NovelToon NovelToon
Warisan Dari Sang Kultivator

Warisan Dari Sang Kultivator

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Harem / Balas Dendam
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Sarif Hidayat

Seorang pemuda berusia 25 tahun, harus turun gunung setelah kepergian sang guru. Dia adalah adi saputra.. sosok oemuda yang memiliki masa lalu yang kelam, di tinggalkan oleh kedua orang tuanya ketika dirinya masih berusia lima tahun.

20 tahun yang lalu terjadi pembantaian oleh sekelompok orang tak di kenal yang menewaskan kedua orang tuanya berikut seluruh keluarga dari mendiang sang ibu menjadi korban.

Untung saja, adi yang saat itu masih berusia lima tahun di selamatkan okeh sosok misterius merawatnya dengan baik dari kecil hingga ia berusia 25 tahun. sosok misterius itu adalah guru sekaligus kakek bagi Adi saputra mengajarkan banyak hal termasuk keahliah medis dan menjadi kultivator dari jaman kuno.

lalu apa tujuan adi saputra turun gunung?

Jelasnya sebelum gurunya meninggal dunia, dia berpesan padanya untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sarif Hidayat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Sedikit komplik

Masih di depan pintu masuk gedung penjualan milik keluarga Raharja.

Melihat sebuah mobil hitam baru saja tiba, Alin segera berkata kepada Maudy penuh cibiran,

"Maudy, aku ingin lihat bagaimana kamu bisa melarikan diri kali ini," ujarnya.

Tak lama, sosok pria berusia 40-an keluar dari mobil, diikuti oleh dua pengawal di belakangnya.

"Tuan Danu, akhirnya Anda datang!"

Alin segera menghampiri pria itu. Tentu saja ia akan mendapat uang karena telah memberi tahu Tuan Danu di mana keberadaan Maudy.

"Siapa orang tua itu? Sepertinya dia bukan orang sembarangan?" Seru seseorang yang berada di sana.

"Tunggu, sepertinya aku pernah melihatnya?"

"Jika aku tidak salah, dia adalah Tuan Danu yang memiliki usaha di bidang batu mentah di kawasan timur?" Ujar seorang pengunjung yang hendak masuk ke dalam gedung penjualan itu. Melihat Danu turun dari mobil, ia langsung mengenali siapa sosok pria paruh baya itu.

"Di mana gadis itu?" tanya Tuan Danu.

Alin langsung menunjuk. "Itu dia, dia ada di sana!"

Tuan Danu langsung mengikuti arah yang ditunjukkan oleh Alin. Senyuman pun langsung terbit di bibirnya, melihat sosok gadis yang selama ini telah membuat dirinya selalu berimajinasi liar.

"Bagus. Aku akan memberikanmu sedikit hadiah nanti," ujar Danu, kemudian berjalan mendekati Maudy. Alin tersenyum mendengar kata hadiah dari Danu.

"Gadis cantik, kita bertemu kembali."

"Bagaimana kabarmu? Dua hari ini aku telah memerintahkan beberapa orang untuk mencarimu! Tidak kusangka ternyata kamu masih berada di kota ini. Katakan padaku apa yang kamu lakukan di pusat perbelanjaan ini. Apakah kamu ingin membeli sesuatu yang mahal harganya? Aku akan membelikannya untukmu, asalkan setelah ini kamu mau ikut denganku."

Danu langsung berbicara pada Maudy setelah berada di hadapannya. Ia tersenyum penuh kerinduan, sedangkan Maudy yang melihatnya tampak ketakutan. Namun, tangan rayan kembali terulur ke bahunya. Entah kenapa, Maudy tiba-tiba merasa nyaman hingga perkataan rayan membuat dirinya berani.

"Katakan saja apa yang ingin kamu katakan. Memendam dalam diam dan merasa takut hanya akan membuatmu terpenjara oleh keadaan."

rayan bisa merasakan bahwa adik angkatnya itu sedang ketakutan saat melihat pria itu. Tak bisa dimungkiri, wajah pria itu begitu menjijikkan. Selain memiliki kelebihan di perutnya [Maksudnya: berperut buncit/besar], wajah pria itu juga tampak berminyak, seolah jika ada serangga yang menempel di wajahnya, pastilah serangga itu akan terjatuh karena licin.

"Maaf, bukan urusan Tuan. Sebaiknya Tuan kembali saja dan jangan pernah menggangguku lagi."

Maudy mulai memiliki keberanian. Ia menatap pria itu jijik. Apalagi terakhir kali saat pria ini berkunjung ke rumahnya, ia hampir saja dilecehkan oleh pria paruh baya mesum ini. Dan yang membuat Maudy sangat sedih, orang tuanya bahkan tidak membelanya.

Senyum di bibir Danu langsung menghilang. Ekspresi wajahnya pun langsung berubah dingin.

"Jalang kecil sialan. Aku sudah bersikap baik pada keluargamu dan sudah memberikan banyak uang kepada ayahmu! Lebih baik sekarang kamu ikut denganku dengan patuh, dan aku pastikan akan memberikan kehidupan yang layak untukmu."

"Maudy, kamu jangan tidak tahu diri. Sebaiknya kamu menurut pada Tuan Danu. Dia begitu kaya, kamu pasti akan bahagia jika hidup dengannya," timpal Alin. Ia mengambil kesempatan untuk membuat Maudy semakin tertekan.

"Pergilah Tuan Danu, aku tidak akan pernah mau ikut denganmu. Dan lagi, untukmu Alin, kamu adalah wanita paling menjijikkan yang pernah aku kenal."

Ucap Maudy sembari menatap balik Alin dengan jijik.

"Kamu, kamulah yang menjijikkan, jalang! Berani sekali kamu mengataiku seperti itu!"

Alin langsung emosi mendengarnya. Ini adalah kali pertama Maudy berani berbicara seperti itu padanya.

"Hmph... Orang yang suka mencampuri urusan orang lain, apalagi kalau bukan menjijikkan?"

Entah keberanian dari mana, Maudy bisa mengatakan perkataan seperti itu.

"Kamu?!" Alin merasa tidak terima dikatai seperti itu, tetapi ia lebih memilih untuk berbicara pada Tuan Danu.

"Tuan Danu, sebaiknya Anda cepat bawa saja dia. Jangan biarkan dia nantinya kabur lagi."

"Jalang kecil, jangan salahkan aku jika menggunakan cara kasar padamu. Jadi, lebih baik kamu patuh lah dan terima kenyataan bahwa kamu dilahirkan untuk menjadi istri ketigaku. Tapi kamu jangan khawatir, menjadi istri ketigaku termasuk yang banyak diinginkan oleh para gadis sepertimu," ucap Danu, membuat Maudy merasa ingin muntah mendengarnya. Ia memang tahu bahwa Tuan Danu sudah memiliki dua istri.

"Cih. Mimpi saja! Aku lebih baik tidak menikah seumur hidupku daripada harus menikah dengan pria tua menjijikkan sepertimu," jawab Maudy, bahkan dibarengi dengan cibiran di wajahnya.

"Bagus. Aku tidak menyangka kamu berani mengataiku seperti itu. Jalang kecil, kamu pasti akan menyesali ucapanmu itu!" Danu lalu mengibaskan tangannya dan berkata pada dua pengawalnya. "Seret jalang itu! Aku ingin menyiksanya di atas ranjang!"

"Cih, Maudy... Kamu sungguh gadis yang bodoh! Berani sekali kamu berbicara seperti itu pada Tuan Danu!" decak Alin dengan penuh cibiran. Ia sedikit tahu perlakuan bejat Tuan Danu.

Segera kedua orang yang menjadi pengikut Tuan Danu pun langsung berjalan mendekati Maudy.

"Pak tua, bukankah kamu terlalu berlebihan ingin memaksa seorang gadis hanya untuk melakukan kebejatanmu?"

Tepat ketika kedua orang berpakaian hitam itu hendak mendekati Maudy, rayan yang awalnya diam saja akhirnya angkat bicara, yang mana membuat Danu langsung mengerutkan keningnya.

Ia tidak berharap pemuda lusuh di sebelah gadis itu akan berbicara. Ia pikir pemuda itu akan diam saja.

"Bocah, siapa kamu berani berbicara seperti itu padaku?" Danu menatap rayan penuh hinaan.

"Siapa aku tidaklah penting, yang jelas kamu tidak bisa membawa Maudy sesuai dengan keinginanmu," ucap rayan acuh.

"Maudy, apakah dia pria yang merawatmu selama kamu melarikan diri? Pfffffftt.... Kamu bahkan dirawat oleh seorang pemuda udik seperti itu. Pantas saja aku sedikit mencium aroma tidak sedap, ternyata kamu hidup bersama seorang gelandangan!"

Alin kembali angkat bicara. Kini perhatiannya baru tertuju pada pemuda di samping Maudy. Tatapan merendahkan terlihat jelas di matanya.

"Oh, katakan padaku bagaimana kamu bisa menghentikanku, bocah," Tuan Danu tidak terlalu menyikapi ucapan pemuda itu. Ia memberi isyarat kepada dua orang pengikutnya agar segera menyeret Maudy ke dalam mobilnya.

"Gadis kecil, sebaiknya kamu ikuti perintah Tuan Danu dengan patuh, dengan begitu kami tidak perlu memaksamu," ujar salah satu dari mereka.

Maudy mundur beberapa langkah ke belakang. Ia tanpa sadar memegang ujung pakaian rayan.

"Tenanglah, mereka tidak akan bisa membawamu," ujar rayan menenangkan Maudy dan menyuruhnya untuk berdiri di belakangnya.

"Bocah, sebaiknya kamu jangan ikut campur. Kami sedang tidak ingin memukul orang," ujar salah satu dari kedua orang itu.

"Aku sarankan sebaiknya kalian jangan mendengarkan pria tua berperut buncit itu, karena aku juga sedang tidak ingin memukul orang," kata rayan, membuat kedua pria itu saling memandang. Sedangkan Tuan Danu yang mendengar ucapan yang dilontarkan oleh pemuda itu langsung naik pitam.

"Sialan! Beraninya bocah bau sepertimu mengataiku seperti itu!"

"Kalian berdua, apa yang ditunggu? Pukul saja bocah itu! Beri dia sedikit pelajaran atas ucapannya itu!" perintah Danu.

"Biar aku saja," ucap salah satu dari kedua orang itu pada rekannya. Rekannya pun mengangguk, karena untuk memberi bocah itu pelajaran, tidak perlu ia juga ikut campur tangan.

"Bocah, jangan salahkan aku karena bersikap kasar. Salahkan saja dirimu yang berani ikut campur urusan Tuan Danu," ujar pria itu, langsung menggerakkan tangannya dengan santai, berniat menarik kerah pakaian rayan dan menghajarnya.

rayan tampak diam acuh tak acuh. Ia sedikit mengulum senyum tipisnya dan berkata,

"Kamu terlalu lemah."

Plak!

Sebelum tangan pria itu menyentuh pakaiannya, tangan rayan begitu cepat mengenai wajah pria itu, yang mana membuat pria itu terkejut. Namun, keterkejutannya tidak berlangsung lama, karena ia merasa kepalanya seolah dihantam oleh adukan semen, dan ia pun terpelintir seperti sebuah gangsing, lalu ambruk setelahnya.

Bruk!

Kejadian singkat itu membuat semua orang yang ada di sana terkejut sampai tak bisa bereaksi. Bahkan Tuan Danu dan satu orang-orangnya yang masih berdiri, mereka hampir saja menjatuhkan rahang mereka saking terkejutnya

1
Jujun Adnin
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!