Adzadina Istri Sang Gus Rahasia

Adzadina Istri Sang Gus Rahasia

LAMARAN DARI GUS

Bulan kelima semester dua, benar-benar tak ada harapan lagi bagi Adzadina untuk mendapatkan pinangan dari seorang pria muda.

Sementara teman-temannya sudah mendapatkan pinangan dan bahkan mas kawin. Hanya dia saja yang belum, padahal tidak ada yang salah dari wajahnya. Rata-rata orang tua yang meminangkan santriwati untuk anaknya hanya memandang nasab yang jelas untuk buah hati mereka.

Sementara dia, Dia anak yatim piatu yang dititipkan oleh orang tuanya saat dia masih sekolah Tsanawiyah. Dua bulan dia di sini, kedua orang tuanya dinyatakan meninggal dunia karena tragedi kebakaran di perkebunan kelapa sawit yang mereka punya.

Harta warisan jatuh ke tangannya dan sekarang dikelola oleh orang kepercayaan keluarganya, tapi tetap saja dia tidak mendapatkan pinangan dan setelah lepas dari pesantren ini maka dia akan hidup seorang diri.

Namanya Adzadina Maisyaroh, seorang gadis yang berwajah imut dan bertubuh mungil. Walaupun mungil tapi dia bukan mengalami kecacatan fisik, tubuhnya memang hanya setinggi seratus lima puluh lima senti dan berat badannya mencapai empat puluh kilogram. Sehingga bisa dikatakan dia adalah gadis yang mungil dan menggemaskan di pesantren.

Wajah yang cantik dan teduh, sedikit banyak keceriannya hilang akibat tragedi yang terjadi enam tahun lalu. Di mana kedua orang tuanya ditemukan tewas di perkebunan sawit seratus hektar milik keluarganya. Dia tidak ada lagi semangat hidup, sempat mengubah niatannya menuntut ilmu karena dia ingin bertemu dengan Tuhannya dengan cepat.

Sampai akhirnya, dia tercerahkan dengan ceramah yang diberikan oleh salah satu Ustadzah kondang yang ada dikota ini. Tentang satu kalimat yang membuka mata hatinya, Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa dari rahmat-Nya.

Sejak saat itu, dia berusaha mengubur dalam-dalam niatan buruknya. Mencoba untuk membangun kehidupannya dengan lebih baik dan mengejar cinta Allah dengan cara yang lain, yaitu tetap hidup dan berbuat segala kebaikan di dunia.

Dia juga ingin menikah, memiliki pendamping hidup, pembimbing dan juga anak-anak yang akan dia besarkan dengan suaminya. Tetapi nyatanya sampai saat ini tidak ada lamaran yang diterima, sementara di pesantren selama enam tahun sudah membuatnya belajar banyak tentang menjadi istri yang baik dan berkarir surga.

Namun nyatanya, Allah sepertinya memiliki takdir yang lebih baik untuknya dan itu membuatnya tak bisa sedih terlalu lama.

"Jangan sedih, Adza. Mungkin rencana Allah adalah hal yang lebih baik untukmu. Kamu tidak dilamar sekarang mungkin harus kuliah dulu dan menjadi wanita independen yang sukses. Kodratnya wanita adalah seorang calon ibu dan juga istri, tetapi kalau sekarang Allah belum mempertemukanmu dengan jodohmu, maka kamu harus mengejar Allah agar mendapatkan Lamaran Dari Gus semuanya."

Malam itu Adza tersenyum mendengar ucapan Intan, teman satu biliknya yang begitu perhatian dan sangat menyayanginya. Intan sekarang juga sudah dilamar oleh salah satu Ustadz pesantren ini dan setelah lulus

nanti mereka akan menikah dan tinggal bersama Ustadz Farel. Tetap kuliah lalu mengikuti suaminya untuk menjadi pengajar di pesantren ini.

Satu hal yang membuat Adza merasa iri, tapi dia tidak bisa terus-terusan merasa iri pada teman sekamarnya yang sudah begitu baik padanya dan memberikan banyak perhatian. Mereka menghabiskan waktu selama enam tahun bersama-sama dan tentu saja banyak suka duka yang mereka lalui.

"Aku tahu, aku akan belajar lagi tentang takdir. Dan aku yakin Allah akan memberikan yang terbaik one day."

Intan tertawa mendengarnya, lalu mereka sama-sama berpelukan dan merasa sedih karena tak lama lagi mereka akan segera lulus dan berpisah satu sama lain.

"Kalau nanti sudah lulus, aku ada di sini dan tinggal bersama dengan suamiku di wisma. Kamu jangan sungkan-sungkan untuk datang mengunjungi aku ya? Bagaimanapun juga kita adalah alumni, Kyai mengizinkan kita untuk datang ke sini kapanpun selama tujuannya baik. Aku berharap kita tidak kehilangan kontak, ya?" ujar Intan membuat Adza tersenyum.

"Jangan khawatir, aku juga akan tinggal di sini kok. Pak zakir sudah membantu aku membeli sebuah apartemen di kota ini jadi nanti aku akan kuliah di sini dan tinggal di sana. Perkebunan kelapa sawit biarkan saja Pak zakir dan beberapa rekannya yang mengurus. InsyaAllah mereka bisa dipercaya dan selama ini penjualan bersih memang mengalir ke rekenin pribadiku. Jadi aku tidak harus khawatir dan bisa kuliah dengan tenang, dan aku bisa datang ke sini kapan pun karena tidak sibuk." Intan tersenyum lebar mendengarnya.

"MasyaAllah, kalau begitu baguslah. Aku senang tidak kehilangan teman berkarir surga sepertimu." Adza tersenyum dan tertawa kecil, lalu mereka sama-sama melanjutkan hafalan yang akan disetorkan besok hari.

***

Adza berjalan membawa kitab ditangannya sembari menahan pusing. Tiba-tiba saja tadi pagi dia pusing, tapi dia masih harus laporan.

Brugh ...

"Astaghfirullahal'adzim," serunya tanpa sadar ketika tak sengaja bahunya di senggol.

"Ah, astaghfirullah, Afwan, Ukhty. Saya tidak sengaja." Ketika dia melihat siapa yang menabraknya, wajah Adza langsung berubah dan tersenyum.

"La ba'sya, saya baik-baik saja." adza berkata masih sambil tersenyum membuat wanita itu menatapnya dengan wajah yang masih merasa bersalah.

"Ukhty baik-baik saja? Wajahnya tampak agak lesu," ucap wanita itu membuat adza tersenyum.

"Tidak apa-apa, Ning. Saya baik-baik saja, hanya agak pusing. Saya mau pamit ke-"

"Afwan, sebenarnya saya diminta Abi untuk memanggil Ukhty. Katanya ada yang mau dibicarakan di rumah. Apakah Ukhty berkenan datang?"

adza mengerutkan dahinya. "Saya? Ada urusan apa ya, Ukhty?" tanyanya membuat gadis itu tersenyum dan menggeleng.

"Saya tidak tahu jelasnya, Ukhty bisa ikut saya ke rumah agar bicara langsung dengan Abi. Tafaddoly,

Ukhty ..." Ning Ameena, anak bungsu dari Kyai Firdaus, dan yang sedang bicara dengannya ini adalah dia.

"Na'am, kalau memang benar-benar butuh saya akan ikut dengan Ning menemui Kyai."

Ameena tersenyum, lalu mengarahkan tangannya ke dekat rumah. "Tafaddoly, Ukhty."

Adza mengangguk, lalu berjalan dengan sopan ke arah rumah yang ada di pesantren itu. Jantungnya mulai tidak aman saat ini, dia merasa khawatir yang dibicarakan adalah tentang dia yang tidak ada satupun yang meminang, bagaimana dia akan menjawabnya?

Saat dia masuk ke dalam rumah, ada banyak orang yang sudah duduk di sofa termasuk Kyai Firdaus.

"Silakan duduk, Nak. Maaf kalau kami memanggilmu secara mendadak, ada hal yang mau Kyai dan Ustadzah sampaikan." Firdaus berkata membuat Adza tersenyum dan mengangguk dengan sopan.

"Ada apa ya, Kyai? Saya sudah membuat salah?" tanyanya sopan membuat Kyai Firdaus dan Ustadzah Rini tersenyum.

"Tidak, Kyai di sini hanya ingin menyampaikan sebuah pesan untuk kamu. mengingat kalau kamu tidak ada yang meminang dalam satu tahun ini. Jadi Kyai memiliki sebuah pinangan yang sengaja diarahkan untukmu. Kamu berkenan menikah dengan Putra Kyai? Gus Azka Bukhoiri?"

Bola mata Adza membulat dengan cepat. "Gus Azka, Kyai?"

Terpopuler

Comments

Jemiiima__

Jemiiima__

ngomong² berapa usianya adzadina?

2025-09-09

1

Dewi Payang

Dewi Payang

Semua yg terjadi adalah seizinnya Allah.
Dan bila belum bertemu jodoh, padahal sudah lama menunggu.... mungkin Allah melewatkan dari kita pria² yg biasa-biasa saja, suapaya dikemudian hari bisa dipertemukan dg seorang pria yg luar biasa.

2025-09-09

1

Ceyra Heelshire

Ceyra Heelshire

alamak buat cerita baru lagi nih, mana dipengen di pinang pula /Facepalm/

2025-09-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!