Naifa, gadis berusia 18 tahun terjebak di sebuah pernikahan yang seharusnya diatur untuk sang kakak. Namun, ternyata sang suami adalah orang yang pernah menolongnya. Apakah Naifa bisa melewati kehidupan pernikahan di usia mudanya dan menjadi istri yang baik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terperangkap
"Ini beneran dari Kak Sofia, lucu banget."
Naifa mendapat hadiah dari kakaknya sebuah tas berwarna cokelat muda yang diinginkannya tahun lalu. Sofia berjanji akan memberikannya jika dia lulus sekolah nanti.
"Kak Sofia masih ingat aja, padahal aku juga udah lupa sama hal ini."
Naifa mencobanya dan melihat di cermin, begitu cantik bila dipakai untuk kuliah nanti.
Bian keluar dari kamar mandi dan hanya menggunakan handuk di pinggang, menghampiri sang istri dan memeluknya dari belakang.
"Senang banget kayanya, kalau saya kasih hadiah bakal senang kaya gini ga?"
"Sudah aku bilang, aku pasti menghargai apapun yang Kak Bian kasih. Dan tas ini, sudah dari dulu sangat aku mau."
Bian pun mengerti kebahagiaan yang terpancar di wajah sang istri. Pria itu pun akhirnya memberi tahu apa yang akan jadi hadiah dari kelulusan sekolahnya.
"Honeymoon? Kapan?" Tanya Naifa yang excited mendengarnya.
"Nanti saat libur panjang, supaya kuliah kamu gak terganggu juga. Kalau sekarang, ini dulu."
Bian menyerahkan sebuah kotak perhiasan, Naifa segera membukanya dan terkejut melihat isinya. Kalung emas putih dengan liontin berbentuk clover leaf. Sangat cantik, apalagi saat dibubuhkan pada leher jenjang milik Naifa, menambah keindahan kalung itu.
Tak segan-segan Naifa mulai berani nakal mencium bibir sang suami tanpa ampun. Begitu pula Bian yang menikmatinya dengan intens sampai hawa panas menyelimuti tubuhnya. Bian pun menggendong sang istri ke kasur dan melakukan aktivitas malam bersama Naifa.
Naifa begitu terlelap karena lelah setelah melakukan aktivitas ranjangnya, namun Bian tetap terjaga sambil membelai wajah istri cantiknya. Ini kali kedua mereka lakukan setelah seminggu kemarin di rumah Pak Sidiq. Bian masih takut dan mengingat darah yang keluar, apalagi Naifa yang merintih kesakitan membuatnya agak trauma. Namun sekarang, tak ada lagi keluhan dari sang istri. Mereka benar-benar menikmatinya malam ini.
"Amalan apa yang sudah aku perbuat, sampai punya istri secantik dan seindah kamu. Minus tukang marah sama suka jajan, mageran juga," ucap Bian seraya mengecup wajah istrinya. Naifa hanya mengerang, merasa geli karena kecupan dari suaminya.
Beberapa hari berlalu, Naifa pun mendapat informasi bahwa dia juga di terima di kampus impiannya jalur beasiswa. Indahnya kehidupan Naifa yang nyaris sempurna, memiliki suami baik nan tampan dan juga kuliah di kampus impian.
Melihat istrinya tersenyum bahagia, Bian penasaran apa yang sedang di pikirkan Naifa.
"Kak Bian kepo banget ih, mau tahu aja." Naifa pun pergi sambil terkekeh karena melihat wajah suaminya yang kecewa, sementara Bian seperti biasa berpikiran negatif. Apa jangan-jangan dia sedang bertukar pesan dengan seseorang? Tapi tak mungkin, karena kontak di handphone nya saja sudah di atur oleh Bian. Lalu apa yang membuat Naifa begitu senang?
"Kak, kalau aku pakai baju ini buat ke kampus bagus ga?"
Naifa keluar dengan memakai rok A line dan atasan flanel oversize. Sangat lucu, membuat istrinya menunjukkan sisi ABGnya.
"Enggak, jelek!"
Naifa mendengus kesal, lalu kembali lagi dengan rok span denim dan blouse berwarna putih dengan aksen ruffle di bagian bawahnya. Lagi-lagi istrinya nampak begitu cantik, apalagi badannya yang jenjang membuat apapun yang di kenakan Naifa sudah pasti selalu cocok.
"Kalau ke kampus itu harus formal. Nanti kita beli pakaian yang cocok, saya pergi dulu ke kantor yah. Assalamualaikum."
"Walaikumsalam."
Tak lupa kecupan mesra setiap pagi yang tak terlewatkan, walau Naifa masih kesal tapi tak bisa menolak rutinitasnya itu.
***
Bian terus saja menolak apa yang di pilih Naifa untuk kegiatan kuliahnya. Pakaian yang di pakainya terlihat modis dan membuat sisi cantik istrinya keluar. Apalagi istrinya yang juga pandai memilih outfit, membuat Bian terus mencari-cari alasan.
"Beli karung goni, terus bawa ke tukang jahit. Kayanya itu gampang di setujui sama Kak Bian." Naifa menggerutu, dia sangat kesal dengan suaminya. Bibirnya pun cemberut membuat Bian gemas.
"Kalau kamu ke kampus dengan gaya seperti tadi, bisa-bisa banyak yang naksir sama kamu." Akhirnya Bian pun mengeluarkan unek-uneknya, dia tak mau jika pria-pria di kampus melihat keindahan Naifa yang harusnya menjadi konsumsi pribadinya saja.
"Kalau gitu aku gak usah kuliah, simple kan. Kak Bian ini, ngeselin deh." Naifa terus mempercepat langkahnya, meninggalkan suaminya. Sementara Bian berlari mengejar Naifa, orang-orang di sekitarnya pun memperhatikan pasangan beda usia itu.
"Tertangkap, sudah yah jangan marah terus. Nanti saya beli es krim coklat yang banyak."
Bian menggendong Naifa dengan mudahnya, membawa gadis itu ke dalam mobil. Sedangkan Naifa memberontak, dia masih marah dengan sifat cemburu suaminya yang tak habis.
"Kak Bian mau sampai kapan cemburuan kaya gitu, bahkan segenap jiwa raga ini sudah jadi milikmu kau masih saja ragu padaku?"
Perkataan Naifa membuat Bian tersenyum, lucu sekali mendengar kalimat random yang di lontarkan istrinya.
Esoknya, Naifa mendapatkan kiriman paket. Beberapa pakain baru yang kemarin dia coba di mall. Gadis itu melirik pada suaminya yang sebenarnya memperhatikan dari jauh, namun seketika berpura-pura sedang menerima panggilan saat sang istri meliriknya.
"Emang senang aja bikin istrinya marah, dasar om-om."
Dengan petantang petenteng gadis itu membawa bungkusan ke dalam rumah dan mengeluarkan isi paket itu ke lantai. Bian hanya menepuk jidatnya dan menghampiri istrinya yang marah.
"Lucu banget marahnya, kalau saya yang rapikan ini istri harus kasih saya hadiah."
Naifa yang mendengar itu segera beranjak merapikan pakaian barunya, karena dia tahu hadiah yang harus di berikannya tak jauh dari aktivitas ranjang. Jujur saja Naifa masih canggung walau sudah dua malam mereka melakukannya.
Bian tersenyum karena berhasil mengkadali sang istri, padahal dirinya sudah siap menerkam Naifa yang sedang merapikan pakaiannya di walk in closet.
"Saya bantu deh, biar istri gak cemberut kaya gitu," ujarnya sembari menggantungkan beberapa pakain baru Naifa di lemari yang masih kosong.
Naifa tersadar, ada pakaian yang sama sekali tak dia coba kemarin. Mini dress berbahan satin dengan renda berwarna ungu terong. Bentuknya pun sangat ambigu, membuat orang yang memakainya akan malu untuk keluar rumah.
"Kak, pakaian siapa ini? Kok bisa ada disini?"
Naifa menyerahkan pakain itu pada suaminya, namun Bian malah menyuruh istrinya untuk mencobanya.
"Ih, masa aku harus pakai itu? Buat ke kampus?"
Bian tertawa mendengar kepolosan Naifa, dia pun mengarahkan sang istri ke depan cermin yang ada di meja rias.
"Pakaian ini hanya di pakai di rumah, untukku saja. Aku gak rela kalau harus membagi keindahan kamu sama yang lain," bisikkan Bian membuat Naifa merinding. Dia seharusnya sadar jika suaminya pria dewasa, yang pastinya memiliki fantasi berlebih untuk aktivitas malam mereka.
Gadis cantik itu merasa jika dirinya sedang terperangkap di kandang singa yang buas dan siap menerkamnya setiap waktu. Apakah dirinya terlambat untuk melarikan diri? Atau dengan pasrah menjadi santapan pria yang kini sedang mendekap erat tubuhnya.
Bina gelisa karna 2 buaya ganguin Naifa
sedangkan Naifa gelisah karna sofia belum tau kalo Naif sudah memikah sama Bian...
piye iki... makin seru
kira2 apa yang akn di lakukan sofia ya kalo tau Naifa yang menggnatikan posisi dia jadi istrinya Bian....
masa pelakornya kaka kandung sediri
gimana jadinya yah...
maklum sih masih bocil....