"Harusnya dulu aku sadar diri, bahwa aku sama sekali nggak pantas untuk kamu. Dengan begitu, mungkin aku nggak akan terluka seperti sekarang ini" ~Anindhiya Salsabila
Tindakan bodoh yang Anin lakukan satu tahun yang lalu adalah menerima lamaran dari cowok populer di sekolahnya begitu saja. Padahal mereka sama sekali tidak pernah dekat, dan mungkin bisa dikatakan tidak saling mengenal.
Anin bahkan tidak memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Hingga cowok dingin itu sama sekali tidak pernah mengajak Anin berbicara setelah meminta Anin untuk menjadi istrinya. Mereka hanya seperti orang asing yang tinggal di atap yang sama.
--------------------------------------------------------------------------
Bagaimana mungkin aku hidup satu atap dengan seorang pria yang bahkan tidak pernah mengajakku berbicara? Bagaimana mungkin aku hidup dengan seorang suami yang bahkan tidak pernah menganggapku ada?
Ya, aku adalah seorang gadis yang tidak dicintai oleh suamiku. Seorang gadis yang masih berusia sembilan belas tahun. Aku bahkan tidak tau, kenapa dulu dia melamarku, menjadikan aku istrinya, kemudian mengabaikanku begitu saja.
Terkadang aku lelah, aku ingin menyerah. Tapi entah kenapa seuatu hal memaksaku untuk bertahan. Aku bahkan tidak tau, sampai kapan semua ini akan menimpaku. Aku tidak tau, sampai kapan ini semua akan berakhir.
~ Anindhiya Salsabila~
Mau tau gimana kisah Anindhiya? Yuk cuss baca.
Jangan lupa like, komen dan vote ya. Jangan lupa follow ig Author juga @Afrialusiana
Makasih :)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Afria Lusiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 18
Anin dan El baru saja sampai di kantin Fakultas Ilmu Keperawatan. Mereka memperhatikan suasana kantin yang terlihat sangat ramai dengan mahasiswa yang tengah mengisi kekosongan perutnya yang sudah berdisko sedari tadi.
"El, habis ini lo nggak ada kelas?" Tanya Anin.
"Enggak." Sahut El masih memperhatikan mencari tempat duduk yang masih kosong.
"Nah, disana kosong Nin" El menarik tangan Anin antusias, mereka hendak duduk di kursi kosong yang ada di sana. Namun, seseorang yang baru saja datang justru mendudukkan tubuhnya terlebih dahulu.
Anin dan El menoleh satu sama lain. Tatapan mereka sama-sama terlihat kebingungan saat melihat gadis yang ada di depan mereka ini adalah Meisya.
"Annabel" Lirih El membuat tawa mahasiswa yang ada di kantin memecah saat El memanggil Meisya si gadis cantik idaman mahasiswa kedokteran dengan panggilan Annabel.
"Lo ngapain ada di sini? bukannya gedung lo ada di ujung dunia sono?" Tanya El bingung.
Meisya mengibaskan rambutnya songong. "Suka suka gue dong. Lagian juga gue kesini pake mobil, bukan jalan kaki! karena gue bukan orang susah!" Sahut Meisya sedikit tidak nyambung dengan pertanyaan El. Meisya melirik sinis ke arah Anin yang berdiri di samping El.
El tersenyum menyeringai. "Maksud lo apaan ngomong kaya gitu, ha?" Tantang El.
"Lo nggak ngerti maksud gue? ya, jelas dong, bagi gue dari ujung dunia manapun nggak akan susah hanya untuk kesini. Nggak kaya gembel di samping lo ini, udah susah, misqueen, nggak tau diri, idup lagi" Meisya tertawa licik sembari mendorong bahu Anin dengan jari telunjuknya.
Bukannya takut, El justru membalas tawa licik Meisya. "Haha, di rumah lo ada kaca?" Tanya El.
"Apa? kaca doang? Oh. Jelas ada. Banyak banget malahan kaca di rumah gue nggak usah ditanya, emang di rumah dia..."
Plakkkkk
Satu tamparan melayang di pipi mulus Meisya. "Jangan pernah lo hina sahabat gue!Asal lo tau, nggak semua hal akan bisa lo beli dengan uang. Suatu saat, uang lo itu nggak akan ada artinya lagi!"
"Biarin aja El. Manusia kaya dia nggak usah di ladenin." Itu suara Anin membalas tatapan tajam Meisya. Kemudian Anin menarik tangan El untuk pergi dari sana mencari kursu kosong yang lain.
El mendengus, mata El melotot tajam ke arah Meisya sebelum mereka benar-benar pergi meninggalkan gadis tidak jelas tersebut.
"Lo cam kan itu!" Tekan El menunjuk Meisya dengan jari telunjuknya tegas.
El dan Anin hendak berjalan pergi dari sana. Namun,
Brukkkk
Anin tiba-tiba saja tersungkur saat Meisya berhasil mengulurkan kaki panjangnya ketika Anin berjalan. Alhasil, gadis itu sekarang menjadi pusat perhatian mahasiswa di kantin karena sudah tersungkur ke lantai.
"Arkhh" Anin memegang lututnya yang sudah dialiri darah segar. Gadis itu meringis menahan pedih.
"Anin" Sorak El kemudian berjongkok di hadapan Anin. El memperhatikan lutut Anin yang masih menampaki darah segar mengalir dari sana.
El mendongak, matanya menatap Meisya dengan tatapan penuh amarah. Sungguh, El tidak bisa lagi menahan emosinya yang sudah ingin meledak.
"Dasar brengs*k" Lirih El yang kemudian berdiri.
Plakkkkk
Satu tamparan lagi melayang mulus di pipi Meisya.
"Sumpah demi apapun. Otak lo di dengkul, dan lo sama sekali nggak pantas jadi dokter!" Maki El kesal pada Meisya.
El menoleh ke belakang, hendak membawa Anin ke klinik kampus, namun seorang pria sudah lebih dulu mengangkat tubuh sahabatanya itu.
"Eh, lo siapa?" Sorak El berusaha mengejar pria yang kini tengah menggendong Anin menjauh dari keramaian.
Sementara Anin, gadis itu sedari tadi sudah bersusah payah meronta ronta ingin di turunkan.
Saat Anin hendak berdiri dan membalas perbuatan Meisya, tiba-tiba saja seorang laki-laki yang tidak lain adalah Alfi mengangkat tubuhnya begitu saja untuk menjauh dari sana.
"Turunin aku. Kak. please" Pinta Anin.
"Nggak usah banyak omong. Laki lo juga nggak bakal dateng jadi pangeran kesiangan disini. Diem, gue obatin kaki lo. Lo mau, kaki lo infeksi?"
"Luka dikit juga nggak bakalan infeksi juga kali" Celetuk Anin menyauti ucapan lebay Alfi.
tinggalin saja laki kek gt, harga diri lah.. terlalu lemah
boleh tanya kah mbak gimana buat novel biar cepet dan konsisiten