Bukan Suami Pilihanku

Rey dibuat terkejut setelah masuk ke ruangan Arka. Ruangan yang tadinya tertata rapih, sekarang menjadi berantakan. Dia juga melihat tuannya yang sedang rebahan di sofa sambil memijit kepalanya dengan pakaian yang terlihat kusut.

"Dari mana saja?" tanya Arka tanpa menatap Rey.

"Itu,, itu, bukankah Anda menyuruh untuk menyelesaikan gosip-gosip yang sedang beredar." jawab Rey sambil berjongkok memunguti berkas-berkas yang berserakan di lantai. Rey juga mengambil jas yang tergeletak di lantai. Dia tak tahu apa yang terjadi pada tuannya. Apa mungkin sedang bertengkar dengan nona Nira. Tapi sepertinya tidak. Sudah lama tuannya tidak seperti ini.

Setelah memanggil cleaning service untuk membersihkan lantai yang basah dan pecahan-pecahan cangkir, Rey duduk di sofa sebelah tuan Arka.

"Keluarlah!" perintah Rey pada cleaning service yang telah menyelesaikan tugasnya.

"Apa yang terjadi, Tuan? Apa Livia sudah kembali?" tanya Rey dengan serius. Arka hanya menganggukkan kepalanya.

"Sial! Aku kecolongan!" umpatnya. Kalau dia tahu, dia pasti akan menahan wanita itu lebih dulu. Wanita yang pernah menghancurkan tuannya dan memeras uang tuan Arka.

Wanita itu tak lain dan tak bukan adalah ibu dari Geo. Arka memejamkan matanya dan mengingat kembali kejadian beberapa tahun yang lalu.

*flash back on*

Saat Arka berada di luar negeri, tepatnya di kota Hamburg, Jerman. Dia yang sedang mengunjungi papanya, tak sengaja bertemu dengan teman lamanya. Mereka memutuskan untuk melanjutkan obrolan mereka di sebuah club. Arka yang tak terbiasa minum dipaksa oleh temannya. Arka tak enak hati untuk menolak. Satu gelas ia minum dalam satu tegukan.

"Ahh,,," Arka meringis menahan rasa minuman yang tak pernah ia sentuh itu.

"Arka, are you oke?" tanya Dion, teman Arka.

Arka menganggukkan kepalanya. "Yes, i'm fine." jawab Arka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya yang mulai berputar-putar. Sungguh dia sudah mengingkari janjinya pada Rey untuk tidak menyentuh minuman memabukkan itu.

"Sory, forced you to drink." ucap Dion yang merasa bersalah karena sudah memaksa Arka. Dia mengira Arka sudah berubah dan bisa minum sedikit. Tapi, Arka tetaplah Arka yang dulu, yang tak pernah mencicipi minuman memabukkan.

"No problem." jawab Arka sambil mengerjapkan matanya.

Doni berjalan mendekati Arka. "Okay. I'll take you home." Dion membantu Arka yang kesusahan untuk berdiri.

"Thanks." ucap Arka.

Dion memapah Arka keluar dari private room. Baru saja keluar beberapa langkah, ada seoarang wanita menghampiri mereka.

"Hai. Aku temannya. Sepertinya dia sangat mabuk. Bolehkah aku yang mengantarnya pulang?" wanita itu menawarkan bantuan.

Dion menggelengkan kepala. Dia tak mau Arka yang kaya raya dimanfaatkan oleh beberapa oknum wanita malam di sana. Doni menelisik wanita itu dari atas sampai bawah.

"Come on. Apa kau mencurigaiku? Aku itu temannya." ujar wanita itu meyakinkan Dion. "Ok, kalau tidak mau." wanita itu melangkah pergi.

Drrttt,,, drtttt,,

Ponsel Dion bergetar, dia membuka pesan itu. "Berhenti!" perintah Dion pada wanita tadi.

"Aku percayakan Arka padamu. Tolong antarkan dia pulang. Aku ada urusan mendadak." ujar Dion.

Dengan senang hati wanita itu memapah Arka keluar dari club.

Pagi hari di salah satu hotel ternama yang ada di kota Hamburg.

Arka langsung terbangun, dia memegangi kepalanya yang masih terasa berat. Matanya beralih pada tangan yang melingkar di pinggangnya. Arka yang kaget lalu duduk sambil menyingkirkan tangan itu. Dia menatap wanita yang tertidur pulas di sampingnya, wanita asing yang tak ia kenal sama sekali.

"Sial!" umpat Arka saat dia membuka selimut dan mendapati dirinya dan wanita itu tanpa memakai sehelai benang pun.

Arka segera turun dan masuk ke dalam kamar mandi.

Wanita yang berpura-pura masih tidur itu akhirnya membuka matanya saat pintu kamar mandi tertutup. Seringaian licik terukir jelas di sudut bibirnya.

Arka yang sudah selesai mandi lalu keluar dan mendapati wanita itu duduk bersandar sambil menangis tersedu-sedu.

"Katakan! Siapa kau?" tanya Arka dengan wajah datarnya.

"Kau tanya siapa aku? Aku orang yang membawamu di saat kau mabuk berat. Temanmu menitipkanmu padaku." jawab wanita itu sambil terisak. "Tapi apa yang kau lakukan? Kau menarikku ke dalam kamar hotel dan memaksaku berhubungan badan denganmu." imbuh wanita itu tak mau kalah, derai air mata membasahi pipinya.