Ini cerita tentang gadis yang periang, cantik dan pintar. Nina namanya, sekarang berusia 17 tahun dan telah masuk Sekolah Menengah Atas, dia tinggal bersama 2 saudarinya dan kedua orangtuanya. Mereka tinggal di sebuah desa kecil dengan pemandangan alam yang indah. Tinggal di sana bagaikan tinggal di surga, penuh dengan kebahagiaan. Namun, ada satu masalahnya. Dia diam-diam suka sama seseorang,....Ayo tebak siapa yang dia sukai yah??...
lanjut baca part-nya !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hijab Art, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 21
" Jangan terlalu menaruh hati, ujung-ujungnya nanti nangis. Itu sangat terlihat di wajahmu yang bodoh!", ucap Iyan sambil meneguk sebotol minumannya. Ia terlihat begitu haus sampai-sampai menghabiskan satu botol air dalam sekali minum.
...
...
"Ha?", bingung Nina.
Iyan tak menggubris Nina yang masih bingung dengan perkataannya. Malahan Iyan melangkah pergi meninggalkan gadis itu sendirian.
"Tunggu, tunggu...", kini Nina mulai sadar perkataan Iyan yang mengarah pada perasaannya pada Roni tadi.
"Apakah sejelas itu terlihat diwajahku?",
" Ahhh...tidak, tidak. Itu tidak boleh terjadi...",
Nina malah ngomong sendiri.
"Nina!....Nina!", panggil seseorang sembari melambaikan tangan pada Nina yang sedang melamun.
" Ada apa?", tanya gadis itu mendekatkan dirinya pada Nina.
"Eh, Dil!. Kamu buat kaget aku ajah!",
" Kaget kenapa?",
"Ah, nggk!",
" Kamu kenapa sih Nin?",
"Nggk ada kok. Owh iya, tadi kamu dicariin sama Roni", ucap Nina mengingat beberapa menit yang lalu saat Roni datang menghampirinya.
"Ah, Roni cari aku?. Gawat Nin!",
" Gawat kenapa?", heran Nina pada Dila.
"Ini nih, make up aku masih nempeeel...", ucap Dila sembari mendekatkan wajahnya untuk dilihat Nina lebih dekat.
" Pffttt....hahaha", ketawa Nina begitu keras.
Make up nenek-nenek yang dipakai Dila masih menempel. Itu lucu dilihat.
"Aaaa....aku nggk mau dilihat Roni seperti ini....",
"Lalu, kenapa malah berkeliaran dengan make up seperti ini?, bukannya pergi cuci. Nanti orang-orang kirain kamu nenek-nenek beneran, tau.", Nina menasehati sahabatnya itu.
" Itulah aku cariin kamu dari tadi. Aku tuh udah bersihin pake pencuci muka, tapi kok nggk bisa terbuka yah.", khawatir Dila.
"Emang siapa sih yang make up kamu tadi?",
" Aldy!, entah alat make up apa yang dia gunain buat make up aku tadi.", jelas Dila.
"Hhhhhhh....kok bisa Aldy sih?",
" Dia kan pintar gambar, pastilah pintar make up. Jadi kusuruhlah dia make up aku tadi.",
"Hahahaha...", ngakak Nina.
" Ihhh...jangan ketawa dong. Bantuin aku",
"Hh...iya, iya. Ayolah mari kita cari dulu Aldy-nya. Entah alat make up apa yang dia gunain buat make up kamu tuh",
___
"Pengumuman juara lomba drama antar kelas!,
Juara 3, diraih oleh kelas XI Mipa 3!...",
" Hore!", ucap kelas sebelah yang heboh.
"Juara 2, diraih oleh kelas XI Mipa 4!...",
" Yey!, dapat juara 2",
"Yes!",
Ucap beberapa dari kami. Walaupun hanya dapat juara 2, tapi itu sudah lumayan.
" Dan juara pertama diraih oleh... XI IPS 1",
...
"Bagaimana untuk merayakan juara kalian, ibu traktir kalian makan hari ini.", ajak bu Iga. Dia memang wali kelas ter the best kami.
" Yey, mau bu!",
"Oke, bu.",
" Wah!, mau dong bu",
Ucap beberapa dari kami.
"Di restoran warung Sate pak Ijo, sepulang sekolah nanti",
" Baik, bu"
___
"Nyam...nyam..nyamm", semuanya melahap makanan sate ala lokal yang begitu enak. Dengan tambahan saus kacang dan sambal buat lidah bergoyang.
" Akting drama kalian tadi bagus. Apalagi Iyan sama Nina. Menjiwai banget!", puji bu Iga.
"Iya kan bu, mereka berdua memang ahlinya", ucap Dila.
" Kamu juga bagus aktingnya Dil. Jiwa nenek-nenek kamu begitu menjiwai...", Canda bu Iga pada Dila.
"Ibu bisa ajah...hhh", jawab Dila pada candaan bu Iga.
" Hhhh....", yang lain pun ikut tertawa.
"Ibu, ibu tau nggk?", ucap Dila sambil melirik Aldy yang tengah melahap sate dihadapannya.
Aldy hanya menatapnya tajam.
" Mau ngadu lagi nih anak", bisik Aldy, tapi kami masih bisa mendengarnya.
"Aldy bu, masa Aldy make up in aku pakai cat minyak. Pantesan ajah ketika aku mau ngebersihin nggk hilang-hilang. Wah, parah tuh bu Aldy, dia kira wajahku ini kanvas kali", adu Dila yang tak takut dengan tatapan Aldy.
" Dianya ajah tuh bu, yang penting katanya dimake up in. Nggk masalah pake apa. Yah, karena aku cuman selalu bawa cat minyak doang, ya itu ajah pakenya", ucap Aldy tak mau kalah.
"Tapi bukan juga di jadiin make up, Aldy pintar...", jawab Dila menekan kata pintar, seakan dia mengejek Aldy sebaliknya.
" Ya, kamunya sih Dil, emang nggk ngeliat kamu di pakein apa?", tanya bu Iga penasaran dengan anak berdua ini.
"Aku di suruh tutup mata bu. Jadinya aku nggk ngelihat dia pakein aku apa...", jawab polos Dila.
" Hahahah....kalian berdua ini...", tawa bu Iga mendengar kelakuan Aldy pada Dila.
"Hahaha....", tawa semuanya, kecuali Aldy yang lebih fokus pada satenya itu.
'Aku selalu penasaran, mengapa Roni bisa suka sama Dila. Ternyata ini, dia selalu dapat membuat orang-orang disekitarnya tertawa, dia memang banyak disukai sama orang-orang. Itulah juga yang membuatku berteman dengan dia. Hingga tak ingin melepaskannya.', Rahma membatin sambil melirik Dila yang berada disampingnya.
'Tapi, bagaimana dengan Roni?'
Hal yang selalu Nina pikirkan. Perasaan tidak bisa menolak, membuatnya harus dilema dan dalam kebimbangan.
__
Beberapa menit kemudian, setelah acara makan-makan mereka berakhir, akhirnya Nina dan lainnya bisa pulang.
"Roni!", panggil Dila, sontak membuat Nina pun ikut berbalik dan melihat ke arah Dila.
'Mereka cukup akrab', bisik Nina cemburu. Bahkan, sekarang saja Roni datang menjemput Dila untuk pulang.
" Nina!, aku pulang dulu yah!, dah!", ucap Dila sambil berlalu di bonceng oleh Roni.
"Dah!", senyum palsu Nina.
'Hem..', cemberut Nina setelah Dila dan Roni menjauhinya.
'Aku bahkan nggk pernah di bonceng sama Roni...', batin Nina melihat mereka saat berboncengan tadi.
" Ada yang cemburu nih!", ejek seseorang yang menghampirinya di area parkiran.
Walaupun tidak besar, warung Sate pak Ijo cukup banyak diminati penduduk sekitar. Parkirannya saja cukup panjang dan ramai.
"Bukan urusanmu!", jengkel Nina dan segera menaiki motor pespanya.
" Tunggu!", Iyan malah menahan motor Nina menghalanginya untuk pergi sekarang.
"Apa?",
"Seseorang harus ngantar bu Iga", ucap Iyan sambil melirik ke arah bu Iga yang sedang berdiri di luar warung. Sepertinya, ia barusan keluar setelah membayar makanan kami semua.
" Maksudmu?"
"Kamu Antar bu Iga!"
"Kenapa bukan kamu ajah, malah suruh orang. Dasar VOC!",
" VOC?", Heran Iyan dengan panggilan itu.
...
"Ah, eh...sebutan yang cocok buat kamu", alibi Nina.
" Aku sama Aldy ada perlu. Dan semua orang udah ninggalin warung. Sisa kamu ajah. Ngebantuin orang kan juga dapat pahala", jelas Iyan.
'Entah kenapa, kata-kata yang selalu keluar dari mulut si VOC nyebelinnya dua kali lipat. Walaupun itu perkataan yang baik, tapi kalau dia yang bilang, kok jadi nyebelin yah!', batin Nina mengerutkan keningnya.
"Ibu, mau diantar yah?, mari saya yang antar bu!", ajak Nina pada bu Iga.
" Iya, nak. Maaf yah ngerepotin ",
" Ah!, nggk kok bu. Ini mah nggk seberapa dibanding ibu yang sudah traktir kami satu kelas.",
"He.....itu kan janji ibu. Sudah sepatutnya ibu lakukan untuk kalian.",
"Hehe..iya bu.",
____
" Brum.....", motor pespa milik Nina melaju dijalanan beraspal. Mengarah dan berbelok ke jalan menuju sekolah.
"Hampir ajah lupa. Aku tadi taruh dompet aku di meja kelas.", bisik Nina pada dirinya sendiri yang suka ceroboh melupakan sesuatu.
Nina berjalan ke arah koridor sekolah menuju ke kelasnya. Hari sudah hampir menunjukkan pukul 14.00, sekolah sudah lengang oleh warganya. Hanya beberapa siswa yang masih berkeliaran karena ada urusan seperti para osis yang sibuk ke sana kemari membereskan dekor acara porseni yang berakhir hari ini.
"Eh!...", manik mata Nina tak sengaja menemukan dua sosok orang yang tengah berpelukan di dalam kelas.
***Next!