"Sejak kamu datang... aku tidak bisa tidur tanpa mencium bau tubuhmu."
Yuna, dokter 26 tahun yang belum pernah merasakan cinta, mendadak terlempar ke dunia asing bernama Beastia—tempat makhluk setengah binatang hidup.
Di sana, ia dianggap sebagai jiwa suci karena tak bisa berubah wujud, dan dijodohkan dengan Ravahn, kepala suku harimau yang dingin dan kejam.
Misinya sederhana: temukan cinta sejati, atau terjebak selamanya.
Tapi siapa sangka... pria buas itu justru kecanduan aroma tubuhnya.
Temukan semua jawabannya hanya disini 👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azida21, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 :Antara Takut Setan dan Kesal Sama Kamu
"Mau apa kamu datang ke sini?" tanya Yuna sinis pada Ravahn yang berdiri di ambang pintu.
"Menjemputmu," jawab Ravahn singkat.
Yuna mengerutkan kening bingung. "Menjemput ku?" ucapnya sambil menunjuk ke arah dirinya sendiri.
"Kamu harus tinggal bersamaku."
"Kenapa?" tanya Yuna dengan wajah heran.
"Karena kamu tunanganku. Kamu adalah tanggung jawabku sebagai pejantan," jelas Ravahn tenang.
Yuna menatap sinis sambil menyilangkan tangan di dada. "Siapa bilang kita sudah bertunangan? Aku tidak pernah bilang bersedia jadi tunanganmu," bantah Yuna dengan nada kesal.
"Aku sudah mengumumkan kepada seluruh penduduk bahwa aku akan menjadi pejantanmu, dan itu sudah disebut sebagai tunangan," Ravahn menjelaskan dengan suara datar.
"Mana bisa begitu? Itu namanya tunangan sepihak. Kamu bahkan tidak tanya pendapatku dulu," gerutu Yuna, jelas tidak terima.
"Tetua sudah memutuskan. Tidak ada yang bisa membantah."
"Bukankah kamu ketua sukunya? Itu artinya kamu punya kuasa untuk membatalkan pertunangan ini," ucap Yuna berani.
Ravahn menarik napasnya berat"Pejantan tidak pernah menarik kata-kata yang sudah diucapkan di depan semua orang," balas Ravahn mulai kesal.
"Itu kan urusanmu," gumam Yuna pelan.
"Kamu bahkan tidak memberiku cincin. Bagaimana bisa kamu bilang kalau kita sudah bertunangan?" tambah Yuna sambil menunjukkan jarinya.
Ravahn mengerutkan dahi. "Cincin?"
"Iya, cincin yang dipakai di jari. Kalau kamu memberiku cincin, barulah namanya tunangan," ujar Yuna, berusaha mencari alasan.
"Aku akan memberikannya padamu. Sekarang kamu harus ikut denganku," ujar Ravahn sambil meraih tangan Yuna, tetapi Yuna memukul tangannya pelan.
"Eh, jangan pegang-pegang. Aku tidak akan ikut denganmu sebelum kamu memberiku cincin sebagai tanda kalau aku memang tunanganmu," ucap Yuna sengaja agar tidak dibawa paksa oleh Ravahn.
Ravahn tampak merogoh sesuatu dari pakaian yang dikenakannya, lalu mengeluarkan sebuah cincin yang terbuat dari kayu berhiaskan delima merah yang cantik. Mata Yuna berbinar saat melihatnya.
"Wah, cincinnya cantik sekali," puji Yuna sambil terus menatap cincin yang berkilau itu.
"Pakailah. Anggap saja cincin ini sebagai hadiahmu," ujar Ravahn, menyerahkan cincin itu ke tangan Yuna.
"Cincin seperti ini pasti sangat mahal di dunia modern. Harganya mungkin setara dengan berlian, bahkan bisa lebih mahal," gumam Yuna sambil mengagumi cincin di tangannya. Ia begitu terpukau sampai tidak sadar ketika Ravahn menarik tangannya untuk pergi.
"Di mana kamu dapat delima seindah ini?" tanya Yuna, seketika melupakan niatnya untuk membatalkan pertunangan dengan Ravahn.
"Aku membelinya dari seseorang," jawab Ravahn singkat.
"Berapa harganya? Pasti mahal, ya?" tebak Yuna dengan wajah penasaran.
Ravahn hanya menjawab dengan gumaman yang sulit dipahami.
"Apa cincin ini bisa dijual?" tanya Yuna, hanya karena rasa ingin tahu.
Ravahn menatap Yuna dengan ekspresi tidak suka. "Kamu tidak suka cincin ini?" tuduhnya dengan wajah dingin.
Yuna langsung tegang. "Su..suka,A... aku cuma tanya saja," jawabnya gugup.
"Jangan pernah berpikir untuk menjualnya, atau aku akan memakan mu hidup-hidup," ancam Ravahn sambil tersenyum kecil.
Bulu kuduk Yuna meremang. "Astaga, aku lupa kalau dia seekor harimau. Habislah aku... jangan sampai dia benar-benar memakan tubuhku," gumamnya dalam hati.
"Tenang saja, aku akan menyimpan cincinnya dengan baik," ujar Yuna akhirnya, mencoba menenangkan suasana.
Ravahn tersenyum tipis. "Kamu takut aku memakan mu?"ucapnya dengan nada rendah.
Yuna hanya bisa membalas dengan senyum kaku.
"A... ayo kita jalan lagi. Sebentar lagi matahari akan tenggelam. Kita harus cepat sampai rumah," ucap Yuna mengalihkan pembicaraan, lalu berjalan lebih dulu meninggalkan Ravahn.
"Betina ini ternyata benar-benar takut dimakan," gumam Ravahn sambil tersenyum sinis.
******
Rumah Ravahn terletak di ujung desa. Saat malam tiba, suasana menjadi sepi. Karena desa suku harimau berada di tengah hutan, suasananya pun terasa menyeramkan. Ravahn menjemput Yuna ketika hari sudah mendekati magrib, sehingga mereka belum sampai rumah ketika kegelapan mulai turun.
Yuna tanpa sadar semakin mendekat pada Ravahn.
"Kenapa?" tanya Ravahn, merasa aneh karena Yuna berjalan begitu dekat dengannya.
Yuna menggeleng pelan, gengsi untuk mengakui kalau dirinya takut. "Tidak ada."
"Kamu takut?" tebak Ravahn, matanya menyipit. Ia sudah bisa membaca gelagat Yuna.
"Gimana kamu bisa tahu?" balas Yuna refleks dengan suara lirih.
"Gerak-gerikmu mudah sekali ditebak," jawab Ravahn datar.
"Bisa kamu nyalakan api?" pinta Yuna pelan.
Ravahn menoleh bingung. "Untuk apa?"
"Aku tidak bisa melihat dalam gelap. Takutnya aku malah tersandung ranting kayu," jelas Yuna. Ia tetap berjalan di dekat Ravahn, bahkan kini tangannya dengan ragu meraih ujung pakaian Ravahn agar tidak salah jalan.
Ravahn sempat heran, lalu menyadari satu hal. Yuna bukan berasal dari dunia yang sama. Tentu saja ia tidak terbiasa dengan kegelapan hutan.
"Rumah sudah dekat, tidak perlu menyalakan api," ucap Ravahn tenang.
"Meskipun sudah sampai rumah, kamu tetap harus menyalakan api untukku," desak Yuna.
"Baiklah," jawab Ravahn singkat, tidak mau berdebat di jalan.
"Masih jauh tidak sih?" keluh Yuna gelisah.
Ravahn menoleh sekilas. Ia sadar Yuna benar-benar tidak bisa melihat apa pun, sampai langkahnya menjadi ragu dan wajahnya terlihat cemas.
"Aku akan menuntun mu," ucap Ravahn akhirnya. Ia meraih tangan Yuna dengan mantap. Kali ini Yuna tidak memberontak, tidak pula memukul tangannya.
Sesampainya di rumah, Ravahn membuka pintu dan melirik Yuna.
"Kamu masuklah dulu. Aku akan menyalakan api untukmu," ucapnya datar.
Namun Yuna buru-buru menarik ujung pakaian Ravahn, membuat pejantan itu tidak bisa melangkah pergi.
"Lepaskan pakaianku," pinta Ravahn dengan nada tegas.
"Nggak mau. Aku takut ditinggal sendirian. Gimana kalau di rumahmu ada hantu?" Yuna mulai melantur dengan wajah serius yang bercampur cemas.
Ravahn hanya menggeleng pelan. "Tidak akan ada hantu."
Yuna mendelik ke arah kegelapan dalam rumah. "Kamu tahu dari mana kalau tidak ada hantu?"
"Rumahku aman. Tidak pernah diganggu hantu," jelas Ravahn tenang.
Yuna menghela napas lalu menyipitkan mata. "Kamu tidak diganggu karena begitu melihat wajahmu, hantunya ketakutan duluan," sindirnya sambil memutar mata.
Ravahn menatapnya tajam, jelas mendengar sindiran itu. "Apa maksudmu?"
“Maksudku wajahmu lebih seram daripada hantu,” ucap Yuna asal, sama sekali tidak sadar kalau Ravahn sedang menatapnya tajam.
Pejantan itu mendadak mendapat ide jahil. Senyum tipis muncul di bibirnya sebelum ia mundur perlahan, melangkah begitu halus hingga tak menimbulkan suara sedikit pun.
“Hei, kamu ke mana?,kok nggak ada suaranya?” panggil Yuna panik. Tangannya meraba-raba udara kosong, tak menemukan sosok Ravahn di dekatnya.
“Hei! Kamu ninggalin aku ya?” suaranya mulai meninggi, campuran marah dan takut.
“Ih, kok kamu pergi sih? Gimana kalau aku ketemu hantu beneran, bisa mati berdiri aku,” gerutunya sambil terus menempelkan telapak ke dinding kayu.
Sementara itu, Ravahn berdiri agak jauh, menyilangkan tangan dengan senyum geli. Sebagai manusia harimau, matanya jelas bisa melihat ekspresi ketakutan Yuna meski gelap gulita.
“Dia tega banget. Masa ninggalin aku gini aja? Kalau sampai aku diculik hantu, siapa yang tanggung jawab?” Yuna terus bergumam, matanya melirik gelisah ke arah pintu. Ia meraba gagangnya, mencoba membukanya pelan-pelan. Namun pintu itu macet dan tak bergeming.
“Kok nggak bisa dibuka sih? Dasar pintu nyebelin! Sama aja tuh kayak yang punya rumah,” umpatan keluar begitu saja dari bibirnya.
Ravahn menahan tawa. Ia menikmati sesi omelan Yuna yang panjang dengan sabar, meski beberapa kata terdengar asing di telinganya.
Yuna menghela napas, lalu bicara pada dirinya sendiri. “Apa aku dobrak aja, ya? Tapi badanku kecil… jangan-jangan pintunya yang nggak apa-apa, malah aku yang encok nanti.”khawatir Yuna.
Baru saja ia bersiap untuk mendobrak pintu,tiba tiba ada tangan yang diam-diam menepuk pundaknya ringan.
“Ahhh! Setan!!” teriak Yuna spontan. Matanya membulat, lalu tubuhnya berbalik cepat sambil menghajar Ravahn dengan tinju kecil bertubi-tubi.
“Ini aku,” ucap Ravahn santai, seolah tidak merasakan pukulan itu sama sekali.
Yuna yang sadar pun sekali lagi meninju bagian perut Ravahn.
"AKH!"ringis Ravahn pelan.
“Dasar kamu sialan! Nyebelin! Beraninya ninggalin aku sendirian. Kamu beneran sialan, tahu nggak!” Yuna semakin emosi, memukul lengannya lagi.
“Aku tidak pergi ke mana-mana,” bantah Ravahn tenang setelah Yuna sedikit mengurangi serangannya.
“Jelas-jelas kamu pergi! Dari tadi aku panggilin juga nggak jawab,” keluh Yuna kesal.
“Kamu saja yang tidak bisa melihatku. Dari tadi aku berdiri di sana,” jawab Ravahn, menunjuk ke tempat ia berdiri tadi. Tapi Yuna tetap menatap ke arahnya karena memang tak bisa melihat gestur tangannya.
“Terus ngapain kamu berdiri di sana kayak orang bego?” tuduh Yuna.
Ravahn mengerutkan kening. “Be… bebo?”
Yuna menepuk jidatnya, frustrasi. “Bego, bukan bebo. Susah banget sih ngomong sama manusia zaman pra-aksara, banyak nggak ngertinya.”keluh Yuna kesal
Ekspresi Ravahn berubah, matanya menyipit penuh tanda tanya. “Apa maksudmu?”
Yuna yang panik buru-buru menyambung, “Maksudku… kamu itu pejantan paling tampan dan pintar yang pernah aku temui.”puji nya penuh kepura pura an.
Ravahn terdiam, tatapannya perlahan melunak. Ia menunduk sedikit, gumaman lirih lolos dari bibirnya. “Apa menurutnya aku tampan…”
Sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum samar. Namun dalam hati, Ravahn masih mempertanyakan sesuatu yang membuat suasana mendadak hening.
*
*
*
✨ Update pagi nih, semoga kalian suka yaa 🤭 Jangan lupa tinggalin like, komen, dan ulasan biar author makin semangat nulisnya 💕😁