NovelToon NovelToon
SANG JENDERAL

SANG JENDERAL

Status: sedang berlangsung
Genre:Enemy to Lovers / Cintapertama
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Lia Ap

Yuna seorang dokter muda jenius di pindah tugaskan ke area baku tembak.. Dan pertemuannya membawa nya pada Kenzi sosok dokter senior yang kaku dan dingin... Serta Jendral dari base musuh, menjadi cinta segitiga yang rumit..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lia Ap, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

restu ala mark

Hujan masih menetes tipis ketika pagi menjelang di Namura. Udara terasa lebih sejuk dari biasanya, meski di dalam pos medis, ketegangan antara dua dunia—kedamaian medis dan peperangan yang hanya berjarak beberapa kilometer—masih terasa berat.

Di dalam tenda pribadi Yura, suara langkah sepatu berat terdengar. Mark sudah bersiap.

Jenderal itu berdiri tegap dengan mantel militernya yang gelap, sarung tangannya terpasang rapi. Tatapan matanya seperti biasa—tenang tapi berbahaya—namun pagi ini ada sesuatu yang berbeda. Matanya lebih fokus, seolah ada tujuan lain yang lebih penting daripada perang.

Yura muncul dari belakang tirai kecil, mengenakan mantel tebal dan scarf, menatap Mark yang menunggu. “Kau yakin tentang ini? Membawa seorang Jenderal… dari pihak yang selama ini menyerang… ke rumah keluargaku?”

Mark menoleh, matanya menatap lurus ke arah Yura. “Aku tidak sekadar yakin. Aku memutuskan. Aku bilang aku akan membuktikan keseriusanku, bukan?” Suaranya berat dan datar, tapi setiap kata terasa seperti janji yang tak bisa dibantah.

Yura menarik napas, kemudian mengangguk pelan. “Baiklah. Tapi kau harus tahu… ayahku… dia bukan orang yang mudah menerima. Terutama setelah… semua ini.”

Mark menatapnya lebih lama, matanya tak berkedip. “Aku tidak butuh dia menerima. Aku hanya butuh dia tahu… aku tidak akan meninggalkanmu. Sisanya… bisa kupaksa kalau perlu.”

Yura memutar mata sedikit, separuh ingin tertawa, separuh resah dengan nada dominan itu. “Mark… kalau kau menakuti mereka, itu hanya akan membuat semuanya lebih rumit.”

Mark mendekat, suaranya lebih rendah. “Aku tidak akan menakuti mereka. Tapi aku tidak akan pura-pura jadi orang yang bukan diriku. Mereka akan melihat siapa aku sebenarnya… dan bahwa aku tidak pernah main-main.”

Tanpa banyak bicara lagi, Mark meraih helmnya dan melangkah keluar. Yura mengikuti, napasnya sedikit berat karena gugup. Di luar, sebuah kendaraan lapis baja ringan sudah menunggu, dikemudikan Davis—perwira kepercayaannya.

Mesin kendaraan menderu saat mereka meninggalkan pos Namura, melewati jalan tanah yang becek. Yura duduk di samping Mark, sementara Davis fokus mengemudi di depan. Suasana di dalam kendaraan terasa… hening.

Yura akhirnya membuka suara. “Kau bahkan tidak bertanya siapa orang tuaku. Atau… bagaimana aku dibesarkan.”

Mark menoleh sedikit, matanya tajam tapi suaranya tenang. “Aku tahu cukup. Mereka membesarkan seseorang seperti dirimu… berarti mereka berharga bagiku. Dan aku tidak butuh lebih banyak informasi untuk tahu apa yang harus kulakukan ketika bertemu mereka.”

Yura menatapnya, matanya menyipit sedikit. “Dan apa yang akan kau lakukan?”

Mark menatap lurus ke depan. “Membuat mereka paham… bahwa aku tidak akan menyerahkanmu, tidak peduli pada perang, politik, atau dunia. Kalau aku harus mengangkat senjata demi melindungi satu orang… aku akan melakukannya.”

Yura menahan napas, hatinya berdebar. Kata-kata itu kasar, tapi ada sesuatu yang membuatnya merasa… aman. Seolah Mark benar-benar akan menghancurkan dunia kalau dunia mencoba mengambilnya.

Davis, yang mendengar dari kursi depan, hanya melirik ke kaca spion dan mendesah pelan, separuh khawatir pada apa yang akan terjadi begitu mereka tiba di kota.

Kendaraan berhenti di depan sebuah rumah besar bergaya kolonial modern, berdiri anggun di pinggir kota. Rumah keluarga Yura terkenal—ayahnya seorang pengusaha dan mantan pejabat medis, ibunya seorang profesor.

Yura menatap rumah itu, rasa gugup melanda. “Mark… janji padaku. Tidak ada ancaman. Tidak ada nada menakutkan. Kau bisa… lebih manusiawi, kan?”

Mark menatapnya sebentar, lalu mengangguk sekali. “Aku akan… mencoba.”

Mereka turun. Begitu pintu pagar dibuka, dua penjaga rumah menatap Mark dengan mata melebar, mengenali seragamnya. Tapi tatapan tajam sang Jenderal cukup membuat keduanya diam, hanya memberi jalan tanpa berani bicara.

Di teras, ayah Yura muncul lebih dulu. Wajahnya tegas, matanya tajam, mengenakan kemeja formal. “Yura… dan… siapa ini?” Nada suaranya dingin, penuh penilaian.

Yura melangkah maju, menatap ayahnya. “Ayah… ini Mark. Dia… Jenderal.”

Mark menatap langsung ke mata ayah Yura, tanpa senyum. “Saya orang yang bersama putri Anda. Dan saya di sini… bukan untuk meminta izin. Saya di sini untuk memastikan Anda tahu… saya akan ada di sisinya, apapun yang terjadi.”

Ruangan seolah membeku. Arah tatapan ayah Yura berubah menjadi tajam, sedikit marah. “Kau… dari pihak musuh. Kau pikir kau bisa datang ke rumah ini dan—”

“Ya,” potong Mark, suaranya datar namun begitu berat hingga membuat udara terasa menekan. “Saya datang bukan untuk berdebat politik. Saya datang untuk satu hal—supaya Anda tahu, jika dunia ini mencoba memisahkan saya dari putri Anda, dunia ini yang akan kalah. Saya tidak akan menyerahkannya. Pada siapa pun. Termasuk Anda.”

Yura menatap Mark, setengah syok karena keterusterangan pria itu, tapi juga… ada rasa hangat aneh yang muncul. Mark benar-benar tidak main-main.

Suasana di ruang tamu berubah hening. Ibunda Yura muncul, wajahnya sedikit cemas, berusaha menengahi. “Yura… apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa… Jenderal ini… bersamamu?”

Yura menarik napas, menatap kedua orang tuanya. “Mark… dia mungkin dari pihak yang berbeda. Tapi dia menyelamatkanku lebih dari sekali. Dan dia… serius tentangku. Aku membawanya ke sini… karena dia ingin membuktikannya langsung pada kalian.”

Mark menatap kedua orang tua Yura, sikapnya tetap tegap, suara beratnya terdengar tegas tapi tak meledak-ledak.

“Saya tidak datang untuk membuat Anda suka pada saya. Saya datang untuk menunjukkan… saya tidak akan pergi. Dan putri Anda… akan tetap aman di sisi saya. Itu janji saya.”

Ayah Yura menatapnya lama. Tidak ada yang berkata-kata untuk beberapa detik. Sampai akhirnya, pria tua itu menghela napas berat dan berkata, “Kalau kau benar-benar serius… buktikan. Lindungi dia… tanpa membawa lebih banyak darah ke sekelilingnya. Hanya itu yang kuinginkan.”

Mark mengangguk sekali. “Kalau itu yang dia inginkan… maka itu yang akan saya lakukan.”

Di perjalanan kembali ke kendaraan, Yura berjalan di samping Mark, menatapnya dengan campuran kagum dan heran. “Kau tahu… kau benar-benar membuat ayahku hampir kena serangan jantung tadi.”

Mark menoleh sebentar. “Dia sekarang tahu… aku tidak akan pergi. Itu yang penting.”

Yura menghela napas, lalu tersenyum tipis. “Kau… benar-benar gila, Mark. Tapi… entah kenapa, aku percaya padamu.”

Mark tidak menjawab. Hanya tatapan matanya yang sedikit melembut, meski bibirnya tetap datar. Dan ketika mereka menaiki kendaraan untuk kembali ke Namura, Yura menyandarkan kepalanya di bahu Mark… untuk pertama kalinya tanpa rasa ragu.

\=\=\=

Tenda medis darurat Namura sore itu terasa tenang untuk pertama kalinya dalam berminggu-minggu. Tidak ada pasien, tidak ada suara ledakan di kejauhan, hanya suara angin yang berhembus di antara kain tenda.

Yura duduk di bangku kayu dekat meja persediaan, menyortir beberapa perban dan botol obat. Wajahnya terlihat sedikit santai—baru saja kembali dari perjalanan ke kota bersama Mark, setelah pertemuan yang… cukup menegangkan dengan kedua orang tuanya.

Di seberang tenda, Fara, Yuda, dan Amar saling melirik, ekspresi mereka penuh rasa ingin tahu.

“Jadi…” suara Fara pelan tapi terdengar jelas, nada usilnya membuat Yura langsung mendongak. “…kau benar-benar bawa Jenderal Mark ke rumah orang tuamu?”

Yura berkedip, menatap Fara. “Kenapa kau terdengar seperti wartawan gosip?”

Amar, yang sedang duduk di atas peti suplai, langsung menimpali, “Karena ini gila, Yura! Maksudku… kau bawa Jenderal musuh—yang bahkan jadi bahan cerita seram bagi banyak prajurit—ke rumah ayahmu? Apa mereka nggak langsung… pingsan?”

Yuda menyandarkan punggung ke tiang tenda, menyilangkan tangan. “Aku lebih penasaran… apa yang dikatakan ayahmu. Apa dia lempar kursi ke arah Mark?”

Yura menatap mereka bertiga, menghembuskan napas. “Ayahku… marah. Ibuku bingung. Mark… ya, dia tetap jadi Mark.”

Fara mencondongkan badan, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu. “Tunggu. Kau maksud… dia tetap jadi Mark itu? Yang tatapannya bisa bikin satu ruangan terasa dingin? Dia nggak berusaha manis… sedikit pun?”

Yura menggeleng sambil mengangkat alis. “Kau kira Mark bisa manis? Dia bahkan menyatakan niatnya di depan ayahku seperti sedang mendeklarasikan perang.”

Ketiganya langsung saling tatap… dan pecah tawa bersamaan.

Amar menepuk pahanya sambil tertawa. “Ya Tuhan… jadi dia berdiri di ruang tamu keluargamu, dengan seragam militernya, dan bilang sesuatu seperti… ‘Aku akan bawa putrimu bahkan kalau dunia harus hancur’? Benarkah begitu?”

Yura menutup wajah dengan tangan, pipinya mulai memerah. “…kurang lebih.”

Yuda terkekeh, mencoba menirukan suara berat Mark. “‘Saya tidak meminta izin, saya hanya memberitahu bahwa putri Anda milik saya sekarang.’”

Fara langsung menepuk bahu Yura sambil pura-pura serius. “Yura, tolong bilang padaku… ayahmu tidak langsung kena darah tinggi kan?”

Yura menurunkan tangan dari wajahnya, menatap mereka bertiga dengan tatapan tajam. “Kalian bertiga… benar-benar menikmati ini, ya?”

Mereka bertiga mengangguk serentak.

Amar menyilangkan tangan, senyumnya penuh arti. “Jadi, kalau Mark sudah bertemu orang tuamu… apa artinya dia… benar-benar serius? Maksudku… bukan cuma datang untuk… kau tahu…”

Yura menatapnya tajam. “Kalau kau berani lanjutkan kalimat itu, aku lempar kotak obat ke kepalamu, Amar.”

Fara menahan tawa. “Tapi jujur, Yura… aku nggak pernah lihat wajahmu sepanik itu waktu tadi pagi. Kau… gugup, ya?”

Yura mengalihkan pandangan, pura-pura fokus merapikan botol antiseptik. “…sedikit.”

Yuda bersandar lebih santai ke tiang. “Sedikit? Kau bahkan nggak bisa diam di kendaraan. Aku lihat dari jauh, tanganmu gelisah terus. Dan Mark? Dia duduk tegak kayak batu karang. Serius banget. Itu pasti perjalanan paling aneh di hidupmu.”

Yura mendesah dalam, memijat pelipisnya. “Ya, ya… perjalanan itu canggung. Tapi semuanya… berjalan lancar. Ayahku… akhirnya mengerti.”

Amar menyipitkan mata, suaranya penuh nada menggoda. “Atau… mungkin Mark membuatnya mengerti dengan cara yang… khas Mark?”

Yura menatapnya datar. “Dia tidak mengancam siapa pun. Dia cuma… sangat tegas.”

Fara berbisik ke Yuda dengan nada bercanda, tapi cukup keras agar Yura mendengar. “Terjemahan: Mark menatap ayahnya Yura dengan tatapan ‘aku bisa menaklukkan dunia, apalagi rumah ini.’”

Yura mengangkat sebuah perban gulung dan melemparkannya ke arah Fara. “Diam, Fara.”

Setelah tawa mereka mereda, Yuda akhirnya berkata dengan nada lebih lembut. “Jadi… kau benar-benar yakin padanya, Yura? Maksudku… dia Jenderal dari pihak yang… ya, jelas bukan teman kita. Apa kau yakin… semua ini bukan hanya sementara?”

Yura terdiam sejenak, menatap meja kayu di depannya. “Aku… tidak tahu apa yang akan terjadi setelah perang ini selesai. Tapi aku tahu satu hal… dia tidak pernah main-main. Kalau dia bilang dia akan ada untukku… dia akan melakukannya. Bahkan kalau itu berarti… menantang semua orang.”

Ketiganya terdiam sejenak. Bahkan Amar, yang biasanya paling banyak bicara, hanya menghela napas. “Kalau begitu… kami cuma bisa berharap kau tidak ikut hancur di tengah badai ini.”

Fara menepuk bahu Yura. “Dan kalau Mark sampai menyakitimu… kami bertiga siap kabur dari Namura, menculikmu, dan lari ke gunung.”

Yuda menambahkan, suaranya datar tapi terdengar serius. “Atau… kami yang akan patahkan tulang Mark. Kalau bisa.”

Yura menatap mereka, separuh tersenyum, separuh geleng-geleng. “Kalian bertiga… benar-benar tidak berubah.”

Fara tersenyum lebar. “Hei, setidaknya sekarang kita punya cerita gosip baru untuk seminggu ke depan.”

1
Anonymous
Lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!