Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 21 Cemburu
"Makasih ya Arfandi," ucap Aira yang membuat Arfandi menganggukkan kepala.
"Hmmm....Ya sudah kalau begitu aku pulang dulu," ucap Arfandi.
"Iya. Kamu hati-hati," ucap Aira.
Arfandi tampak berat sekali melangkahkan kaki dan masih terus melihat pria itu dengan rasa penasaran. Tetapi Arfandi juga tidak mungkin bertanya.
"Ini Aira!" pria itu memberikan bucket bunga dan juga paper bag itu.
"Maaf Raymond aku tidak bisa menerimanya," ucap Aira menolak.
"Kamu jangan salah paham Aira. Aku sangat mengerti dengan kamu yang juga tidak ingin dijodohkan denganku. Aku jika ingin menikah dengan terpaksa. Aku datang ke rumah kamu mengantarkan ini juga hanya karena terpaksa dan anggap saja ini hanya sebagai formalitas saja," ucap Remon memberi penjelasan.
"Baiklah kalau begitu aku terima," ucap Aira.
"Terima kasih Aira. Ya, sudah kalau begitu aku pulang dulu. Aku berharap kedepannya kita saling bekerja sama agar bukan hanya aku saja yang berusaha untuk semua ini. Kita sama-sama tidak menyukai dengan keputusan orang tua kita dan semoga membuat mereka tidak menjodohkan kita," ucap Remon dan Aira hanya menganggukkan kepala.
Remon yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung berlalu dari hadapan Aira. Aira menghela nafas dan mau tidak mau memang harus menerima hadiah tersebut sebagai tanda keterpaksaan.
Setelah kepergian tamu dari rumahnya yang akhirnya membuat Aira memasuki rumahnya.
****
Perusahaan.
Aira yang berjalan menuju kantin Perusahaan dan berpapasan dengan Arfandi. Aira hanya tersenyum menyapa atasannya itu, tetap Arfandi menghentikan langkahnya yang menghalangi jalan Aira dan berdiri di depan Aira.
"Ada apa?" tanya Aira heran.
Arfandi menarik nafas panjang dan membuang perlahan ke depan, kemudian melipat tangannya di dada yang menatap serius Aira.
"Aku perhatikan sejak tadi kamu tampak semangat, kelihatan bahagia dan bahkan boros senyum. Apa ada sesuatu yang membuat kamu begitu bahagia?" tanya Arfandi.
"Benarkah! Tidak aku biasa saja. Apa salah jika senyum, bukankah senyum itu adalah ibadah," jawab Aira.
"Aku pikir karena mendapat bunga dari orang spesial, jadi suasana hati kamu terlihat berbunga-bunga," nada bicara Arfandi seolah seorang pria yang mengintimidasi wanita yang dia sukai, wajahnya tampak cemburu tetapi tidak bisa langsung mengucapkan.
"Hati berbunga-bunga. Ada-ada saja. Tidak sama sekali!" ucap Aira yang tidak memahami bagaimana pria di depannya itu yang ingin mengetahui sesuatu.
"Sudahlah aku mau pergi dulu," ucap Aira dengan tersenyum kembali dan langsung berlalu dari hadapan Arfandi.
"Tidak mengakui yang padahal jelas sekali bahwa dia senyum-senyum terus," ucap Arfandi tampak kesal.
Aira tetap melanjutkan langkahnya, "aneh sekali," ucapnya geleng-geleng yang tidak mengerti apa yang sebenarnya yang ingin disampaikan Arfandi.
Langkah Aira yang tiba-tiba saja terhenti ketika Natalia sudah berdiri di depannya.
"Aira!" sapa Natalia dengan tersenyum dan Aira yang masih kesal dengan temannya itu hanya menyapa dengan tersenyum terpaksa.
"Kamu lihat Arfandi tidak. Aku membawakannya makan siang, kami ada janji makan siang bersama hari ini," ucap Natalia dengan tersenyum yang bahkan menunjukkan rantang kecil yang dia bawa.
"Tadi ada di sana dan mungkin saja sekarang menuju ruangannya," jawab Aira.
"Benarkah! ya sudah kalau begitu aku langsung saja ke ruangannya. Makasih ya," ucap Nathalia yang langsung pergi. Aira melihat kepergian Natalia sampai membalikkan tubuh.
"Woy!" Aira kaget dengan Nana yang tiba-tiba saja mengejutkannya.
"Liatin apa?" tanya Nana yang membuat Aira menggelengkan kepala.
"Dia!" ucap Nana dengan matanya yang juga masih melihat ke arah Natalia.
"Kamu mengenalnya?" tanya Aira.
"Aku dengar-dengar sih dia teman SMA dari Pak Arfandi dan dia seorang psikolog yang juga sering datang ke kantor ini. Mungkin saja dia pacar dari Pak Arfandi," jawab Nana.
"Berarti Natalia sering datang ke kantor ini?" tanya Aira yang tiba-tiba saja penasaran yang membuat Nana menganggukkan kepala.
"Kamu kenal dia dan tadi aku sempat melihat kalian berdua mengobrol?" tanya Nana.
"Hanya pernah bertemu saja," jawab Aira yang bukan tidak ingin mengakui, dia hanya tidak ingin saja berlebihan pada orang-orang.
"Iya, dia memang sering sekali datang ke kantor. Kalau wanita dan pria sering bertemu dan terlihat dekat mana mungkin menjadi sahabat jika bukan karena ada sesuatu," ucap Nana dengan spekulasi yang ada di pikirannya.
"Iya. Aku baru ingat jika dulu Arfandi dengan Nathalia cukup dekat dan Natalia juga dulu pernah mengungkapkan bahwa dia suka pada Arfandi. Ya wajar saja jika sekarang mereka terlihat dekat," batin Aira.
"Hey!" Nana melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Aira.
"Kamu sendiri kenapa malah bengong?" tanya Nana dengan mengerutkan dahi.
"Tidak apa-apa. Ya sudah kalau begitu aku mau ke kantin dulu," ucap Aira yang langsung berlalu dari hadapan Nana yang membuat Nana menggelengkan kepala heran dengan temannya itu.
Sementara Natalia yang sudah berada di ruangan Arfandi membuka susunan rantang tersebut yang meletakkan di atas meja.
"Padahal aku sudah mengatakan kamu tidak perlu datang membawa makanan," ucap Arfandi.
"Aku sudah terlanjur memasaknya," jawab Nathalia.
"Tapi ini banyak sekali. Hmmmm, bagaimana kalau kita panggil Aira saja untuk makan bersama kita," ucap Arfandi yang pasti sangat mengingat Aira.
Pekerjaan Natalia terhenti ketika mendengar pernyataan Arfandi yang membuat Natalia melihat serius Arfandi.
"Kamu menganggap Aira sebagai karyawan kamu atau sebagai teman kamu?" tanya. Natalia.
"Memang kenapa?" tanya Arfandi.
"Hmmm, aku membawa makanan untuk kita makan berdua dan kamu tiba-tiba saja mengajak salah satu karyawan kamu dan bukankah itu sama saja mengganggu privasi. Tetapi jika kamu mengajak Aira sebagai teman sekolah kita, aku tidak masalah sama sekali yang memang kita juga tidak pernah makan bersama," ucap Natalia.
"Natalia, Aira mau karyawan atau teman sekolah kita. Apapun itu, siapapun yang makan bersamaku itu bukanlah suatu masalah," ucap Arfandi.
"Kamu terlihat sangat merakyat sekali Arfandi, sampai kamu membebaskan ruangan kamu untuk dimasuki karyawan bahkan karyawan terendah sekalipun dan bahkan mengizinkan untuk makan bersama kamu," ucap Natalia dengan tersenyum miring.
"Apa maksud kamu Natalia. Kamu merendahkan pekerjaan Aira dan kamu merasa Aira tidak pantas untuk makan bersama kita?" tebak Arfandi.
Natalia mungkin tidak bisa bohong sejak pertama kali bertemu dengan Aira sudah tidak terlihat menyukai Aira dan hari ini kata-katanya sudah menjelaskan bahwa dia hanya ingin berduaan dengan Arfandi.
"Natalia, bukankah Aira juga bagian dari kita. Selama ini dia menghilang dan bahkan kita tidak tahu apa akibatnya. Bukankan kita harus pelan-pelan mendekatkan diri kepada Aira dan bukan malah membuat dia tidak nyaman berada di sekitar kita," ucap Arfandi.
"Kenapa kita harus melakukan semua itu. Setelah lulus SMA dan bukankah kita semua punya kehidupan masing-masing dan Aira sendiri yang memilih untuk menghindari kita dan kita tidak memiliki tanggung jawab untuk mengetahui apa yang terjadi," ucap Natalia.
"Nathalia kamu tidak bisa berbicara seperti itu. Apapun itu Aira tetap teman kita dan..."
"Aku lupa jika kamu sejak dulu menyukai Aira, jadi sangat wajar sekali jika kamu tiba-tiba saja muncul bersama dengan Aira dan mungkinkah kamu memang menunggunya selama ini dan mencarinya," ucap Natalia memotong kalimat Arfandi yang membuat Arfandi terdiam.
Bersambung....
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses