Lanjutan Beginning And End Season 2.
Setelah mengalahkan Tenka Mutan, Catalina Rombert berdiri sendirian di reruntuhan Tokyo—saksi terakhir dunia yang hancur, penuh kesedihan dan kelelahan. Saat dia terbenam dalam keputusasaan, bayangan anak kecil yang mirip dirinya muncul dan memberinya kesempatan: kembali ke masa lalu.
Tanpa sadar, Catalina terlempar ke masa dia berusia lima tahun—semua memori masa depan hilang, tapi dia tahu dia ada untuk menyelamatkan keluarga dan umat manusia. Setiap malam, mimpi membawakan potongan-potongan memori dan petunjuk misinya. Tanpa gambaran penuh, dia harus menyusun potongan-potongan itu untuk mencegah tragedi dan membangun dunia yang diimpikan.
Apakah potongan-potongan memori dari mimpi cukup untuk membuat Catalina mengubah takdir yang sudah ditentukan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon raffa zahran dio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : CSP Kurumi.
Malam hari menyelimuti distrik Kabukicho dengan warna-warni lampu neon yang berkelap-kelip—“nyalir… nyalir…” cahaya merah, biru, kuning yang menerangi jalan raya yang sibuk. Orang-orang berjalan bolak-balik, suara obrolan dan tawa bergema di udara. Udara terasa sejuk dan sedikit lembap, bau makanan khas distrik itu menyebar ke mana-mana.
Catalina berdiri di sudut jalan, mengenakan jaket bulu tebal berwarna krim yang menutupi badannya. Rambut putih gradasi pink nya melayang lembut di angin, dan mata kiri pink dan kanan merah nya memandang sekeliling dengan waspada. Di sisinya, Kurumi mengenakan jaket bulu tebal hitam, rambut abu-abu panjang nya terikat sedikit di bagian bawah, mata kiri kutukan nya berkilau di bawah cahaya neon.
Beberapa orang menyapa mereka dengan senyum—mereka tahu bahwa kedua anak ini adalah anak dari para pilar yang menyelamatkan dunia dari Khaou. Seorang nenek dengan rambut putih yang kusut mendekat, memegang wadah permen berwarna hijau. “Nak Catalina… nak Kurumi… ini permen untuk kalian… semoga kalian selalu sehat dan kuat ya…” ucapnya dengan suara yang lembut, memberikan wadah permen ke tangan mereka.
Catalina dan Kurumi membungkuk sedikit untuk menyapa. “Makasih nenek!” teriak mereka berdua bersama-sama, senyum lebar muncul di wajahnya. Nenek itu mengelus rambut mereka berdua dengan jari-jari yang lembut, ekspresi wajahnya penuh kasih. “Sama sama… kalian adalah harapan kita semua, ya nak…” katanya, sebelum melanjutkan perjalanannya.
Setelah nenek itu pergi, Kurumi menggeser jaket nya lebih rapat, menggigil sedikit. “Agak dingin ya di luar… aku harusnya bawa selimut lagi deh…” ucapnya dengan suara yang sedikit bergetar, menunduk.
Catalina tersenyum dengan cara yang sedikit sombong, mengangkat dagunya. “Iya sih… tapi api pink di dalam tubuh ku membuat tubuh ku hangat! Tidak perlu jaket juga bisa!” ucapnya, dan dia membuka sedikit zip jaket nya, menunjukkan bahwa dia tidak merasa dingin sama sekali.
Kurumi mengangkat alisnya, menatap Catalina dengan tatapan yang sedikit cemburu. “Ih Catalina curang! Kenapa cuma kamu yang punya api hangat di dalam tubuh!” katanya, dan mereka berdua tertawa kecil—“hihi… hahaha…” suara tawa mereka menyala di tengah keramaian distrik.
Sesudah berjalan beberapa menit, mereka akhirnya sampai di depan kantor polisi yang berdiri megah di pusat distrik. Lampu depan kantor polisi menyala terang, dan pagar besi melingkupinya. Catalina berhenti, menatap kantor polisi dengan tatapan yang serius. “Kurumi, siap siap ya… mutan nya akan muncul kapan saja…” ucapnya dengan suara yang tegas, dan dia memegang tangan Kurumi dengan erat.
Kurumi mengangguk, meskipun matanya terlihat sedikit ketakutan. Dia menggenggam pistol Nul yang sudah muncul di tangan nya secara tidak sengaja, aura kegelapan hijau nya semakin kuat. “Baik… aku siap, Catalina!” ucapnya dengan suara yang sedikit gemetar tapi penuh keberanian.
DOMAIN TAK KASAT MATA DAN KEJADIAN BESAR
Catalina mengangkat tangan nya ke atas, telapak tangan menghadap ke langit-langit yang gelap. Dia menutup mata sebentar, mengumpulkan energi di dalam tubuhnya. “HANIEL!! PINK HELL FIRE DOMAIN!!” teriaknya dengan suara yang lantang dan penuh kekuatan—suaranya bergema di seluruh distrik, membuat orang-orang yang ada di sekitar terkejut.
Tiba-tiba—“FWOOOOOM!!”—suara api yang meledak besar, dan sebuah barrier berwarna pink transparan muncul dengan cepat, menyelimuti seluruh kota Tokyo. Barrier itu tak kasat mata oleh orang biasa, tapi bagi Catalina dan Kurumi, ia terlihat seperti cahaya lembut yang melingkupi segala sesuatu. Dalam sekejap, seluruh kota menjadi kosong—orang-orang yang tadi sibuk tiba-tiba hilang, tersembunyi di balik barrier yang aman.
Hanya Catalina, Kurumi, dan beberapa mutan monster yang muncul dari kejauhan yang tersisa. Mutan-mutan itu berukuran raksasa, kulitnya berwarna hitam kehitaman dengan cakar yang panjang dan runcing. “Roaarr!!” suaranya menggelegar, membuat tanah sedikit bergetar.
Kurumi agak ketakutan, tubuhnya sedikit bersentak dan dia menyembunyikan diri sedikit di balik Catalina. Tapi dia melihat Catalina yang hanya tersenyum anggun dan berwibawa—wajahnya penuh keyakinan, mata nya menyala dengan kekuatan. Kurumi mencoba meniru dia, mengangkat dagunya dan menatap mutan-mutan itu dengan tatapan yang lebih tegas. “Catalina… ayok!! kita harus mengalahkan mereka sebelum mereka membahayakan orang lain!” teriaknya dengan suara yang lebih lantang.
KEBANGSAAN PRIME CIP: CATALINA—HANIEL
Catalina mengangkat tangannya perlahan ke atas, telapak tangan menghadap ke langit. Di ujung jari-jari nya, sebuah percikan kecil berwarna pink muncul—“flick… flick… flick…”—seperti nyala lilin yang lembut, menyala dengan cahaya yang hangat. Cahaya itu semakin membesar sedikit demi sedikit, menghasilkan cahaya yang menyinari wajahnya dan membuat rambutnya berkilau.
Lalu—“WOOOSHHH!!”—api pink meletup dari telapak tangan Catalina dengan kecepatan tinggi, berputar seperti angin spiral kecil yang kemudian tumbuh lebih besar dan lebih kuat. Cahaya itu menyelimuti lengannya dengan gerakan yang halus, seperti kain yang melayang, lalu meluas ke lengan lain, bahu, dada, sampai seluruh tubuhnya—menyembunyikan gaun putih sederhana yang dikenakannya.
Di belakangnya, bayangan besar muncul dengan cepat—“sriit… sriit…” suara cahaya yang bergeser. Bentuk sebuah scythe pink raksasa dengan bilah panjang melengkung terlihat jelas, seluruhnya berselendang api pink yang menyala terang. Batang scythe nya berwarna emas dengan ukiran bunga mawar yang rumit dan indah, terlihat kokoh dan kuat seperti baja.
“PRIME CIP CATALINA—HANIEL!!” teriak Catalina dengan suara yang lantang dan penuh kekuatan—suaranya bergema di lorong yang sunyi, membuat mutan-mutan itu berhenti sejenak.
“BAAAMMM!!”—dalam sekejap, jaket bulu tebal sederhana Catalina robek menjadi butiran cahaya yang berterbangan di udara, lalu berubah menjadi gaun pertempuran yang menakjubkan:
Gaun putih-pink dengan garis emas yang membentuk pola rumit seperti sayap malaikat, bagian atasnya menutupi bahu dan dada dengan ujung yang melengkung seperti sayap yang siap terbang. Bagian bawahnya bergerak seperti ombak ketika ia bergerak, terbuat dari kain yang lembut dan transparan. Sayap api pink yang besar membuka dari punggungnya dengan suara “FWOOOOM”—setiap bulu sayapnya terbuat dari api yang hangat tapi tidak menyengat, berkilau dengan cahaya merah muda dan pink yang menakjubkan. Rambutnya melayang ringan seperti didorong angin lembut, helai-helai rambut putih-pinknya menyala dengan cahaya yang sama dengan api sayapnya. Scythe-nya menjulang lebih tinggi dari tubuhnya, namun Catalina mengangkatnya semudah mengangkat bunga—seolah itu adalah bagian dari dirinya sendiri.
Kurumi kagum melihat kekuatan Catalina, mata nya membesar dan mulutnya terbuka lebar. “Wah… Catalina… kamu benar-benar cantik dan kuat banget!!” teriaknya dengan semangat, dan dia juga mulai mengumpulkan energi di dalam tubuhnya. “CSP KURUMI!! NUL!!” teriaknya, dan dalam sekejap—“SWOOSH!!”—pakaian Kurumi tergantikan menjadi gaun silver yang indah, dengan pola seperti bintang yang berkilau. Pistol Nul nya muncul lagi di kedua tangan nya, mengeluarkan aura kegelapan hijau kehitaman yang semakin kuat.
“Catalina… bagaimana aku coba ‘Zeith’ itu? kayak yang kamu ajarkan tadi?” tanyanya dengan penasaran, menatap mutan-mutan yang ada di depan mereka—ada sepuluh ekor yang siap menyerang.
Catalina menyenyum, mengangkat scythe nya sedikit. “Baiklah Kurumi… ini saatnya kamu menunjukkan kekuatan mu! Jangan takut, aku ada di sini!” ucapnya dengan suara yang penuh dukungan.
KLONING TAK TERBATAS: KURUMI DAN KEKUATAN ABADI NYA
Kurumi mengangkat dada nya, menatap mutan-mutan itu dengan tatapan yang tegas. Dia mengarahkan pistol Nul yang ada di tangan kanan nya ke kepala nya sendiri, jari nya sudah siap menarik pelatuk. “ZEITH!!” teriaknya dengan suara yang melengking dan penuh kekuatan.
“KLING!! KLING!! KLING!!”—dia menarik pelatuk pistol nya sepuluh kali berturut-turut, sejumlah peluru berwarna hijau kehitaman terbang ke arah kepala nya. Setiap kali peluru menyentuh kepala nya, sebuah kloning Kurumi muncul dengan cepat—“POOF!! POOF!! POOF!!”—suara awan cahaya yang muncul, dan dalam sekejap, sepuluh kloning Kurumi berdiri berdampingan dengan yang asli.
Semua kloning itu mengenakan gaun silver yang sama, memegang pistol Nul dengan gerakan yang lincah. Aura kegelapan hijau kehitaman mengelilingi mereka semua, membuat mereka terlihat kuat dan menakutkan. Kurumi asli teriak dengan suara yang melengking dan penuh semangat: “Kloning ku!! serang!! jangan biarkan mereka membahayakan siapa pun!!”
Segera setelah kata-kata itu keluar, sepuluh kloning Kurumi melompat ke arah mutan-mutan itu dengan kecepatan tinggi—“swoosh… swoosh… swoosh…” suara angin yang dipotong. Mereka bergerak dengan cepat dan lincah, seperti bayangan yang sulit ditangkap. Satu kloning melompat ke atas langit, menembak mutan dari atas—“BANG!!” peluru hijau menembus tubuh mutan, membuatnya berteriak kesakitan.
Klaining lain muncul di belakang mutan dengan teleportasi, menembak kepala mutan dengan tepat—“BANG!!” mutan itu langsung runtuh ke tanah, tidak bernyawa. Yang lain menggunakan manipulasi waktu, memperlambat gerakan mutan sehingga mudah ditembak. Semua berjalan dengan mudah dan brutal—tanpa kesulitan sedikit pun, sepuluh mutan itu runtuh satu per satu, menjadi serpihan cahaya hitam yang melayang ke udara.
Kurumi asli berdiri di tempatnya, tersenyum lebar dengan bangga. Dia melihat kloning dirinya yang masih berdiri semua, dan mata kiri kutukan nya berkilau dengan kebahagiaan. “Wah… aku bisa mengalahkan mereka semua!! Terima kasih, Catalina!!” teriaknya, dan Catalina juga tersenyum, mengangkat jempol ke arahnya.