SISTEM GANDA: MENJADI ANTARES Di AWAL

Setelah berdebat beberapa menit, mereka bertiga memutuskan untuk menunggu target mereka keluar dari toko perhiasan. Mereka menunggu di toko-toko tak jauh dari toko perhiasan yang Gala dan Mela kunjungi.

"Aku yang akan menghadap pria itu, kalian tak perlu bergerak. Kalau kalian bisa membawa anak bos, kalian lakukan saja." Geri menatap Marno dan Andre yang duduk di sebelahnya.

Saat ini, mereka sedang berada di toko baju tak jauh dari toko perhiasan. Mereka berpura-pura bertanya baju-baju yang ada tanpa membeli.

Andre menatap dingin Geri. "Kenapa harus kamu? Aku juga bisa."

"Tidak, aura pria itu berbeda dari yang aku lihat. Mungkin setara dengan ketua."

"Aku tidak percaya, aku yang akan menghajarnya!" Marno berdiri dan melotot ke arah Geri.

Lengkungan mengejek muncul di wajah Geri kemudian dia ikut berdiri, meremas bahu Marno dengan cepat.

Rasa sakit menjalar ke dada Marno, dia langsung meringis kesakitan. "Sialan! Aku akan membiarkanmu bertindak kali ini!"

"Aku bosan dengan ucapanmu." Geri melepaskan tangannya, kemudian berjalan kembali ke tempat duduk.

Kata-kata Geri membuat Marno sedikit terdiam, kemudian dia duduk di sebelahnya dengan wajah yang memutih. Hatinya terasa sakit sedikit.

Di sisi yang lain, Gala dan Mela tengah sibuk mencari perhiasan yang bagus. Rencananya Mela ingin membeli kalung yang indah dan cantik, seperti dirinya.

"Bagaimana dengan kalung emas berbentuk hati ini?" Mela bertanya kepada Gala dengan hati yang senang.

Gala memperhatikan kalung yang ada di salah satu kotak, kemudian mengangguk dalam. "Itu bagus, detail coraknya cukup cantik."

"Kalau yang ini? Bentuk cincin kelihatan unik dan mewah." Mela menunjuk ke kotak kalung yang lain.

Mata Gala melirik ke kalung itu dan merasa kalung tersebut cocok dengan Mela. "Menurutku, kamu akan makin terlihat cantik memakai kalung yang ini."

"Sungguh?" Mela terkejut dan menatap Gala tidak yakin.

Mulut Gala membentuk senyuman yang meyakinkan. "Benar, kamu mau beli yang itu?"

"Sebentar, aku akan memikirkannya." Mela masih ragu-ragu ingin membeli kalung yang mana.

Di dalam hatinya, dia menyukai semua kalung yang dijajarkan di depannya. Para pegawai banyak merekomendasikan pilihan perhiasan yang paling bagus yang mereka punya.

Harga dari setiap perhiasan yang ditunjukkan sangat tinggi, lebih dari puluhan juta rupiah, bahkan ada yang ratusan juta.

Mengenai harganya sama sekali bukan masalah bagi Gala yang telah memiliki banyak uang. Kekayaannya setara dengan kekayaan para pejabat yang tidak korupsi di negara ini.

Melihat Mela yang sibuk menimbang-nimbang pilihannya, Gala berniat untuk melihat kembali grup obrolan untuk mempercepat waktu.

[Baby Girl: Aku sudah keluar dari Wilayah Karantina Boston, saat ini aku berada di hutan menuju teman Joel, namanya Bill.]

[Baby Girl: Ternyata hutan seindah ini! Aku menyukainya! Segar sekali udaranya!]

[Domba Besar: Hutan tempat yang indah sekaligus menyeramkan, hati-hati Ellie, di sana ada banyak hal yang tidak kamu ketahui, waspada dengan gerakan apa pun di sekitar.]

[Putri Kedua Arendelle: Benar, tetap perhatikan sekitarmu, Ellie, di hutan ada banyak hal yang berbahaya.]

[Pahlawan Gagal: Aku juga menyukai hutan, di sana sangat tenang, apalagi kalau tidak ada Dewi sialan si Aqua!]

Alis kanan Gala terangkat, dia tersenyum melihat perkembangan petualangan Ellie, tak lama lagi mereka tiba di Lincoln meminta bantuan temannya Bill.

Kemungkinan besar misi akan terpicu karena momen berbahaya yang akan datang kepada Ellie dan Joel.

Hanya perlu menunggu waktu untuk Ellie membuat misi di grup obrolan. Dia pasti membutuhkan pertolongan dari anggota grup obrolan.

[Domba Besar: Omong-omong, ketua grup jarang nimbrung dengan kita, dia sedang apa?]

[Putri Kedua Arendelle: Benar, dia jarang ikut mengobrol dengan kita, kelihatannya Kak Gala sedang sibuk.]

[Tentara Bayaran Konyol: Aku juga baru tiga kali melihat dia ikut membahas topik yang kalian bicarakan.]

[Domba Besar: Sebelumnya memang dia jarang muncul, mungkin di dunianya sedang banyak urusan, sepertiku sekarang. Kemungkinan aku jarang ikut mengobrol dengan kalian.]

[Baby Girl: Kak Tsunade mau ke mana? Aku kesepian kalau tidak ada kakak di sini.]

Reaksi Gala setelah melihat mereka membicarakan tentangnya hanya tersenyum kecil. "Mereka merindukan aku ternyata, baiklah aku akan mengirim pesan."

[Dragon Emperor: Jangan lupa untuk check in hari ini, poin sangat berguna dalam peningkatan kekuatan kita.]

Setelah mengirim pesannya, Gala menutup kembali grup obrolan, kembali ke dunia nyata dengan tampilan Mela yang telah selesai memilih perhiasan yang diinginkan.

Harga perhiasan yang Mela pilih menyentuh 120 juta, harga yang lumayan mahal, tapi Gala tidak masalah untuk membelinya.

Dengan satu sentuhan, uang sebesar 120 juta rupiah digelontorkan Gala untuk membeli kalung berbentuk cincin tanpa berpikir lagi.

"Aku mencintaimu, Sayang!" Mela memeluk Gala dan menciumi pipinya dengan brutal.

Gala memeluk pinggang Mela dengan satu tangan agar tidak terjatuh dengan gerakannya sendiri.

Selesai membeli perhiasan, mereka berniat pulang ke rumah, tak ada urusan lagi yang mereka punya.

Akan tetapi, Gala dan Mela yang baru saja keluar dari Mall dan memasuki area perumahan, mereka berdua melihat dua sepeda motor NMAX dan PCX berhenti di depannya seolah dengan menghentikan Gala.

Gala menginjak pedal rem dan berhenti sebelum menabrak keduanya. "Apa yang kalian lakukan? Minggir, jangan di tengah jalan nanti tertabrak," kata Gala yang mengeluarkan kepalanya dan melihat mereka.

Ketiga orang yang berhenti di depan mobil Gala ada tim atau geng Geri yang memang mengincar mereka sejak di dalam mall. Entah apa yang akan mereka lakukan sekarang.

Geri turun dari sepeda motor, mengabaikan Marno yang duduk di belakangnya, kemudian dia membuka helm menampilkan wajah garangnya dan menunjuk ke arah Gala.

"Aku di sini untuk mengambil Mela kembali! Sebaiknya kamu berikan Mela pada kami agar tidak terjadi hal yang merugikanmu!"

Lengkungan dingin yang terlihat ganas muncul di mulut Geri, aura yang menyeramkan keluar dari sosok berototnya.

Mendengar perkataan Geri, ekspresi Gala menjadi aneh, dia menoleh ke arah Mela. "Apakah anak buah ayahmu semuanya aneh seperti dia?"

"Aku tidak tahu," ucap Mela dengan raut wajah yang takut. "Sayang, aku rasa kita harus kabur dari sini, dia termasuk anak buah ayahku yang sering dibicarakan orang, dia sosok yang gila bertarung."

"Oh, benarkah?" Kedua alis Gala tersentak, terlihat kaget.

Mela mengangguk beberapa kali dengan yakin. "Iya, dia kerap dibicarakan oleh anak buah yang lain karena kinerjanya, aku saja sampai tahu tentang dia. Sayang, lebih baik kita pergi."

"Untuk apa? Aku ada di sini, kamu tidak akan terluka, aku jamin kamu tetap bersamaku. Percaya padaku," ucap Gala dengan percaya diri, senyumnya sangat cerah seakan matahari terbit membawa harapan.

Mulut Mela hendak mengatakan sesuatu, tertahan karena melihat kepercayaan diri Gala yang tinggi.

Meskipun tahu tubuh Gala sangat berotot dan tampak kuat, Mela tidak yakin kalau prianya mampu mengalahkan Geri yang selalu diagungkan di telinganya.

Terlebih lagi Gala adalah pasangannya yang Mela sayangi, pasti tidak rela jika Gala dalam bahaya.

Gala mengusap pipi Mela dengan telunjuk jarinya, menatapnya dengan tatapan mata yang lembut. "Tolong percayakan ini kepadaku."

Berikutnya, Gala keluar dari mobil dengan sikap yang santai, berjalan perlahan langkah demi langkah mendekat ke mereka bertiga.

"Kalau aku tidak mau bagaimana? Apa kerugiannya?" Gala berhenti dua meter dari mereka dan memiringkan kepalanya.

Ekspresi Gala yang tersenyum membuat mereka semua menjadi kesal, terutama Marno yang mudah marah.

Marno mendorong Geri ke belakang, menghadap Gala dengan bengis. "Hei, kurus! Kamu ingin aku pukuli, hah?!"

Gala tetap berdiri menatap Marno, ekspresinya yang ramah sekejap berubah menjadi serius. Tanpa sengaja mengungkapkan tekanan yang berat ke mereka bertiga.

Sontak Marno, Andre, dan Geri merasakan seluruh tubuh mereka menjadi berat bagai ada beban ratusan kilogram yang jatuh ke tubuh mereka.

"I–ini? Kakiku tak bisa bergerak!" Marno berkata dengan ngeri.

Geri juga tak bisa menggerakkan seluruh bagian tubuhnya, terasa seperti ada belenggu yang melilit kuat tanpa bisa dia lepas.

Bukan hanya itu, Andre yang selalu tenang di dalam hatinya kini merasakan ketakutan yang mendalam, mirip sekali rasanya saat dia berhadapan dengan ketua.

Tiba-tiba sebuah suara yang sangat dalam memasuki telinga ketiganya.

"Aku hitung sampai sepuluh, jika kalian tidak pergi, aku akan membawa kalian pergi ke dalam tanah."