Menikahi Om-om

Reno dan Adinda berjalan memasuki loby perusahaan miliknya, banyak karyawan yang melihat ke arah mereka, tadi dengan terpaksa mereka harus berangkat ke kantor dengan menaiki taksi, karena ban mobilnya yang tiba-tiba kempes semua.

Kasak-kusuk mulai terdengar membisikan sesuatu tentang mereka, Reno berjalan memasuki lift tidak memperdulikan berbagai pasang mata yang melihat ke arahnya dan Adinda.

Bagaimana tidak Reno adalah seorang pemilik perusahaan terkemuka yang memang banyak di gemari para wanita termasuk Adinda yang merupakan seorang model terkenal yang juga merupakan teman dekat Reno dan Iyan sedari dulu.

Namun kali ini mereka bukan membicarakan bagaimana serasinya pasangan tersebut, mereka lebih cenderung mempertanyakan sikap Reno yang terlihat biasa saja saat digandeng oleh Adinda.

Padahal hampir semua karyawan tahu jika Reno sudah menikah, dia memiliki seorang istri yang merupakan anak dari sahabat ayahnya.

"Pak Reno berani juga ya, belum lama nikah udah gandeng cewek lain saja" Ucap seorang resepsionis kepada salah 1 temannya.

"Iya kasihan ya istrinya pasti sakit banget tuh digituin, kalau akumah udah ku talak 3" Ucap temannya.

"Mau gimana lagi, resiko kalau nikah sama orang kaya banyak saingannya udah nikah juga masih saja ada yang nemplok" Ucap sang Resepsionis.

"Betul banget tuh, untung pacarku cuma tukang sate jadi gak bakalan aku di selingkuhin, nikah sama orang kaya mah ribet" Ucap temannya.

"Tukang sate mana, bukan tukang sate yang suka mangkal di depan kantor kita kan?" tanya si Resepsionis curiga.

"Iya kok kamu tahu? padahal aku baru sebulan pacaran sama dia, udah kesebar aja beritanya hehe" Ucap temannya sambil tersenyum malu.

"Dasa bodoh aku juga pacaran dengannya, aku sudah 2 bulan sama dia, kamu kurang ngajar banget ganggu hubungan orang" Ucap si Resepsionis marah.

"Apa kamu bilang jangan asal ngarang deh, dia gak pernah bilang tuh kalau sudah punya pacar, cemburu ya aku pacaran sama dia, sadar diri dong mana mungkin dia mau pacaran sama cewek lebay kayak kamu" Ucap Temannya sambil tersenyum sinis.

"Enak saja, harusnya kamu yang sadar diri dasar cewek gatek, pasti kamu kan yang godain dia duluan ngaku saja deh" Ucap Si Resepsionis sambil menjambak rambut temannya.

Akhirnya mereka saling menjambak memperebutkan tukang sate yang tampangnya biasa saja, ketahuilah orang selingkuh bisa siapa saja gak harus cowok mapan, kang sate saja bisa yang penting duit lancar.

"Mas kenapa sih para karyawan kamu ngelihatin kita gitu banget, apa mereka pikir kita cocok ya" Ucap Adinda sambil tersenyum.

Di balik meja Reno menatap Adinda yang tengah duduk di seberang meja dengan gugup, dia bingung bagaimana caranya menjelaskan kepada Adinda jika dia sudah menikah.

Saat ini mereka tengah berada di ruang kerja Reno, gadis itu mengikutinya sampai ke ruang kerjanya membua Reno bingung harus berbuat apa.

"Din, sebelumnya ada yang mau ku ceritakan padamu" Ucap Reno memulai kata-katanya.

"Apa Mas, yaudah cerita saja gak usah gugup gitu Mas kayak sama orang lain saja" Ucap Adinda sambil tersenyum geli melihat Reno yang terlihat gugup.

"I-ini aku mau bilang sama kamu kalau aku--" Reno terdiam tak mampu melanjutkan kata-katanya.

"Kalau aku apa Mas, kenapa sih bikin penasaran deh, udah ngomong aja Mas jangan ragu-ragu gitu!" Ucap Adinda merasa heran dengan sikap Reno.

"Aku sudah menikah Din, aku harap kamu mengerti dan tolong jangan terlalu dekat denganku lagi, ada hati yang harus ku jaga Dinda" Dengan satu tarikan nafas Reno mengungkapkan kebenaran yang selama ini dia pendam.

Hening Adinda tidak mengucapkan sepatah katapun, Reno memberanikan diri menatap Adinda yang terlihat syok denga mata berkaca-kaca.

Tidak tega tentu saja Reno merasa bersalah karena telah membuat gadis di depannya terluka, tapi dia tidak bisa terus-terusan membuat Adinda berharap padanya.

Meskipun berat tapi ini yang terbaik baginya dan Adinda, terlebih lagi dia sudah mulai menyadari perasaanya pada bocah nakal istrinya itu, dia tidak ingin suatu saat nanti perasaan Adinda menjadi bumerang untuk pernikahannya.

"Sudah berapa lama, kenapa Mas tidak pernah memberitahuku? aku memang pernah mendengar desas-desus tentang Mas yang sudah menikah, tapi aku tidak mempercayainya" Ucap Adinda pelan sambil menangis.

"Sudah 3 bulan, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyembunyikannya padamu, saat aku mau menikah aku sudah mencoba menghubungimu tapi nomormu tidak aktif, dan kemarin saat kamu pulang aku belum punya kesempatan untuk memberitahumu" Ucap Reno.

Adinda tersenyum kecut, habis sudah kini impiannya untuk menikahi lelaki pujaannya telah gugur, sekarang hanya rasa sakit dan kecewa yang melandanya.

"Siapa wanita itu, apa aku mengenalnya? aku penasaran siapa orang yang bisa menikah dengamu selain aku tentunya" Ucap Adinda sambil menatap Reno menuntut jawaban.

"Kamu mengenalnya, dia adalah gadis yang tinggal di apartemenku" Jawab Reno pelan.

"Apa!, apa aku tidak salah dengar, bagaimana mungkin Mas menikah dengan gadis nakal seperti dia, dia tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku Mas, apa kamu sudah gila menikahi bocah seperti dia?" Ucap Adinda tak percaya bagaimana bisa dirinya kalah oleh seorang gadis kecil menyebalkan itu.

"Aku dijodohkan orang tuaku, awalnya aku dijodohkan dengan kakaknya Natalya, tapi karena suatu masalah, Rania menggantikan kakaknya untuk dijodohkan dan menikah denganku" Jawab Reno.

"Seharusnya Mas langsung menolak perjodohan itu, apalagi saat calon pengantinmu digantikan oleh gadis nakal seperti dia" Ucap Adinda.

"Kamu sendiri tahu, aku tidak mungkin menolak permintaan orang tuaku khususnya ibuku, aku akan melakukan apa saja untuknya, dan ya jangan panggil Rania dengan sebutan gadis nakal, bagaimanapun juga dia itu istriku jadi sopanlah sedikit" Ucap Reno sambil menatap Adinda.

Meskipun dia suka memanggil Rania dengan sebutan gadis nakal, tapi dia tidan rela jika ada orang yang memanggil istrinya dengan sebutan itu.

Panggilan itu khusus hanya boleh diucapkan olehnya bukan orang lain,meski itu Adinda atau orang terdekatnya, gadis mesum dan nakal kesayanganya itu hanya panggilan khusus untuk mengekspresikan perasaanya.

"Baiklah, aku sebaiknya pergi dari sini dan maaf pemotretan hari ini sebaiknya kita undur dulu, aku sedang tidak dalam kondisi baik untuk melakukannya" Ucap Adinda sambil berjalan keluar tanpa menunggu balasan dari Reno.

Reno menatap pintu yang baru saja ditutup oleh Adinda, dia bukanya tega tapi ini memang yang harus dia lakukan sedari awal.

"Ada apa ini, kenapa Dinda menangis setelah keluar dari ruanganmu?" Tanya Iyan tiba-tiba masuk sambil menatap Reno.

"Aku memberitahunya kalau aku sudah menikah" Jawab Reno.

"Sial, harusnya kamu beritahu aku dulu, setidaknya aku bisa menemani dia saat mendengar kenyataan yang membuat hatinya terluka" Ucap Iyan gusar dan langsung berlalu keluar pintu dengan tergesa-gesa.

Reno tersenyum kecil, tanpa diberitahu pun dia sudah tahu jika sahabatnya Iyan memendam perasaan kepada Adinda, yang dia tidak mengerti lelaki itu tak pernah mengungkapkan perasaanya sendiri.