Liora tak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Marvin akan membawanya pada sesuatu yang menggila. Marvin, pria itu begitu menginginkannya meskipun tahu jika Liora adalah adik iparnya.
Tidak adanya cinta dari suaminya membuat Liora dengan mudah menerima perlakuan hangat dari kakak iparnya. Bukan hanya cinta yang Marvin berikan, tapi juga kepuasan diatas ranjang.
"Adikku tidak mencintaimu, jadi biar aku saja yang mencintaimu, Liora." ~ Marvin Leonardo.
📍Membaca novel ini mampu meningkatkan imun dan menggoyahkan iman 😁 bukan area bocil, bijak-bijaklah dalam membaca 🫣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Red_Purple, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 ~ CTDKI
"Aku harap setelah bulan madu nanti mereka akan memberikan kabar baik, jadi kamu tidak perlu ragu untuk memberikan lima puluh persen saham perusahaan pada Haikal." Ucap Nyonya Maria pada suaminya.
Tuan Arthur menghela napas, "Itu tidak mungkin, Maria. Keputusan itu hanya bisa aku ambil atas ijin dari Eliza."
"Eliza, Eliza, dan Eliza terus! Kenapa sih kamu harus tunduk padanya, Mas?!
"Ingat Maria, kamu bukan siapa-siapa tanpa aku disini." ujar Tuan Arthur. "Saat itu perusahaan ayahku terancam bangkrut, dan ayah Eliza lah yang memberikan bantuan tapi dengan syarat aku harus menikah dengan Eliza. Itulah sebabnya semua keputusan harus diambil atas ijin dari Eliza."
Dulu, Tuan Arthur terpaksa memutuskan hubungannya dengan Nyonya Maria karena dia harus menikahi ibunya Marvin. Namun, Nyonya Maria yang memang gila harta jelas tidak terima diputuskan dengan begitu saja. Setelah memastikan perusahaan milik keluarga Tuan Arthur pulih dan semakin berjaya, dia kembali mendekati mantan kekasihnya itu, menjebak Tuan Arthur dengan obat perangsang hingga dia bisa menggunakan kehamilannya untuk meminta pertanggungjawaban.
Sayangnya, Nyonya Eliza hanya memutuskan pergi tanpa berniat untuk menggugat cerai Tuan Arthur yang sudah mengkhianatinya, membuat semua rencana Nyonya Maria menjadi sia-sia untuk menjadi satu-satunya Nyonya Leonardo.
Obrolan mereka terhenti saat melihat Marvin datang. Dengan langkah terburu-buru, Marvin berjalan melewati ruang tengah dimana ayahnya sedang mengobrol berdua dengan istri keduanya. Setelah mendapatkan telefon dari Liora, dia berniat untuk menjemput adik iparnya itu.
"Marvin, kamu mau kemana, Nak?" tanya Tuan Arthur yang membuat langkah Marvin terhenti.
"Aku mau keluar, Yah. Mungkin malam ini aku tidak akan pulang, jadi tidak usah menungguku." jawab Marvin, kemudian berlalu pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa mempedulikan tatapan tidak suka Nyonya Maria padanya.
Nyonya Maria berdecak sinis, "Lihat kelakuan putra kebanggaanmu itu, tidak ada sopan-sopannya sama orang tua."
"Sudahlah, kamu juga jangan selalu menyudutkan Marvin. Sesekali bersikap manislah pada Marvin, anggap Marvin seperti putra kandungmu sendiri." ujar Tuan Arthur.
"Bela saja terus, bela!" Nyonya Maria naik pitam. "Dari dulu kamu memang lebih menyayangi Marvin ketimbang Haikal!" ujarnya, kemudian berlalu meninggalkan ruangan dan pergi ke kamarnya.
Tuan Arthur menghela napas panjang sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Padahal Tuan Arthur berharap di kepulangan Marvin kali ini keduanya bisa akur seperti ibu dan anak, namun semua itu sepertinya hanya ada dalam angan Tuan Arthur saja.
❄️
❄️
❄️
Marvin melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju ke alamat yang Liora kirimkan. Kali ini Haikal sudah benar-benar keterlaluan, bisa-bisanya adiknya itu meninggalkan Liora sendirian di tempat yang asing dan jauh dari rumah. Bagaimana jika sampai terjadi sesuatu pada Liora disana.
Beberapa kali Marvin mengeraskan rahangnya, menatap tajam pada sekitar namun tetap fokus pada jalan yang sedang dia lalui. Panasnya terik matahari yang ada di atas kepala sepanas hati Marvin saat ini. Seandainya Haikal tidak ingin pergi berbulan madu, harusnya adiknya itu bisa langsung menolak saja saat ayah mereka menyuruh pergi tadi pagi.
Sementara itu, Liora memilih tidak masuk ke dalam kamar hotel yang sudah dipesankan oleh suaminya. Dia memilih menunggu Marvin didepan hotel dengan duduk di sebuah bangku yang sengaja disediakan oleh seorang petugas hotel untuknya. Perutnya sudah sangat lapar, namun Liora tahan karena tidak ingin melewatkan kedatangan kakak iparnya.
Hampir tiga jam Liora menunggu disana dengan perasaan gelisah, sebuah senyuman terukir diwajah cantiknya yang sudah nampak lelah saat melihat mobil Marvin memasuki halaman hotel tersebut. Marvin langsung berlari menghampiri Liora begitu turun dari mobil dan memeluknya dengan erat.
"Maaf kamu menunggu lama," dikecupnya berkali-kali kepala adik iparnya.
Liora menggeleng pelan, mengurai pelukannya dan menatap wajah kakak iparnya. "Aku yang berterimakasih karena kamu sudah mau datang. Aku pikir aku akan sendirian disini sampai malam. Mas Haikal pasti tidak akan kembali dalam waktu cepat."
Mendengar nama Haikal, emosi Marvin kembali terpancing. "Memangnya apa yang terjadi? Kenapa Haikal sampai meninggalkan kamu sendirian disini?"
"Aku juga tidak tahu," jawab Liora. "Setelah menerima telefon, dia langsung buru-buru ingin pergi dan memintaku untuk menunggu disini dulu sebelum kami melanjutkan perjalanan menuju ke villa."
Liora berkata jujur tanpa ingin mengatakan tentang dugaannya jika suaminya sepertinya sedang pergi menemui wanita lain. Keberadaan Marvin disana sudah cukup membuat Liora merasa lega sekaligus senang.
"Ayo ikut denganku," Marvin menurunkan tangannya dan menggenggam tangan Liora.
"Kemana? Apa kita akan pulang?" tanya Liora, rasanya dia tidak ingin cepat-cepat pulang sekarang karena sudah ada Marvin disana.
Marvin menggeleng, tersenyum. "Ketempat yang seharusnya. Aku akan membawamu ke tempat yang jauh dari keramaian. Hanya akan ada kita berdua saja disana."
❄️
❄️
❄️
"Ahhh... Ini sangat nikmat, Sayang..."
Casandra tak henti-hentinya mendesah, tubuh indahnya sedang meliuk-liuk di atas tubuh polos Haikal. Sengaja dia memberikan obat perangsang di minuman Haikal supaya pria itu tidak buru-buru pergi setelah menemuinya.
Meskipun tidak mengatakannya secara langsung, Casandra tahu jika Haikal sudah mulai tertarik dan peduli pada istrinya, Liora. Jelas dia merasa tidak rela karena baginya Haikal hanya miliknya seorang. Dan kali ini Casandra sengaja tidak akan meminum pil kb seperti biasanya karena dia ingin hamil dan bisa mengikat Haikal dengan kehadiran anak itu nantinya.
Tubuhnya terkulai lemas dengan napas tersengal-sengal setelah untuk kesekian kalinya dia mengalami pelepasan. Tangannya meraba ke atas nakas dan mengambil handphonenya yang tadi dia letakkan disana. Haikal terperanjat kaget saat melihat jam sudah menunjukkan pukul lima lewat dua puluh menit.
"Sial! Liora pasti sudah menungguku." Haikal menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai.
"Ini semua gara-gara kamu, kenapa harus memasukkan obat perangsang segala!" omelnya pada Casandra sambil memakai pakaiannya kembali.
"Sengaja," Casandra tersenyum puas, sama sekali tidak merasa bersalah. "Aku tidak rela kamu hanya pergi berduaan saja dengan wanita itu."
Haikal tidak ingin memperdebatkan, saat ini Liora lebih penting. Dia tidak ingin membuat istrinya menunggu terlalu lama.
"Setelah pulang nanti aku akan membuat perhitungan denganmu." ancamnya sebelum pergi meninggalkan ruangan kamar Casandra.
Dengan langkah lebar Haikal berjalan menuju ke basement apartemen. Tatapannya tertuju pada layar ponselnya yang sedang melakukan panggilan berulang-ulang pada nomor istrinya.
"Ayolah sayang, kenapa handphonemu tidak aktif." gumamnya dengan perasaan diliputi kecemasan.
❄️
❄️
❄️
Bersambung....
kaget gak.. tegang gak anuu muu