Perjodohan adalah sesuatu yang Mazaya benci. Dari setiap novel yang ia baca, selalu saja pihak perempuan yang jadi sosok tertindas. Kadangkala ending cerita sang suami menjadi bucin. Kadang kala ada juga yang berakhir dengan perceraian dengan sang perempuan menikah lagi kemudian hidup bahagia dan laki-laki hidup dalam penyesalan.
Namun bagaimana bila Mazaya lah yang menjadi tokoh seperti dalam novel tersebut, terpaksa menikah karena perjodohan?
Apalagi setelah ia tahu, sosok yang dijodohkan dengan dirinya telah memiliki kekasih.
Sungguh, Mazaya tak ingin melewati proses jadi istri yang tertindas.
BIG NO!!!
Namun untuk ending, siapa yang tahu. Yang pasti, ia tak mau ditindas apalagi oleh sang pelakor meskipun dia adalah wanita yang suaminya cintai. Lalu bagaimana caranya agar ia tidak ditindas oleh pasangan sialan tersebut?
Makanya, yuk tap ❤️ untuk mengikuti cerita selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia yang lebih berhak dan pantas
"Kalian itu bisanya apa, hah? Menghabisi satu orang perempuan saja tak becus," sentak Antonio pada anak buahnya.
"Maaf tuan, ternyata perempuan itu cukup tangguh. Dia bahkan bisa membuat mobil anak buah kita kehilangan keseimbangan hanya dengan sekali bidikan."
"Tak usah banyak berkelit. Percuma aku bayar kalian mahal-mahal kalau kerjaan kalian saja tak becus seperti ini. Dia itu hanya perempuan yang bahkan usianya jauh di bawah kalian. Pengalamannya di lapangan pun pasti sangat minim, tapi bagaimana kalian yang berpengalaman bisa dikalahkan anak bau kencur itu." Sentak Antonio dengan mata berkilat amarah.
"Maafkan kami, tuan." Ujar seseorang itu tertunduk. Anak buahnya telah berusaha, tapi apa daya bila mereka gagal. Bahkan anak buahnya kini sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami kecelakaan akibat kehilangan keseimbangan setelah ban mobil mereka ditembak oleh Mazaya.
"Maaf? Maaf katamu?" Desis Antonio.
"Maafkan kami tuan. Kami akan berusaha keras untuk melakukan yang terbaik sesuai perintah tuan."Ujarnya.
"Oh ya, anak buahmu yang lain apa sudah mendapatkan informasi mengenai dia? Dimana dia tinggal selama ini dan juga sekarang? Di mana juga si tua Bangka Syailendra itu?"
"Maafkan kami tuan, sampai saat ini kami belum mendapatkan informasi mengenai hal tersebut. Tak ada sedikitpun jejak yang mereka tinggalkan. Bahkan tempat tinggal wanita tersebut pun belum bisa kami lacak."
"Bodoh. Kalian benar-benar bodoh. Melakukan pekerjaan seperti itu saja tidak becus."
Dorrr ...
Antonio menembak tepat ke sisi kanan orang tersebut membuatnya terhenyak. Ia sudah tahu, Antonio memiliki perangai buruk. Ia tak segan-segan menghabisi orang-orang yang dianggapnya mengganggu. Jadi ia tak terkejut lagi dengan perbuatannya yang kapan saja bisa menghabisinya.
"Ini baru peringatan kecil dariku. Kalau kau tak mampu melaksanakan tugasmu dengan baik, maka bersiaplah pergi ke neraka." Ancam Antonio tak main-main. Setelah mengucapkan itu, Antonio mengibaskan tangannya agar orang tersebut segera pergi dari sana.
...***...
Pagi ini seperti biasa, Mazaya melakukan tugas-tugasnya dengan baik. Hal inilah yang membuat Gemilang tambah terpesona. Meskipun sikapnya masih dingin, tapi Mazaya selalu melaksanakan tugasnya sebagai istri dengan baik. Belum lagi, di mata Gemilang, makin hari Mazaya terlihat makin bersinar. Meskipun kacamata tebal tak pernah lepas dari atas hidungnya ketika mereka bersama, tapi itu tak mampu menutupi kecantikan sang istri.
Mereka kini sedang menikmati sarapan pagi bersama seperti biasanya. Gemilang diam-diam melirik Mazaya. Entah mengapa, wajah cantik istrinya bagaikan candu untuknya. Membuatnya tak mampu melepaskan pandangannya terlalu lama. Ada rasa ingin dan ingin lagi menatap wajah cantik itu, bahkan di setiap saat.
"Mas, kenapa dari tadi liatin aku terus sih? Ada yang aneh ya di muka aku?" tanya Mazaya sambil menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Gemilang menggeleng, "kamu cantik."
Blush ...
Pipi Mazaya tiba-tiba saja memerah setelah mendengar pujian dari laki-laki kaku dan dingin di hadapannya. Sesuatu yang langka, tapi ia yakin, ia tidak salah mendengar kalau suaminya itu mengatakan kalau dirinya cantik.
"Cepat lanjutkan makan mu. Aku akan mengantarmu ke tempat kerja," lanjut Gemilang datar.
Padahal dalam hati Gemilang sebenarnya sudah berdebar-debar, menantikan respon Mazaya, tapi ia tak mendapatkan respon apa-apa selain rona merah di pipi sang istri membuatnya terlihat makin menggemaskan.
Mazaya mengangguk. Sebenarnya ia masih ingin bicara. Ia ingin sekali membicarakan sesuatu padanya. Semalam ia bermimpi mengobrol santai dengan suaminya itu. Bukan hanya itu, di dalam mimpi tersebut, suaminya menanyakan apakah ia mau menjadi miliknya seutuhnya bila ia memutuskan Carla, tapi Mazaya justru menjawab dengan sebuah pernyataan yang bisa berarti juga sebagai sebuah pertanyaan berharap Gemilang memikirkannya dengan matang-matang agar tidak salah mengambil keputusan. Tapi haruskah ia mengatakan hal ini pada Gemilang? Bagaimana kalau ia diejek karena terlihat seperti begitu mengharapkannya? Mazaya lantas mengurungkan niatnya itu.
Selesai makan, Mazaya pun segera membereskan piring kotor. Ia selalu melakukan hal tersebut sendiri. Meskipun ada Rani dan Rasti yang sigap membantu, tapi Mazaya lebih menyukai melakukannya sendiri selagi ia bisa.
Sebelum beranjak menuju kamarnya, Mazaya menoleh ke arah Gemilang yang ternyata sedang menatapnya dari tempat duduknya. Ia belum beranjak juga dari sana.
"Mas," panggil Mazaya sambil menggigit bibirnya.
"Ya." Sahut Gemilang tanpa melepaskan tatapannya.
"Kamu ... kamu juga ganteng." Usai mengatakan itu, Mazaya pun bergegas berlari meninggalkan Gemilang yang duduk terpaku dengan kedua sudut bibir yang terangkat. Padahal ia sudah sering mendapatkan pujian seperti itu, tapi entah kenapa saat kalimat tersebut keluar dari bibir istrinya membuat perutnya seakan tergelitik.
"Apakah aku sudah jatuh cinta padanya?" gumam Gemilang sambil tersenyum-senyum sendiri.
Rani dan Rasti yang bersembunyi di balik tirai tak jauh dari meja makan ikut tersenyum geli. Ini pertama kalinya mereka melihat tuan mereka yang dingin tersenyum sendiri. Rani pun mengeluarkan ponselnya dan mengambil gambar Gemilang yang tengah tersenyum secara diam-diam.
"Yes," gumamnya pelan agar tidak terdengar majikannya.
"Si bos kalo lagi senyum jadi makin cakep ya! Non Zaya emang hebat, bisa bikin gunung es meleleh kayak gitu," timpal Rasti sambil terkekeh dengan mulut yang ditutup telapak tangannya.
...***...
"Kamu biasanya pulang kerja naik apa?" Tanya Gemilang setibanya di depan gerbang perusahaan Syailendra Group.
Suara Gemilang terdengar begitu lembut, tidak seperti biasanya yang datar dan ketu. Mazaya sampai ternganga hingga terperangah mendengarnya.
"Kenapa bengong, hm?" Melihat Mazaya justru bengong sambil memandanginya, membuat Gemilang mencubit cuping hidungnya.
"A-apa? Mas tadi ... tanya apa?" tanya Mazaya gelagapan.
Gemilang menghela nafas, "mas tanya, kamu biasanya pulang naik apa? Soalnya mas mau jemput."
Mazaya makin terbengong-bengong mendengarnya. Begitu pula Juna yang duduk di balik kemudi.
"Aku ... kadang minta anterin temen, mas," dustanya. Tak mungkin kan dia bilang supirnya lah yang mengantarkannya pulang.
"Apa?" Sorot mata Gemilang seketika menajam. "Laki-laki atau perempuan?" tanyanya lagi.
Melihat reaksi Gemilang yang tak biasa, Mazaya lantas terpikir untuk mengusilinya.
"Kadang laki-laki, kadang perempuan. Emang kenapa sih, mas?" Mazaya memasang wajah polos.
"Apa? Laki-laki? Kau semobil berdua dengan laki-laki lain?" sentak Gemilang yang tiba-tiba kesal membayangkan istrinya pulang berdua saja dengan laki-laki lain.
"Memangnya kenapa, mas? Mas cemburu?" goda Mazaya sambil memainkan alisnya.
"Jangan kegeeran. Siapa juga yang cemburu. Ingat Zaya, kau itu sudah menikah. Jadi tidak sepantasnya kau naik mobil dengan laki-laki lain." Tegas Gemilang.
"Ya udah kalau nggak cemburu, nggak usah ngegas, mas. Entar darah tinggi lho. Dan yang pasti, cepat tua. Entar aku dikira nikah sama om-om, ih ogah."
"Apa? Memangnya kenapa kalau aku jadi keliatan lebih tua?"
"Ya, nggak mau lah. Aku itu suka sama cowok yang keliatan muda meskipun usianya udah tua. Yang ganteng, hangat, nggak tukang ngegas alias marah-marah. Nyebelin tau. Kayak mas ini contohnya. Udah ah, aku mau kerja dulu. Bye mas, ummuach ... "
Bukan. Mazaya bukan mencium Gemilang, tapi ia hanya menggodanya dengan memberikan kiss bye. Namun tindakannya ternyata mampu membuat wajah Gemilang memerah. Dadanya jedag-jedug.
"Juna."
"Ya tuan."
"Apa kau pernah jatuh cinta?"
"A-apa tuan? Ja-jatuh cinta? Apa tuan jatuh cinta dengan nona Mazaya? Selamat tuan, selamat. Akhirnya ... "
Baru saja Juna hendak melanjutkan kata-katanya, tapi Gemilang justru menatapnya tajam membuat Juna menelan ludahnya sendiri. Salahnya sendiri, yang ditanya apa jawabnya apa.
"Cepat jalankan mobilnya! 15 menit harus sudah sampai."
"Apa?"
"Jalan!"
"I-iya, tuan. Laksanakan!"
...***...
"Sayang," sapa seorang perempuan cantik dengan pakaian seksinya berjalan melenggang mendekati Gemilang. Ia menghela nafas, entah mengapa, sejak menikah, ia merasa tidak nyaman dengan keberadaan Carla.
"Ini tempat kerja. Profesionalah!" tegas Gemilang membuat Carla mencebikkan bibirnya.
"Sayang, bisa nggak bicara yang lembut sedikit? Aku ... "
"Tak usah berdrama, segera sampaikan apa yang ingin kau sampaikan!"
"Iya, iya. Sayang, malam nanti ada perayaan hari ulang tahun pernikahan tuan Aglian dan Nyonya Luna, kita akan datang seperti biasa kan?" Sebenarnya Carla ingin mengumpati Gemilang yang makin menyebalkan, tapi ia tidak bisa melakukan itu sekarang. Apalagi malam nanti adalah perayaan ulang tahun pernikahan pemilik perusahaan terbesar di negaranya, tentu ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbaur dengan para petinggi perusahaan dan pengusaha-pengusaha kondang di negeri ini. Ini juga kesempatan untuk menunjukkan eksistensi dirinya yang merupakan calon pendamping CEO CB Group.
"Tidak. Kau tidak perlu ikut." Jawab Gemilang tanpa pikir panjang.
"A-apa maksudmu? Jangan bilang kau mau mengajak gadis kampungan itu?" tuding Carla dengan mata melotot.
"Dia istriku jadi wajar aku memintanya mendampingi ku." Tegas Gemilang membuat karya terperangah tak percaya dengan apa yang didengarnya.
"Is-istri? Kau sudah mengakuinya sebagai istri. Elang, apa kau lupa, aku ini kekasihmu. Seharusnya aku yang kau ajak, bukan perempuan udik itu. Apa kau tidak berpikir, kau akan menghancurkan nama baikmu dengan mengajaknya. Kau akan diolok-olok karena menikahi gadis kampungan seperti dia. " pekik Carla tak terima dengan keputusan Gemilang.
"Mazaya istriku jadi dia yang lebih berhak dan pantas mendampingiku. Dengar Carla, aku tak suka diatur. Bila kau tak terima dengan keputusanku, lebih baik akhiri hubungan ini. Aku pun sadar tak bisa lagi melanjutkan hubungan ini karena ada istri yang harus aku hargai." Ucap Gemilang tegas tapi mampu menohok Carla.
...***...
...HAPPY READING. 🥰🥰🥰...
tabur tuai
gak ada malu