Pesantren Al-Insyirah, pesantren yang terkenal dengan satu hal, hal yang cukup unik. dimana para santriwati yang sudah lulus biasanya langsung akan dilamar oleh Putra-putra tokoh agama yang terkemuka, selain itu ada juga anak dari para ustadz dan ustadzah yang mengajar, serta pembesar agama lainnya.
Ya, dia adalah Adzadina Maisyaroh teman-temannya sudah dilamar semua, hanya tersisa dirinya lah yang belum mendapatkan pinangan. gadis itu yatim piatu, sudah beberapa kali gagal mendapatkan pinangan hanya karena ia seorang yatim piatu. sampai akhirnya ia di kejutkan dengan lamaran dari kyai tempatnya belajar, melamar nya untuk sang putra yang masih kuliah sambil bekerja di Madinah.
tetapi kabarnya putra sang kyai itu berwajah buruk, pernah mengalami kecelakaan parah hingga membuat wajahnya cacat. namun Adza tidak mempermasalahkan yang penting ada tempat nya bernaung, dan selama setengah tahun mereka tidak pernah dipertemukan setelah menikah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Penapianoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
FIRST KISS
Adza sedikit menjauh dari Azka masih dengan kejadian dia kaget melihat sedikit bagian tubuh dari pria ini. Sekarang sudah menjelang malam dan dia sudah menyelesaikan semua ibadah yang ada di sepanjang hari dengan shalat di depan Ka'bah dan bahkan membaca Alquran serta mengirimkan doa pada orang tuanya. Saatnya adalah istirahat dan sekarang dia sedang menata bantal sementara pria menjadi suaminya itu sedang membersihkan kaki dan tangannya di kamar mandi.
"Mau langsung tidur?"
Adza menatap Azka yang sudah menaiki ranjang dan menatapnya, membuat adza sedikit menunduk karena dia malah terbayang dengan apa yang dia lihat tadi di depan Masjidil Haram. Dia malu apalagi tadi keluarga Kyai malah menggodanya dengan mengatakan beberapa hal walaupun masih dalam batas normal dan wajar.
Dia bahkan tidak pernah alias jarang melihat ayahnya tidak memakai kaus, apalagi melihat laki-laki lain yang sedikit membuka bagian tubuhnya. Tadi saat thawaf dia menatap ke arah lantai kebanyakan makanya dia tidak memperhatikan sekitarnya yang rata-rata kaum laki-laki memakai kain ihram yang dililit karena dia tidak merasa mampu untuk melihatnya.
Azka mengangkat dagunya dengan tangan lalu menatap wajah gadis yang sudah Sah menjadi istrinya itu dengan lembut.
"Za," panggilnya lembut membuat Adza akhirnya menatap wajah Azka walaupun sebenarnya dia malu apalagi sekarang mereka ada di dalam kamar yang sama lagi.
"Besok adalah hari terakhir sementara lusa kamu sudah pulang kembali ke negara kita. Tidak mau ke mana-mana dulu?" Adza menggeleng pelan lalu memegang tangan suaminya itu dan tersenyum sedikit.
"Aku merasa agak lelah setelah selesai thawaf dan sa'i tadi, kakiku sedikit pegal apalagi di sini shalat bacaannya lumayan panjang dan aku belum begitu terbiasa. Jadi aku mudah lelah," ujarnya jujur membuat Azka menatap ke arah kaki adza yang sedang duduk bersila dan memakai gamis yang menutupi seluruh kulit tubuhnya kecuali tangan.
"Mau aku pijat?"
Adza dengan cepat menggeleng lalu tersenyum. "Tidak usah tadi aku sudah meminum obat anti pegal kok. Sekarang mau tidur saja karena nanti aku mau bangun untuk shalat tahajud. Apakah besok Gus mau ke kampus lagi?" tanyanya membuat Azka tersenyum dan membantunya berbaring.
Adza dengan debaran jantungnya yang sedikit takut pria ini meminta sesuatu dengan patuh berbaring lalu menatap wajah Azka yang sedang mematikan lampu utama dan hanya meninggalkan lampu tidur di sisi ranjang.
"Aku belum tahu besok ke kampus lagi atau tidak, lihat besok ya?" ujar Azka sebelum akhirnya dia ikut berbaring dan menyanggakan sikunya sambil menghadap pada adza yang berbaring memeluk bantal gulingnya.
"Jangan lupa pamit padaku," gumamnya pelan. "Aku tidak suka kalau Gus main pergi saja dan mengirimkan pesan, seolah kita berjauhan padahal aku ada dikamar yang sama dengan Gus. Bisakah?"
Azka tersenyum lalu mengangguk dan mengambil tangan adza untuk digenggam lembut.
"Aku akan melakukannya besok, kalau memang aku akan ke kampus. Tadi pagi itu aku cukup keteteran karena begitu selesai shalat Dhuha langsung diminta ke universitas. Besok aku akan menyempatkan datang ke kamu untuk minta izin, aku berjanji," ujarnya membuat Adza tersenyum dan mengangguk pelan.
Tak ada pembicaraan lagi yang mereka lakukan. adza sedang menatapi wajah pria yang ada di hadapannya ini walaupun terhalang masker. Hanya saja bagian wajahnya yang tidak ditutupi masker itu memang sama seperti photo yang diberikan oleh Azka, photo yang sekarang dia simpan diam-diam di dompetnya walaupun itu adalah photo tiga tahun lalu.
Sementara adza terdiam menatap wajahnya, Azka mematikan sisa lampu sehingga sedikit gelap. Hal itu membuat adza kaget tapi dia langsung menyadari kalau Ada sesosok wajah yang sedang mendekatinya dan membelai pipinya dengan lembut.
"Gus ..." ujarnya lirih membuat Azka tersenyum dan mengusap wajah Adza. "Gus membuka masker ya?"
Azka berdehem untuk menjawab lalu mengambil tangan lembut dan halus gadis itu untuk menyentuh wajahnya.
"Rasakanlah bagaimana wajahku, walaupun kamu memang tidak melihatnya tapi kamu tahu kalau aku masih sempurna karena kecelakaan beberapa tahun lalu." Azka berkata lembut membuat jantung adza berdebar kencang mendengar suaranya yang dekat dan hembusan nafasnya yang terasa dari jarak dekat.
Tangannya yang sudah lengket di wajah Azka perlahan bergerak dengan lembut seolah takut menyakitinya.
Padahal luka itu sudah mengering dan hanya tertinggal bekasnya, tapi adza yang sudah tahu mengenai itu tetap berusaha untuk memperlakukan dan meraba wajah Azka dengan lembut.
"Masih ada hidung, mulut yang sempurna tanpa ada kerusakan, pipi yang belum membaik karena hanya tinggal beberapa bekas dan mata serta dahi yang masih sempurna. Jangan dengarkan kata-kata orang lain mengenai keburukan wajahku di luar sana jika nanti kamu pulang, ya? Wajahku tidak berubah banyak karena kecelakaan itu. Dia hanya banyak bekas luka dan tidak membuat kerusakan yang parah daripada itu. Apalagi aku langsung mendapatkan perawatan ketika terkena ini jadi bisa dikatakan tidak infeksi dan hanya tinggal membuang bekasnya," ucapnya dengan lembut menjelaskan, sementara adza sudah mengangguk dan dia bisa melihat anggukan gadisnya ini.
"Pasti tidak mudah untuk Gus, apalagi Gus seorang lelaki," balas adza dengan tatapan sedih tanpa sadar kalau pria yang menjadi suaminya ini sudah hampir mengungkung tubuhnya di dalam kegelapan kamar. "waktu itu kenapa bisa kecelakaan sampai wajah gus rusak ?"
Pria itu diam beberapa saat lalu mulai menjawab. "Kurang lebih hampir 4 tahun lalu kejadian ini terjadi. Waktu itu mau ada perayaan di rumah, jadi aku membantu memasak karena aku sedikit banyak pandai memasak. Tidak sengaja salah satu pelayan di rumah yang ada di pesantren terpeleset saat akan berjalan mengantarkan air panas untukku, aku menoleh ketika dia berteriak dan air itu terciprat ke wajahku dalam keadaan mendidih. Makanya jadi seperti ini," jelasnya membuat adza mengusap lagi wajah Azka.
"Pelayannya dipecat?"
Azka menggeleng. "Kami tahu semuanya murni karena ketidaksengajaan, aku juga sudah memaafkannya tapi dia merasa tidak enak dan langsung keluar, dia mengajukan berhenti bekerja pada Abi dan Ummi karena merasa bersalah wajahku rusak. Lalu beberapa bulan kemudian aku pergi untuk melakukan kuliah di Mesir, aku tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang karena memang kami tidak pernah berhubungan dengannya lagi sebab tidak ada nomor ponsel yang dia berikan," ujar Azka membuat adza menghela napas.
Dia masih bisa melihat wajah suaminya karena ada cahaya dari arah jendela luar walaupun itu memang remang-remang dan bahkan nyaris tak terlihat.
"Karena Gus sudah membuka wajah walaupun dalam keadaan gelap seperti ini. Bisakah Gus mencium saya tanpa alas dari masker?" tanya adza dengan gugup, ragu dan juga entah dari mana dia mendapatkan keberanian untuk bertanya seperti itu.
"Cium?"
Adza mengangguk sementara pria itu sudah tersenyum di hadapannya dan dia tahu hingga wajahnya memerah sendiri.
"Enam bulan bukan waktu yang sebentar walaupun memang tidak lama. Jadi, agar lebih afdol lebih baik Gus mengambil ciuman pertamaku sekarang, mau?" ujarnya dengan wajah semakin memerah yang membuat Azka tersenyum mengusap pipi halusnya.
"Tentu saja aku mau," balas Azka seraya menatapnya dalam membuat adza menelan ludahnya sendiri, lalu merasakan Azka mengambil tangannya dan menautkan jari-jari kedua tangan mereka.
Dia benar-benar mengungkung Adza dengan tubuhnya yang tegap sempurna itu lalu berbisik mesra. "Aku bahkan akan mengambilnya tadi sebelum kamu meminta. Karena sudah kamu izinkan, bismillah aku ambil."
Adza kembali menelan ludahnya lalu tersenyum, ketika Azka menempelkan bibir mereka di antara gelapnya malam. adza merasakan gerakan perlahan dari pria yang merupakan suaminya ini, tak hanya itu dia juga merasakan ada cinta dan perlakuan penuh kasih sayang yang tulus dari cara Azka menciumnya.
Dia menikmati ciuman mereka dengan perasaan berdebar dan juga lega. Setidaknya dia bisa mempersembahkan untuk yang pertama kalinya ciuman ini pada sang suami sekarang, lalu sisa yang lainnya di cicil nanti.
tafadhol artinya silahkan (untuk laki2)
Ayo! Jangan sedih lagi. Cepat atau lambat bahagia sedang menantimu di depan.