The Baby'S Mafia

Tidak ada pilihan, Juvel memang harus patuh. Dia berharap Gwen berhasil membujuk Trevor supaya Juvel cepat menikah dengan Keiner.

"Cepat makan setelah itu minum susu hamil," ucap Keiner yang kembali ke kamar dengan membawa nampan berisi makanan yang dibuat khusus untuk Juvel.

"Kau suka rasa cokelat bukan?" tanya Keiner saat menaruh segelas susu hamil.

"Hanya rasa cokelat yang rasanya tidak amis," balas Juvel sambil mengaduk makanannya.

Sayuran, Juvel tidak menyukainya.

"Apa bisa ganti menu? Aku tidak bisa memakan ini!" tolak Juvel dengan mendorong nampan di depannya.

Keiner mengambil piring yang berisi sayuran organik itu kemudian berusaha menyuapi Juvel.

"Kau sepertinya terbiasa menjadi gadis pembangkang!" komentar Keiner dengan menyorongkan sendok penuh sayuran ke mulut Juvel.

Juvel memejamkan mata sambil memencet hidungnya kemudian dia membuka mulutnya. Saat sayuran masuk ke mulutnya, buru-buru Juvel mengunyah dan langsung menelannya.

"Kenapa gadis mafia itu jadi imut," batin Keiner sambil mengulum senyumnya.

Juvel terus melakukan cara makannya sampai sayuran habis tidak bersisa. Kemudian Keiner meminta Juvel meminum susunya.

"Akhirnya," ucap Juvel sambil mengunyah cemilan setelah memakan sayuran yang menyiksanya. "Besok aku minta makan ayam goreng, boleh kan?"

"Asal ayamnya adalah ayam organik," sahut Keiner yang sangat hati-hati memilih makanan untuk bayinya.

"Padahal bayi ini masih berupa gumpalan daging tapi kau begitu menjaganya, baguslah!" Juvel menepuk-nepuk perutnya.

"Apa yang kau lakukan!?" Keiner menjauhkan tangan Juvel kemudian mengusap perut gadis itu. "Kau mau menyakiti bayiku, ya!?"

"Astaga, aku hanya menepuk perutku pelan saja!"

"Itu tidak boleh!"

Keiner kemudian menunduk dan mengecup perut Juvel yang membuat badan Juvel bergetar karena mendapat sentuhan seperti itu.

"Tenanglah di dalam sana, my baby," ucap Keiner setelah mencium perut Juvel.

Juvel langsung memundurkan badannya, dia tidak biasa disentuh secara intim oleh pria.

"Lain kali kalau mau melakukan hal itu minta izin dulu!" ucap Juvel sambil memperbaiki bajunya.

"Katanya kita harus sering kontak fisik, apa kau lupa?"

"Itu kan karena kita harus mesra di depan orang tuaku jadi mesranya kalau di depan mereka saja!"

"Sepertinya kontak fisik itu harus diperpanjang karena kau juga harus bertemu dengan ayahku!"

"Ayah?" gumam Juvel. "Maksudnya calon mertuaku?"

"Ya, kau harus bersikap elegan dan seanggun mungkin!"

Juvel mendengus beberapa kali, hidupnya begitu rumit sekarang. Banyak rintangan yang harus dia hadapi untuk keluar dari dunia mafia.

"Baiklah, kita perbanyak latihan!"

Juvel mendekati Keiner lalu mengalungkan kedua tangannya di leher lelaki itu. Mereka berdua saling beradu tatap.

"Apa aku boleh tahu kenapa kau sangat menginginkan bayi?" tanya Juvel kemudian.

"Aku menginginkan penerus!" jawab Keiner singkat.

Juvel mengusap-ngusap tengkuk Keiner lalu kembali berkata. "Aku seorang mafia, aku dilatih sejak kecil untuk bisa membaca mimik wajah. Kebetulan aku lebih unggul melakukan itu daripada Jullian!"

"Makanya aku memintamu untuk bersikap mesra di depan orang tuaku dan tidak kaku. Aku takut mereka curiga!"

"Dan sejauh ini saat melihatmu, aku bisa menyimpulkan satu hal. Kau kesepian tapi kau tidak mau berhubungan dengan wanita, apa tebakanku benar?"

Keiner langsung mendorong jidat Juvel dengan jari telunjuknya. "Kau banyak berkhayal!"

"Jadi, tebakanku salah ya!?" gerutu Juvel padahal dia sangat yakin dengan instingnya.

"Semua rencanaku kacau karena kau, Juvel! Karena kau sudah ikut masuk jadi bersiaplah menerima kebenaran, kenapa aku sangat membutuhkan seorang anak!" ucap Keiner yang akan membuka rahasianya pada Juvel.