NovelToon NovelToon
Bayangan Di Balik Gerbang

Bayangan Di Balik Gerbang

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / Mengubah Takdir / Akademi Sihir / Keluarga / Kontras Takdir / Tamat
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Di dunia Eldoria, sihir adalah fondasi peradaban. Setiap penyihir dilahirkan dengan elemen—api, air, tanah, angin, cahaya, atau bayangan. Namun, sihir bayangan dianggap kutukan: kekuatan yang hanya membawa kehancuran.

Kael, seorang anak yatim piatu, tiba di Akademi Sihir Eldoria tanpa ingatan jelas tentang masa lalunya. Sejak awal, ia dicap berbeda. Bayangan selalu mengikuti langkahnya, dan bisikan aneh terus bergema di dalam kepalanya. Murid lain menghindarinya, bahkan beberapa guru curiga bahwa ia adalah pertanda bencana.

Satu-satunya yang percaya padanya hanyalah Lyra, gadis dengan sihir cahaya. Bersama-sama, mereka berusaha menyingkap misteri kekuatan Kael. Namun ketika Gong Eldur berdentum dari utara—suara kuno yang konon membuka gerbang antara dunia manusia dan dunia kegelapan—hidup Kael berubah selamanya.

Dikirim ke Pegunungan Drakthar bersama tiga rekannya, Kael menemukan bahwa dentuman itu membangkitkan Voidspawn, makhluk-makhluk kegelapan yang seharusnya telah lenyap.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 – Bisikan Erebos

Kael jatuh berlutut di tengah lingkaran darah yang bergetar. Matanya terpejam rapat, tubuhnya gemetar hebat. Dari luar, teman-temannya hanya melihat Kael terjebak dalam cahaya hitam yang membungkusnya.

“Kael!” Lyra berteriak, mencoba masuk ke dalam lingkaran, tapi ditahan oleh Elira.

“Jangan! Kalau kau masuk, bayangan itu bisa menjebakmu juga!” Elira berkata dengan suara panik, tangannya menahan Lyra dengan sihir pelindung.

Soren menggeram frustrasi. “Lalu kita harus diam saja melihatnya dimakan bayangan?!”

Namun sebelum ada yang bisa bertindak, Kael sudah terlempar jauh ke dalam dirinya sendiri.

Di ruang kosong tak berujung, Kael berdiri sendirian. Semua hanya kegelapan. Hening, kecuali suara detak jantungnya.

Lalu, perlahan, dari dalam kegelapan itu muncul mata merah menyala. Dua, empat, enam—hingga puluhan pasang mata menatapnya dari segala arah.

Suara dalam yang berat bergema, seperti ribuan suara sekaligus:

“Akhirnya… kau dan aku bisa berbicara tanpa penghalang. Aku adalah Erebos. Bayangan purba. Awal dari semua kegelapan.”

Kael menggenggam pedangnya, meski di sini pedang itu terasa berat dan rapuh. “Aku bukan pewarismu. Aku takkan membuka Gerbang Bayangan untukmu.”

Erebos tertawa, suara itu mengguncang ruang hampa. “Kau sudah membukanya, Kael. Setiap kali pedangmu menelan bayangan, kau semakin dekat padaku. Kau pikir itu kekuatanmu? Tidak. Itu aku, yang mengalir dalam darahmu.”

Kael menggertakkan gigi. “Kau berbohong!”

Bayangan raksasa bergerak mendekat, hingga wajah samar Erebos terlihat. Tak berbentuk jelas, hanya siluet hitam dengan mata merah membara.

“Apakah kau tak pernah bertanya… mengapa kau berbeda dari orang lain? Mengapa bayangan memilihmu? Itu karena darahmu membawa warisan dari Pemuja Malam. Nenek moyangmu adalah bagian dari kami.”

Jantung Kael seolah berhenti berdetak. Kata-kata itu seperti racun. “Itu… tidak mungkin.”

“Oh, itu mungkin, pewarisku. Mereka gagal menyelesaikan ritual. Tapi garis keturunan tetap hidup… di dalammu.”

Kael mundur setapak. Tubuhnya bergetar, pikirannya kacau.

Namun tiba-tiba, di tengah kegelapan, suara lain terdengar. Lembut, penuh keyakinan.

“Kael…” Itu suara Lyra. Meski samar, seperti gema jauh, suaranya menjangkau Kael.

Erebos mendesis, “Jangan dengarkan dia. Mereka hanya akan membatasi kekuatanmu. Bersamaku, kau bisa menyelamatkan dunia ini… dengan menguasainya.”

Kael menutup matanya. Ia melihat wajah Lyra, Soren, dan Elira—orang-orang yang mempercayainya, bahkan ketika ia meragukan dirinya sendiri.

“Tidak…” Kael membuka mata dengan tekad membara. “Aku mungkin mewarisi darah kotor dari Pemuja Malam. Tapi pilihanku… bukan untuk menjadi alatmu. Aku akan melawanmu!”

Erebos meraung marah. Bayangan dari segala arah menyambar Kael, mencoba menelannya.

Namun pedang Kael bersinar biru terang, lebih kuat dari sebelumnya. Untuk pertama kalinya, cahaya itu menusuk kegelapan, membuat Erebos mundur sejenak.

“Bodoh! Kau menolak takdirmu!”

Kael berteriak sambil menebas bayangan, “Takdirku adalah yang kutentukan sendiri!”

Di dunia nyata, tubuh Kael bersinar cahaya biru. Lingkaran darah retak, kabut hitam menjerit dan lenyap. Roh Pendeta Agung terhuyung, suaranya parau.

“Tidak… ritual ini… belum selesai…”

Dengan teriakan terakhir, Kael menghantamkan pedangnya ke tanah, dan cahaya biru itu meledak, menghancurkan segel ritual. Ruangan bergetar keras, pilar-pilar runtuh satu per satu.

Lyra, Soren, dan Elira berlari menghampiri Kael yang terhuyung ke belakang. Lyra menangkapnya sebelum jatuh.

Kael terengah, wajahnya pucat. “Aku… aku melihatnya. Erebos. Dia nyata. Dan dia takkan berhenti sebelum Gerbang terbuka.”

Elira menatapnya dengan wajah ngeri. “Kalau benar Erebos masih hidup… maka ini lebih buruk dari yang kita duga. Seluruh dunia bisa jadi taruhannya.”

Soren mengepalkan tinjunya. “Bagus. Kalau begitu, kita akan menghancurkannya. Apa pun caranya.”

Kael menunduk, memandang pedangnya yang masih berdenyut pelan dengan cahaya biru. Dalam hatinya, ia tahu ini baru permulaan.

Bayangan purba itu sudah menandainya. Dan pertempuran yang sesungguhnya… masih menunggu.

1
Anonymous
😍
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Anonymous
lanjut thor
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa support
total 1 replies
Anonymous
lanjut
Sang_Imajinasi: siap jangan lupa supportnya
total 1 replies
Ardi
bagus
Sang_Imajinasi: terimakasih jangan lupa supportnya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!