan marah kepadanya. Yang terpenting bagi Nazura saat ini adalah pergi sejauh mungkin dari siapa pun terutama Roger.
***
Seharian bekerja, Roger terus saja merasa gelisah dan tidak tenang. Ia selalu kepikiran Nazura. Ingin sekali menghubungi wanita itu, tetapi rasa gengsi yang dimiliki Roger sangatlah besar. Pada akhirnya, ia hanya duduk gelisah dan tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya.
Apalagi ketika Roger mengirim pesan bahwa akan makan siang di rumah, pesan tersebut hanya bertanda centang satu bahkan sampau waktu makan siang tiba.
"Ah, lebih baik aku pulang sekarang." Roger menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan. Ia berencana akan makan siang di apartemen mumpung Nazura sedang libur begitu pikirnya. Sekaligus untuk mengurangi kegelisahan hatinya.
Roger merasa tidak sabar ketika ia membuka sandi pintu apartemen. Setelahnya masuk dengan terburu dan mencari keberadaan Nazura. Namun, ia tidak menemukan wanita itu sama sekali. Bahkan, Roger beberapa kali memanggil nama Nazura, tetapi tidak ada sahutan hingga membuat hati Roger makin merasa gelisah.
Ketika sedang memindai seluruh sudut kamar, pandangan Roger tertuju pada sebuah amplop yang tergeletak di atas nakas. Ia pun segera membukanya dan ada secarik kertas dengan penuh tulisan di dalam sana. Roger pun duduk di ranjang dan penasaran dengan apa yang ditulis oleh Nazura.
suka nih peran cewe begini