Warning 21++
Dia adalah orang nomor satu di wilayahnya. Pemilik perusahaan The King Group, yang pusaranya sudah merambah ke berbagai negara. Namun, siapa sangka, kalau ternyata dia adalah sosok makhluk penghisap darah.
Tidak ada yang berani mengusiknya, iblis sekaligus raja neraka di bumi jagat raya. Kecuali satu, Genk manusia serigala adalah satu-satunya kumpulan makhluk yang paling membenci Kaisar.
Makhluk penghisap darah paling kejam, sekaligus vampir yang sulit di taklukan. Darah suci menjadi satu-satunya objek utama yang mereka perebutkan.
Namun, di ujung penantiannya, Kaisar justru mencintai gadis pemilik darah suci tersebut. Darah yang mengalir di tubuh manusia setiap seribu tahun sekali.
Akankah cinta membuat sang Kaisar mempertahankan gadis itu? Atau justru memusnahkannya, dan menjadikan dirinya abadi selama-lamanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berkejaran
Dari atas sana, dalam pekatnya malam, Kaisar menyusuri pekarangan kosong, tepat di belakang rumah kontrakan Airish. Mata bulat nan merahnya dengan jeli mencari sesosok serigala yang ia yakini, masih berada tak jauh darinya.
Terlihat gempalan tubuh berhulu itu berlari terbirit-birit, dan Kaisar melihat itu. Tanpa menunggu lama, Kaisar segera terbang menuju ke arah Dewa, akhirnya mereka terus berkejaran, antara bumi dan udara.
Dewa semakin berlari kencang, saat tahu musuhnya datang, ia tersenyum smirk, tetapi keempat kaki itu tak berhenti berjuang untuk menghindar.
Sedangkan Kaisar mengepakan sayapnya tak kalah cepat, makhluk kecil yang kerap keluar malam hari itu terbang semakin rendah, begitu mangsa sudah hampir di depan mata.
Ia yakin, Dewa sudah tahu Airish itu siapa, dan ada apa dalam tubuhnya. Karena darah suci itu dapat terasa hanya dalam jarak satu meter dari pemiliknya.
Sedangkan Dewa sudah menyentuh Airish. Itu artinya, akan segera hadir perlawanan untuk memperebutkan keabadian tersebut.
Hampir dapat, Kaisar berniat mendarat. Ia berniat untuk turun ke tanah, menghadang Dewa dari sana.
Dan blasss!!!
Seperti telah masuk daerah terlarang, tubuh Kaisar terpental, Dewa sudah berhasil masuk dalam batas wilayah kekuasaannya.
Pantas saja dia sedikit berlari dengan lamban.
Kaisar jatuh ke atas tanah, wujudnya kembali berubah normal, ia memegangi dadanya yang sedikit terasa nyeri sambil mengumpat.
Sial!
Ia mendengus kesal karena tak mendapatkan Dewa malam ini. Dengan nafas yang terdengar memburu, Kaisar bangkit dan meninju udara.
Bahkan tenggorokannya terasa kering, karena cukup menguras energi, dengan gerakan cepat, ia menangkap ular yang tiba-tiba melintas di depannya, lalu tanpa pikir panjang, ia langsung menghisap hewan berbisa tersebut.
Hah! Ini cukup mengurangi dahaganya.
Dan sring!
Tubuh itu menghilang, menjadi kabut asap dan kembali berdiri di depan rumah kontrakan Airish.
Tanpa mengetuk pintu Kaisar langsung masuk ke dalam sana. Sedangkan Airish berjengit kaget, malam ini ia selalu merasa was-was saat mendapati suara-suara.
"Tuan, kau sudah kembali?" Tanya Airish melihat tubuh tegap itu sudah ada di ambang pintu kamarnya. Ia tersenyum lega, Kaisar kembali datang.
"Hem." Kaisar melangkah menuju ranjang, tempat dimana Airish berada. Ranjang mini, yang kalah jauh dengan ukuran ranjang king size di rumahnya.
Ia menuntun Airish untuk berbaring di tempat sempit itu, lalu menarik tubuh sang gadis masuk ke dalam dekapannya.
"Tuan, apa kau berhasil melihatnya?" Tanya Airish penasaran dengan hasil pencarian lelaki itu.
"Hem, aku melihatnya. Aku pikir pasti dia akan kembali lagi kemari." Balas Kaisar dengan mata yang sudah terpejam, ia terus mengeratkan pelukannya, mencari kehangatan dalam tubuh Airish.
Mendengar itu, hati Airish kembali tidak tenang. Bagaimana jika makhluk itu benar-benar terus mengganggunya?
Ia tidak mungkin berani pulang ke kontrakan ini, kalau itu terjadi.
"Pulanglah ke rumah utama. Kau akan aman di sana." Ucap Kaisar membalas kekhawatiran Airish.
Ia bisa merasakan ketakutan yang luar biasa dalam diri gadis itu. Apalagi dia hanya tinggal sendiri, di kontrakan kecil seperti ini.
Rumah-rumah disana terlihat masih jarang, dengan jarak pekarangan-pekarangan kosong yang cukup luas. Terasa menyeramkan bukan?
"Tapi bagaimana aku memberikan alasan pada ayah?" Gadis itu tidak bisa selamanya berada di rumah utama, karena ada kalanya sang ayah pasti mengunjunginya.
Kalau dia tidak mengontrak, dan ayahnya tahu ia pindah, lalu alasan yang akan diberikan gadis itu?
Benar kata pepatah, kalau sudah satu kali berbohong, pasti akan melahirkan kebohongan yang lainnya.
"Bilang saja kau tinggal di asrama tempat kau bekerja, begitu saja susah sekali." Cibir Kaisar, si Tuan yang pandai berkilah.
Sedangkan Airish mana bisa berpikir sampai kesana. Dari dulu, dia adalah gadis yang selalu berkata jujur tentang apapun. Sampai Zoya saja bisa menebak, saat ia kedapatan berbohong.
"Tapi Tuan_"
"Masih mau membantah?" Mulai meregangkan pelukan, menarik dagu runcing itu, hingga mereka saling menatap. Gadis itu lupa, aturan mainnya dia tidak diizinkan membantah, dan terlalu banyak bicara.
Dengan gerakan cepat, Airish menggeleng. Dan satu kecupan manis melandas di bibirnya.
Namun, merasa tak puas. Kaisar memberikan sedikit sesapan di bibir ranum itu, sesapan penghantar tidur, dan lagu selamat malam untuk gadisnya.
"Tidurlah!" Titah Kaisar.
"Kau tidak akan meninggalkanku kan?" Bola mata Airish berbinar saat mengatakan itu. Seolah berharap begitu banyak. Dan dahi Kaisar berkerut, apa maksudnya?
"Maksudku, Tuan akan tidur di sini kan malam ini? Menemaniku, aku benar-benar takut." Terdengar suaranya lirih, Kaisar bisa merasakan ketakutan itu.
Lantas, bagaimana jika gadis ini tahu kalau dia juga bukan manusia biasa? Apa dia akan ketakutan, dan tidak mau bertemu dengannya?
Pelan, Kaisar mengangguk. Lalu menyuruh gadis itu untuk cepat-cepat tidur. Airish langsung patuh, dengan senyuman manis yang tersemat di wajah polosnya, gadis itu kembali memeluk Kaisar, dan membenamkan wajah di dada suaminya.
Aku baru sadar, tubuh Tuan ternyata rasanya dingin.
Akhirnya Airish dan Kaisar sama-sama terpejam.
Namun, dalam kesenjangan waktu yang cukup lama, Airish tak mampu untuk tidur dengan nyenyak. Apalagi saat ia merasakan tangan Kaisar sudah masuk ke dalam piyamanya.
Satu pertanyaan muncul di otaknya tiba-tiba, mengenai izin sang suami yang pergi ke luar kota. Lalu kenapa lelaki itu tiba-tiba datang ke rumah kontrakannya?
Mata Airish kembali terbuka. Ia menjelajahi wajah gagah itu, hingga turun di tato bergambar kelelawar di leher Kaisar. Tampak begitu sempurna, tetapi sayang tidak sesempurna hidupnya.
"Kenapa malah memandangiku?" Suara ketus Kaisar mengagetkan Airish, yang diam-diam terus mengagumi ketampanannya.
Ck! Kenapa orang ini bisa tahu?
"Aku, aku tidak bisa tidur, Tuan." Ucap Airish jujur. Matanya benar-benar tidak bisa diajak kompromi, mungkin karena sebelumnya ia sudah tidur terlalu lama.
"Memangnya apa yang kau pikirkan?" Tanya Kaisar, dengan mata yang tertutup rapat. Sedangkan tangan besarnya masih setia memeluk Airish.
"Eum benarkah aku boleh menanyakannya?" Tanya Airish girang.
"Tidak!"
Airish cemberut. Lalu kenapa bertanya, batin gadis itu.
"Tapi aku ingin tahu apa yang ada dalam pikiranmu."
Cih, sama saja.
"Tuan, bukankah kau pergi ke luar kota? Lalu kenapa kau ada di sini?"
Kaisar menarik kedua sudut bibirnya. Meski dengan mata terpejam, lelaki itu dapat merasakan wajah Airish yang nampak begitu penasaran.
"Bukankah kau sendiri yang menginginkanku datang?"
Eh! Kenapa dia bisa tahu ini juga?
"Maksudnya bagaimana, Tuan?"
"Tidak ada maksud apa-apa, malah sepertinya kau yang punya maksud denganku, iyakan?" Kaki jenjang Kaisar mengunci tubuh mungil itu, sedangkan matanya sudah menatap Airish lengkap dengan seringai.
Gadis itu mulai waspada, cukup mengerti situasi yang sebentar lagi akan terjadi.
Ia telah membangunkan sang singa lapar, harusnya dia tidak perlu bertanya, ia cukup menyimpan itu semua, meski jiwa keingintahuan begitu meronta-ronta.
"Ah, tidak, Tuan. Sumpah, aku reflek menyebut namamu. Aku sangat takut tadi."
"Itu artinya kau berharap aku datang kan?" Setengah bangkit, dan mengungkung tubuh Airish dengan tangan kekarnya.
Airish mengerjap-ngerjap, menelan ludahnya yang terasa keluar lebih banyak. Tatapan ini, tatapan mata ini sama persis, dengan yang ia lihat tadi pagi.
"Ugh." Airish melenguh, saat Kaisar tiba-tiba memberikan serangan di lehernya. Leher yang sudah dihiasi tanda merah akibat percintaan mereka.
Ia menggeliat erotis, seiring Kaisar mencumbunya dengan permainan lidah di area sensitifnya. Basah, air liur lelaki itu memandikan tengkuknya.
Bulu roma itu meremang, akibat sengatan nikmat yang ia terima.
Dan detik selanjutnya, tubuh Kaisar kembali ke tempat semula.
"Tidurlah, atau kau akan lihat kebuasanku untuk memakanmu."
Lelaki itu tersenyum puas, sudah sukses membuat tubuh Airish panas dingin dengan kelakuannya. Kalau saja ia lepas kendali, ia yakin akan membawa Airish bertempur sampai pagi.