NovelToon NovelToon
Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Saat Nafkah Tak Lagi Cukup

Status: sedang berlangsung
Genre:Suami Tak Berguna / Selingkuh / Ibu Pengganti / Cinta Terlarang / Duda / Berondong
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: Susanti 31

Naren kehilangan pekerjaannya dan terpaksa kerja serabutan demi menghidupi istri serta tiga anaknya.

Namun pengorbanannya tidak cukup untuk menahan hati Nadira, sang istri, yang lelah hidup dalam kekurangan dan akhirnya mencari kenyamanan di pelukan pria lain.

Di tengah getirnya hidup, Naren berjuang menahan amarah dan mempertahankan keluarganya yang perlahan hancur.

Mampukah Naren tetap mempertahankan keluarga kecilnya di tengah peliknya kehidupan? Menurunkan Ego dan memaafkan istrinya demi sang buah hati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susanti 31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ayah dan Ibu

"Ayah mau kerja? Kok ayah tampan banget sih?"

Naren tersenyum mendapati pertanyaan putranya. Padahal ia merasa tidak berlebihan memilih pakaian untuk menghadiri sebuah pernikahan. Ia berlutut untuk mensejajarkan tingginya dengan sang putra. Merapikan rambut Naresa yang tampak berantakan, mungkin sudah bertengkar bersama Darian. Adik kakak itu sering kali tidak akur karena beberapa hal.

"Kalau ayah tampan, berarti Naresa juga tampan. Kan Naresa anak ayah."

"Iya Ayah." Naresa mengangguk. "Kata teman-teman Naresa tampan."

"Narsis ya putra ayah." Naren tertawa.

Pria itu mengajak putranya keluar kamar bertemu ibunya yang entah sedang apa dengan Seren dan Darian.

"Mau pergi sekarang?"

"Iya buk, titip anak-anak ya."

"Tanpa dititip pun ibu akan menjaga cucu ibu Naren."

Pria itu meninggalkan rumah setelah berpamitan dengan anak-anaknya. Melajukan mobil menuju apartemen untuk menjemput Shanaya. Naren mengiyakan ajak Shananya sebab merasa tidak ada kegiatan hari ini.

"Kok lebih tampan jidatan ya?" celetuk Shanaya langsung masuk ke mobil setelah Naren berhenti di depan gedung.

"Syukurlah kalau terlihat tampan, soalnya takut mempermalukan kamu di pesta sepupumu," sahut Naren dan melajukan mobil menuju pernikahan Rafka.

Keputusan Naren untuk menemani Shayanya agaknya kurang tepat. Banyak pertanyaan aneh-aneh dari keluarga wanita itu. Mungkin karena di usia 35 tahun, Shanaya belum juga menikah. Padahal bisa dibilang wanita itu sudah punya segalanya dan tidak bergantung pada harta orang tua lagi.

"Oh jadi ini calonnya? Kalau bisa cepat-cepat di seriusin sih, sudah tua soalnya," celetuk mama Rafka ketika Shanaya dan Naren bergabung.

"Apasih tante, hanya teman kok."

"Teman apa teman?" Kali ini mama Shanaya turun langsung mengoda putrinya.

"Beneran teman Tante, teman kuliah," jawab Naren.

Pria itu langsung undur diri ketika merasa mempunyai kesempatan, takut pembicaraan keluarga Shanaya semakin di luar nalar.

Sesekali Naren mengedarkan pandangannya kanan-kiri sebab mencari keberadaan seseorang. Namun, setelah mendengar celetukan Arina ia pun berhenti melakukannya.

"Nadira nggak bisa hadir, katanya dia nggak enak badan. Gimana kalau setelah ini kita jenguk dia?" ujar Arina.

"Boleh." Leona menganggukkan kepalanya.

"Naren, kamu ikut kan?" tanya Arina pada Naren yang berdiri di belakang kursi Leona dan Liam.

Bagaimana mungkin dia duduk, sedangkan ada tuan muda Alexander di sekitarnya. Sebenarnya sang atasan tidak melarang, hanya saja ia yang tidak enak jika melakukannya.

"Kamu duduk saja, lagian ini bukan jam kerja kamu kok," ujar Leona.

"Saya duduk di sana saja, Nona." Naren menunjuk kursi kosong tidak jauh dari mereka. Sehingga masih bisa mendengar pembicaraan para wanita.

"Sorry, harusnya aku nggak mengajak kamu ke sini. Kalau mau pulang ayo," ujar Shanaya langsung duduk di hadapan Naren.

Ucapan itu berhasil menghadirkan kerutan di kening Naren. Seolah bertanya apa yang salah dengan kehadirannya.

"Karena mengajak kamu, mama dan tante aku godain terus. Dan lagi pasti kamu nggak nyaman sebab datang ke pernikahan pria yang telah ...." Shanaya tidak mampu untuk melanjutkan ucapannya.

Namun, meski begitu Naren bisa menebak apa yang hendak Shanaya katakan. Terlebih tadi ia melihat Shanaya dan Rafka terlibat pembicaraan dan wanita itu tampak terkejut dan langsung menghampirinya.

"Nggak masalah." Naren tersenyum.

...

Langkah Naren berhenti, tatapannya meredup melihat putranya sedang berbicara dengan seorang wanita di depan pagar sekolah. Dia mengurungkan niatnya mendekat, padahal tadi sangat bersemangat menjemput Naresa dan Darian.

Raut wajah yang semula datar berubah menjadi senyuman melihat lambaian tangan anak-anaknya. Ia mendekat meski enggang melakukannya.

"Kenapa ayah nggak pernah bilang kalau ibu sakit? Makanya kakak dan adek harus tinggal sama nenek biar nggak ketularan," ujar Naresa setelah Naren tiba di samping Nadira.

"Kakak nggak pernah bertanya sama ayah," jawab Naren. "Ayo kita pulang, nenek pasti sudah menunggu.

"Nggak mau, Dalian mau ikut ibu. Katanya ibu mau jalan-jalan dan kangen sama Dalian."

"Ya sudah ikut ibu saja, tapi ayah nggak bisa soalnya ada pekerjaan."

"Ayah dan ibu bertengkar?" pertanyaan dari Naresa berhasil membuat Naren bungkam.

Sampai saat ini dia belum jujur pada anak-anaknya perihal perpisahannya dengan Nadira. Ia tidak tahu harus memulai dari mana dan alasan logis apa yang harus ia berikan pada anak-anaknya.

"Mas Naren lebih baik ...."

"Jangan memanfaatkan anak-anak untuk mencapai tujuanmu Nadira. Apalagi berbohong demi mengambil perhatian mereka," lirih Naren yang pastinya di dengar jelas oleh Nadira, sayangnya wanita itu bersikap seolah-seolah ucapan Naren bagai angin lalu.

"Ayah beneran nggak bisa ikut?"

"Nggak bisa Nak. Nanti kalau jalan-jalannya sudah puas, telepon ayah biar dijemput."

"Iya ayah." Naresa dan Darian mengangukkan kepalanya.

"Nadira, sebelum jalan-jalan, ganti baju mereka ya."

"Iya mas."

Naren memutar tubuhnya untuk kembali ke mobil, tetapi kakinya seolah terpaku pada tanah akibat pelukan tiba-tiba dari mantan istrinya.

"Maaf atas semua perlakuan aku selama ini, Mas. Aku sadar bahwa semua yang aku lakukan salah," lirih Nadira masih dengan posisi yang sama.

"Bahkan jauh sebelum kamu meminta maaf, aku sudah memaafkanmu. Aku bersyukur kamu menyadari kesalahan yang telah kamu lakukan." Naren menunduk, meraih tangan Nadira yang melingkar di perutnya. Melepas tangan itu sedikit paksaan karena Nadira enggang melerai.

"Pergilah, anak-anak menunggumu."

"Apa kita nggak bisa memperbaiki semuanya mas? Kita belum resmi bercerai, akta cerai belum keluar. Kita masih bisa membatalkannya."

Naren mengambil napas panjang, menatap wajah Nadira yang masih cantik seperti biasanya. Jujur dihatinya masih ada nama wanita itu. Dan melihatnya hari ini tampak tidak bersengat ia merasa berempati dan ingin melindungi.

Namun, luka yang wanita itu berikan pun tidak bisa ia pungkiri pedihnya.

"Seandainya Rafka nggak mengkhianatimu, apakah kamu akan melakukan yang sama? Menyesali semuanya dan kembali padaku?"

Hening, Naren tidak mendapatkan jawaban apapun dari Nadira. Terlebih panggilan anak-anak sudah mendesak.

"Kamu gagal menjadi istri dan sepertinya aku pun gagal menjadi suami. Tapi aku harap, kita berdua nggak gagal menjadi ibu dan ayah untuk anak-anak." Naren tersenyum, mengelus lengan Nadira yang terekspos padahal cuaca sedang buruk. Kadang panas, kadang hujan.

"Mas mengatakan ini adalah ujian pernikahan kita. Ayo lewati ujian ini dengan berjuang bersama." Nadira seolah enggang ditinggalkan oleh Naren.

"Kita nggak bisa melewati ujiannya Nadira. Kamu sudah membuktikan dengan menyerah atas pernikahan kita."

Kali ini Naren benar-benar pergi, tanpa menoleh sedetikpun untuk memastikan Nadira di belakang sana. Cinta tidak membuat Naren bodoh. Kesalahan tetaplah sebuah kesalahan, tidak bisa berlindung di balik kata masih cinta.

"Hidupku kini sudah hancur, bahkan mas sendiri nggak mau melihatku lagi. Mungkin lebih baik jika aku mati saja."

Langkah Naren kembali berhenti, tangannya refleks mengepal.

.

.

.

.

.

Huh, setelah dibuang baru cari Naren.

1
Nena Anwar
kata2 Shanaya bijak banget ya dewasa banget pemikirannya,,,semoga Ayahnya Naren pulang dengan selamat dan baik2 saja
Nena Anwar
sadar diri aja Nadira kamu yg mengkhianati pernikahan tapi kamu sendiri yg sakit hati aneh 🤔 lah baru liat Naren makan bareng Shanaya doang kamu udah cemburu bagaimana dengan perasaan Naren saat kamu dicumbu mesra oleh Rafka dikantor Rafka
Dini Anggraini
Betul ibu dan ayahnya naren selama ini saat naren terpuruk kan beliau yang masih setia dan menjaga cucu2nya sampai naren dapat kerjaan dan sekarang biarkan naren ayahnya dan semoga ayahnya naren pulang selamat ya bunda karena sekarang penipu lebih galak daripada orang yang meminjami. 🙏🙏😍😍😍
Ikaaa1605
Kegantung lagi dehhhhh
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: biar kering, soalnya lagi musim hujan
total 1 replies
Sunaryati
suka
Sunaryati
Nah gitu Nak Naren, masa langsung disergap pelukan tidak menghindar ,masa seorang ibu kok begitu menyerahkan semua anaknya ke suami, biasanya mati- matian agar dapat gak asuh anak, lha Nadira tak pernah nengok
Sunaryati
Benar tadinya emak mau ngasih nilai 5 ⭐ , eeee kok malah dipeluk mantan istri tak menghindar, jadi emak urungkan lihat reaksi Naren. berikutnya, jika luluh tak jadi. Dari model jadi pelayan restoran.
Bucinnya Nunu ☆•,•☆: waduh
total 1 replies
Sunaryati
Naren dan Nadira sudah resmi cerai, mudah- mudahan dapat jodoh yang menerima Nak Naren apa adanya dan menyayangi ketiga anaknya.
Sunaryati
Emak tidak setuju, enak saja sudah menginjak- injak harga diri suami, tidak peduli anak, masa diberi kesempatan. Ingat sebelum kembali ke rumah orang tuanya Naren yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga sendiri masih menyiapkan kebutuhan anak- anaknya. Sedangkan Nadira hanya bermain ponsel. Dan menghina Naren karena jadi drive on line. Jika balikan emak berhenti mengikuti kisahnya.
Sunaryati
Naren selamat dan tolong beri kompensasi untuk menghidupi keluarganya. Untuk Nadira, kau wanita tidak tahu malu, menjilat ludah sendiri. Kau yang membuang suami dan anak- anakmu, demi hidup enak bahkan telah memberikan tubuhmu pada lelaki itu. Pastinya Naren akan jijik jika mengingatnya. Lebih baik kau cari mangsa baru, atau jual diri
Sunaryati
Benar Naren tegaskan pada dirimu, untuk apa kembali pada wanita yang sudah berbagi peluh dengan pria lain. Apalagi tidak mau berjuang bersama dalam menghadapi kesulitan ekonomi
sryharty
ren nareeen mau kamu sama barang yg udah di nyek2 sama orang
Maria Kibtiyah
naren mending balik lg sama nadhira
Maria Kibtiyah: kasian anak2nya dia juga dah berubah pasti
total 2 replies
Ikaaa1605
Hadeeeh ini naren yg kebangetan atau othor nya huhuhuhuhu pokonyaa ngk setuju klo naren sampai balikan sma nadira🤣
iis nuriyah: jangan atu aku orng yg kesekian yg gak setuju naren balik lgi sma c,ndroooo ya outhor awas ajj😁😁😁tuh c,naren jngn di kasih luluh di peluk2 meneng bae SM c,ndrooo🤭🤭🤭
total 2 replies
Was pray
yang kebangeten Naren atau othornya? kalau Naren luluh ?
Was pray: othor ikut Naren atau Naren yg ikut alur ceritanya othor?
total 2 replies
Yulia Dhanty
gm sich naren kmu tuch dk tegas bgt lgsng luluh liat nadira nangis???
udah kmu sm shanaya aja aku dukung pake bgtttt😄
Dew666
👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩👩‍❤️‍👩
Ninik
Naren aku akan membencimu kalau kamu sampai balikan sama Nadira
sryharty
shanaya oke Leone pun oke
tapi jangan Leona deh orang tuanya konglomerat takut Nanti Naren nya juga minder
dan takutnya orang tua Leona ga mau menerima anak2 Naren
jadi sama shanaya aja
semoga Naya juga sayang anak2 Naren
Nena Anwar
aku s7 sama Shanaya thor 😁
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!