Vesper Next Generations
SEASON 1 : PEMBENTUKAN KARAKTER
Disarankan membaca Novel Vesper and The Bodyguards terlebih dahulu sebelum membaca novel ini. Terima kasih~
***
Lysa Herlambang, Kim Arjuna, Jonathan Benedict dan Sandara Liu adalah empat mafia muda yang terlahir dari rahim seorang Ratu mafia yang telah menikah sebanyak 5 kali.
Kehidupan mafia yang tak bisa lepas dari dirinya membuat keempat anaknya kini mengikuti jalan kegelapan itu.
Namun, di balik kekejaman dan kebrutalan dunia hitam, masih tersimpan kasih sayang, canda, tawa, haru dan kesedihan di balik kehidupan tragis mereka.
Keempat saudara bersatu untuk memecahkan misteri terbentuknya kerajaan mafia bernama 13 Demon Heads dengan musuh terbesar adalah militer pemerintah dan kelompok mafia leluhur mereka, The Circle.
Mampukah empat mafia muda menguak misteri dan selamat dari gempuran dua kubu yang ingin melenyapkan mereka?
---
WARNING!
Tanggapi kisah ini dengan bijak
Author tidak bertanggungjawab jika ketagihan dengan ceritanya
Jangan lupa like dan komentarnya
Lele Padamu💋💋💋
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lelevil Lelesan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ice War*
ILUSTRASI
SOURCE : PINTEREST & GOOGLE
---------- back to Story :
Semua team bersiap dengan tugasnya masing-masing. Seif segera mencari posisi untuk mulai mendobrak gerbang utama agar para team bisa masuk ke dalam dengan misil dalam gendongannya bersama tiga orang bersamanya.
Ia menyiapkan senjatanya dan mengarahkannya tepat di gerbang utara, membuka pintu yang tertutup rapat agar pasukannya bisa menyerbu ke dalam.
"Aku sudah berada di posisi!" ucap Seif dari sambungan earphone dimana tubuhnya sudah terbungkus seluruhnya dengan pakaian tempur.
Dua orang dari Team Drake segera kembali ke mobil dan membawa mobil salju itu mendekat ke tempat Drake dan pasukannya berkumpul.
Drake dan team penyerang berpencar ke dekat benteng menunggu instruksi untuk beraksi.
Buffalo melihat jika dalam area gedung mesin-mesin masih menyala. Ia yakin jika tembok tersebut tak dialiri listrik.
"Tora! Apakah kelincimu masih menunjukkan visual dari kamera?" tanya Buffalo lantang yang masih meneropong melihat keadaan.
"Ya. Hah ... hah, semua kelinci dan juga burung masih menunjukkan visualnya. Kami mulai mendekati gerbang. Kau bersiaplah, kami menunggu instruksimu," jawab Tora yang terdengar seperti orang sedang berlari.
Buffalo melirik Bayu yang mulai membidik sasarannya.
"Bayu, kau siap?" tanya Buffalo lirih.
Tiba-tiba, SHOOT! SHOOT! BRUKK!
CEKREK!
"Dua orang penjaga di menara timur sudah dilumpuhkan," ucap Bayu menginformasikan dimana ia berhasil menjatuhkan penjaga yang mengawasi wilayah timur dekat lokasi helikopter akan lepas landas.
SHOOT! SHOOT! SHOOT!
BRUKK!
"Hadi matiin tiga dwong. Bayu cemen ah," timpal Hadi yang ternyata ikut menjadi sniper dimana ia kini berada di sebelah barat bangunan.
Bayu mendesis kesal karena lagi-lagi seniornya itu mengalahkannya dalam kemampuan menembak.
"Kemon, Bay. Masih ada dua menara noh. Kamu mau yang depan apa belakang? Sama-sama empat nih jumlahnya," tanya Hadi mengajaknya bertanding dimana sambungan earphone kini bisa terdengar ke seluruh team.
"Bayu Selatan aja, Kang," jawab Bayu yang mulai membidik sasarannya lagi.
Menara di bagian selatan berada dekat jurang. Terlihat empat petugas penjaga sedang mengawasi sekitar.
"Oke. Hitungan ketiga ya. Siji ... loro ... telu!"
SHOOT! SHOOT! SHOOT! SHOOT!
Orang-orang yang mendengarkan ucapan mereka ikut meneropong seketika termasuk Buffalo.
Mereka penasaran siapa diantara dua orang itu yang lebih unggul dalam menembak.
"Wah, seri! Kalian emang jos gandos!" pekik Eko memuji.
Namun, tiba-tiba seorang penjaga di gerbang keluar membalik tubuhnya dimana sedari tadi ia menghadap ke dalam mengawasi prosesi pemindahan barang dan sandera.
Penjaga itu mulai meneropong ke arah suara Eko saat memekik tadi. Seketika ....
SHOOT! CRATTT!
BRUKK!
Sontak para penjaga yang melihat kawannya itu tewas dengan kaca pada teropong pecah tertegun. Mata lelaki itu berlubang karena peluru tersebut kini tertanam di sana.
TET! TET! TET!
Seketika suara alarm nyaring terdengar di dalam gedung tersebut.
"Seif, now!" pekik Tora lantang dimana Eko berhasil menembak lelaki yang meneropong tadi.
KLIK!
SWOOSH! BRUAARRRR!!
"FIRE!" teriak Seif sembari mengisi ulang misilnya.
Ketiga anak buah Seif yang ikut membawa RPG segera meluncurkan misil mereka untuk membobol gerbang yang sedang tak terlindung medan elektromagnetik itu.
"Terbuka! Go go go!" teriak Drake mengomandoi pasukannya.
Seif segera mengganti senjatanya dengan senapan lain. Ia berlari mencari posisi tembak yang tepat untuk memberondong segala jenis serangan yang akan muncul dari balik benteng itu.
BRANGGG!!
Mata seluruh team Vesper melotot seketika. Sebuah truk pengeruk salju keluar dari dalam benteng menjebol pintu gerbang mereka yang terbakar dan menutupi jalan.
"Juna awas!" teriak Tora dimana posisi Arjuna berada tepat di depan jalur mobil tersebut.
Arjuna segera ditarik oleh Tora karena ia malah berdiri mematung dengan mata melotot lebar karena terkejut.
Arjuna dan Tora jatuh bergulung-gulung. Seif segera memberondong truk itu yang terus melaju mencoba untuk melindas kawan-kawannya yang berlari menyelamatkan diri ke segala penjuru. Mereka terpencar.
Namun, tembakan Seif tak berakibat banyak. Truk itu ternyata anti peluru. Seif kesal. Team yang ikut bersamanya juga terus membidik dan mencoba menembak dengan senjata RPG mereka untuk menghentikan laju truk itu.
Arjuna dan Tora segera bangkit. Mereka terus berlari melewati pepohonan di sekitarnya dengan tergesa karena truk pengeruk itu berputar dan kini mengejar mereka.
Mobil salju yang dikendarai Drake dan team berhasil masuk ke dalam gerbang karena jalan malah dibuka oleh truk pengeruk salju tadi.
Team Drake segera memberondong anak buah The Circle yang terkejut dengan kedatangan mobil salju itu.
Drake dan team meledakkan seluruh mobil milik The Circle yang terlihat agar mereka tak kabur dari peperangan. Suasana riuh seketika.
Saat team yang lain sibuk menembaki para anggota The Circle yang mulai menampakkan dirinya dari atas benteng, tiba-tiba helikopter yang membawa Vesper mulai lepas landas.
"Helikopternya! Helikopternya akan pergi!" teriak Buffalo dari pantauan teropongnya.
Sontak semua orang panik seketika. Arjuna melihat helikopter yang membawa ibunya itu bersiap lepas landas.
"Mamaa!!" teriaknya lantang dengan langkah terhenti seketika dimana semua orang masih berlari menghindar dari kejaran truk pengeruk salju itu.
"Junet!! Awas!!" pekik Eko yang berlari ke arahnya dimana mereka terpisah saat truk tersebut menjebol pintu benteng.
Arjuna tertegun, tapi kali ini ia bersiap. Ia sudah tak takut lagi. Ia teringat akan pembicarannya dengan James semalam dan kenangan bersama ibunya saat di camp militer, ketika ia sudah memantabkan hatinya untuk memilih jalan mafia.
"Maju sini! Juna gak takut!" pekiknya lantang berdiri kokok bersiap dengan kuda-kudanya seperti seorang samurai dengan tangan kanan menggenggam pedang dan tangan kiri menahan sarungnya.
Seketika, SRING!!
Mata pengemudi truk itu melebar seketika. Ia terkejut saat melihat sinar biru menyala terang dan anak lelaki di depannya itu malah berlari mendekati truknya.
"JUNETTT!! JANGAN NEKATT!" teriak Eko panik setengah mati sampai ia melepas maker wajah karena suaranya yang tertahan sedari tadi agar udara dingin tak membekukan saluran pernafasannya.
"ARRGHHH!"
Arjuna berlari kencang dan matanya hanya tertuju pada papan pengeruk yang siap menerjangnya.
Arjuna mengarahkan tangan kirinya ke depan dengan mantap. Terlihat pegelangan tangan kirinya sudah terlilit sabuk buatan BinBin yang ia berikan khusus untuknya atas permintaan Vesper setahun yang lalu saat ulang tahun anak keduanya itu.
Sebuah alat berwarna hitam terbuat dari baja ringan yang melingkar di pergelangan tangan menutupi lengannya sampai bawah siku dengan sebuah tombak kecil di bagian atas.
Arjuna membidik ke kaca besar tempat pengemudi itu duduk. Dengan sigap, Arjuna yang masih berlari dengan jarak 10 meter siap terkena tabrakan, menekan tombol berwarna putih di bagian samping kanan alat itu dengan gagang pedang Silent Blue.
Seketika, SHOOT!! JLEBB!!
Arjuna melompat setinggi mungkin saat bagian depan mesin pengeruk itu akan menghantamnya.
Arjuna mengayunkan pedang Silent Blue ke bawah tubuhnya dalam posisi berjongkok melayang di udara.
"ARGHHH!"
KLANG! KLANG! KLANG!
Semua orang yang melihat tertegun. Pedang Silent Blue berhasil memotong besi pengeruk itu dan membelahnya menjadi dua.
Kaki Arjuna kini menempel kuat bagaikan cicak di atas kap mobil truk dengan tangan kiri memegang tali yang terlontar dari alat tersebut.
Arjuna mengerang hingga giginya bergemeletak karena menahan pedang Silent Blue yang terus membelah besi itu sampai ke bagian kap mobilnya tempatnya berpijak.
Truk itu berasap seketika dan mengeluarkan asap pada bagian mesin saat pedang Arjuna mengenai mesin utama. Arjuna merasakan getaran hebat di kakinya.
Ia segera menarik pedang Silent Blue miliknya dan memotong tali sebagai pengaitnya agar tak terjatuh. Arjuna segera melompat ketika ia merasakan truk itu hilang kendali.
Arjuna jatuh bergulung-gulung di atas salju hingga akhirnya menghantam sebuah pohon. Arjuna merintih dan membuat pedangnya terlepas darinya seketika.
"NOW!" pekik Tora lantang.
Seketika, tiga misil bazooka kembali diluncurkan dan kini sasarannya adalah lelehan hasil kerja keras Arjuna di bagian kap mesin serta bagian bawah truk yang diyakini tak berpelindung.
SWOOSH!!
BLUARRR!! BLANG! BLANG! BLANG!
Truk itu meledak hebat dan bergulung-gulung di atas salju tebal, menghantam segala jenis penghalang di depannya. Pengemudi truk tewas seketika di tempat.
Arjuna masih sadar meski ia merasakan sakit di punggungnya karena menghantam batang pohon. Ia berusaha bangkit dan kembali meraih pedangnya.
Eko berlari mendekatinya dan membantunya berdiri. Ia menatap Arjuna seksama dari atas sampai bawah takut anak majikannya itu terluka.
Nafas Arjuna tersengal dan ia langsung melepaskan kacamata serta penutup wajahnya karena ia kesulitan bernafas.
PLAKK!!
"ADOH! Apa sih, Om Eko? Sakit tau!" pekik Arjuna sampai hampir jatuh terjelembab karena Eko memukul punggungnya kuat.
"Kalo kamu wasalam gimana? Kamu mau Om Eko dicincang sama mamamu trus diempanin ke piranha? Nekat lho, persis kaya simbokmu. Duh Junet, tapi kamu keren! Om Eko bangga padamu!" ucap Eko yang lalu memeluk Arjuna gemas dan Arjuna mendorongnya kuat karena tak suka dipeluk.
Hingga akhirnya mereka baru menyadari jika helikopter yang membawa ibunya itu melintas di atas kepala mereka dengan serencengan tembakan membabi buta di arahkan ke dataran tinggi tempat Buffalo beserta team yang berusaha menggagalkan kaburnya Tobias.
"Mamaa!!" teriak Arjuna lantang dengan air mata berlinang karena lagi-lagi, ia gagal menyelamatkan ibunya.
Arjuna berlari sekencang-kencangnya sampai menabrak seluruh ranting dan semak yang menghalangi langkahnya.
Arjuna menangis dan akhirnya roboh saat ia tersandung. Arjuna jatuh bergulung-gulung sampai ke bawah bukit hingga membuat wajahnya yang rupawan itu lecet dan berantakan tertutupi salju.
"Mama ... hiks, mama ...." tangis Arjuna yang jatuh tengkurap melihat helikopter ibunya sudah terbang jauh meninggalkannya.
Air matanya tumpah menggenangi wajahnya itu dengan isak tangis menyayat hati.
"Arrghhh!! Tobiasss!" teriaknya lantang dengan kepalan tangan berisi buliran salju yang dingin.
Semua orang yang berusaha ikut mengejar helikopter itu roboh satu persatu. Kaki mereka terasa lemas seketika.
Mereka ikut bersedih dan tertunduk karena gagal dalam misi penyelamatan yang telah direncanakan dengan matang tersebut.
Eko bahkan tak sanggup untuk menghibur Arjuna lagi. Ia ikut memejamkan mata dengan kepala mendongak menatap langit yang mulai bersinar karena matahari mulai menunjukkan sinarnya.
-----
up 1 eps karena rank vote 24. tengkiuuu jangan lupa votenya banyakin ya😘