NovelToon NovelToon
Anak Genius-Kesempatan Kedua

Anak Genius-Kesempatan Kedua

Status: tamat
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:4.5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Lunoxs

Aku pernah gagal jadi manusia, tapi aku tidak ingin gagal jadi seorang ibu--Anin.

Setelah pergi membawa luka untukku sendiri, kini aku datang lagi dan memberi luka untuk mas Haris. Setelah 6 tahun waktu berlalu, setelah dia memiliki kehidupan yang baru, tiba-tiba aku datang dan mengatakan bahwa kita punya Anak.

Bagaimana ini, bersediakah dia menerima Alena?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

AGKK Bab 21 - Membuatku Sedih

"Berhentilah menangis, cuci wajahmu sebelum kembali masuk ke dalam kamar Alena," kata mas Haris, setelah mengatakan itu dia mengambil satu langkah mundur, seolah kembali menciptakan jarak diantara kami berdua.

Membuat hatiku makin merasakan yang namanya kekosongan, hampa, sendirian.

Aku sudah tidak mampu menjawab, hanya menggerakkan kedua tanganku untuk menuruti ucapan mas Haris. Menghapus semua air mata dan coba untuk tidak menangis lagi.

"Selama ini aku selalu mempercayai kata-katamu. Jadi sekarang aku juga akan percaya bahwa waktu bisa membuat Alena mengerti jika papanya akan memiliki dua keluarga."

Aku mengangguk dengan cepat, namun kedua mataku menatap ke bawah tak kuasa untuk membalas tatapan mas Haris.

"Duduklah lagi, minum dulu," kata mas Haris kemudian, dia mengambilkan aku segelas air putih. Jadi aku duduk lagi dan meminum air tersebut.

Setelah dilihatnya aku cukup tenang, mas Haris akhirnya pamit untuk pulang ke apartemen.

"Aku pergi," katanya.

Dan suara ku seolah habis untuk menjawab, jadi hanya bisa mengangguk.

*

*

Hari pun bergulir.

Sehari setelah pembicaraan ku dengan mas Haris kami jadi sedikit canggung. Namun di hari kedua kami mulai seperti biasa, yang akan melakukan semua hal demi Alena.

Termasuk mengesampingkan tentang perasaan dan pergulatan batin.

Hari ini Namira datang ke rumah sakit karena dia ingin melihat secara langsung pemeriksaan kesehatan Alena. Namira bahkan berada di samping dokter Anton saat pemeriksaan itu berlangsung. Namira memperhatikan semuanya dengan rinci. Tak ada satupun yang terlewat.

Dia bahkan mencatat beberapa hal di dalam buku catatannya.

Dan setelah pemeriksaan itu Namira mencium pipi Alena untuk memberi semangat.

Aku tersenyum pula saat melihat Alena membalas pelukan Namira.

"Bagus, kondisi Alena sangat bagus. Alena sudah diizinkan untuk pulang. Tapi saya sarankan untuk tinggal dekat dengan rumah sakit. Jadi jika sewaktu-waktu ada apa-apa Alena cepat mendapatkan penanganan," jelas dokter Anton.

Alhamdulillah, batinku pula. Akhirnya setelah sekian lama, Alena bukan hanya diizinkan bermain di taman rumah sakit. Tapi benar-benar keluar dari tempat ini.

"Alhamdulillah, terima kasih Dok. Untuk sementara waktu kami akan tinggal di apartemen Luxury, sampai dokter Anton mengizinkan Alena untuk pulang ke rumah," jawab mas Haris.

"Itu keputusan yang tepat, Pak," balas dokter Anton pula.

Ku lihat Namira mengangguk setuju, sementara aku sudah senang sekali, jadi hanya terus tersenyum tanpa memberi tanggapan apapun.

Kaluar dari ruang pemeriksaan itu, aku dan Namira sama-sama menggandeng Alena. Sementara mas Haris mengekor di belakang.

"Mbak, aku minta maaf ya. Aku tidak bisa bantu pindahan. Sekarang aku harus kembali ke rumah sakit lagi," kata Namira, kulihat raut wajahnya nampak penuh dengan penyesalan.

"Tidak apa-apa Namira, kamu datang untuk menemani pemeriksaan Alena saja mbak sudah senang sekali. Terima kasih," jawabku pula, aku tersenyum ingin Namira juga tersenyum lagi.

"Tapi nanti main ke apartemen ku ya mama Nami," kata Alena pula, beberapa saat lalu Alena sudah bertanya pada mas Haris apartemen itu apa, mas Haris mengatakan bahwa apartemen itu adalah rumah kita yang baru.

"Iya sayang, nanti mama pasti akan main ke apartemen Alena," jawab Namira.

"Alena, ayo papa gendong saja," kata mas Haris, ucapanya membuat langkah kami semua jadi berhenti.

"Mau mau!" sahut Alena, aku sangat yakin maunya Alena bukan karena dia sudah merasa lelah, tapi hanya karena dia ingin manja-manja saja dengan sang papa.

Mas Haris kemudian berjongkok sesaat dan kemudian menggendong Alena. Ku lihat Namira pun langsung memeluk lengan mas Haris pula, membuatku melihat sebuah pemandangan yang sangat indah.

Indah sekali.

Namun entah kenapa hatiku jadi perih.

Tapi yang ku tunjukkan di wajah adalah senyum yang lebar.

Kami berjalan menuju lift bersama. Sesekali aku menunduk dan melihat ke arah lain, ternyata sesesak ini menahan rasa sakit.

Tapi tidak apa, biar ku nikmati sakitnya seorang diri. Aku tidak ingin Namira merasakannya juga.

Tiba di ruangan mas Haris kemudian menurunkan Alena, ibu juga langsung menyambut kami.

"Mbak Anin, Bu, aku langsung pamit ya," kata Namira, dia langsung pamit sebelum sempat duduk lebih dulu.

"Loh kok buru-buru, duduk dulu. Biar ibu buatkan minum," kata ibu. Aku dan ibu memang sudah sepakat untuk 100 persen mendukung hubungan antara mas Haris dan Namira. Itulah kenapa ibu pun memperlakukan Namira seperti anaknya sendiri.

"Terima kasih Bu, tapi aku harus kembali ke rumah sakit," tolak Namira.

"Biarkan Namira pergi Bu, lihatlah dia sampai memohon," jawabku pula, membuat Namira jadi menyenggol lenganku. Berujung kami yang jadi tertawa bersama.

Ku perhatikan jika aku dekat dengan Namira seperti ini mas Haris selalu memasang wajahnya yang dingin. Entahlah apa yang ada di dalam pikiran pria itu, aku tidak pernah bisa memahaminya.

"Baiklah kalau begitu, jika sudah begini ibu tidak bisa menahan lagi," pasrah ibu dan membuatku bersama Namira makin terkekeh.

Setelahnya Namira benar-benar pergi dan mas Haris yang mengantarnya turun.

"Bu, Alena sudah boleh pulang," kataku pada ibu, menyampaikan kabar bahagia ini.

"Ha? Benarkah? Alena sudah boleh pulang?" balas ibu, malah banyak bertanya seolah tidak percaya.

"Iya Bu, tanyalah pada Alena kalau tidak percaya," kataku pula, kini kedua mataku sudah berbinar, memancarkan kebahagiaan yang tak terkira.

"Iya Mbah Putri, Alena sudah boleh pulang," sahut Alena, dia bahkan bicara sebelum ibu sempat menjawab.

"Ya Allah, Alhamdulillah, Allahuakbar," kata ibu penuh syukur, sampai aku jadi menangis lagi mendengar syukurnya tersebut.

Senyum bahagia bercampur sedih yang entah datangnya dari mana.

Ibu juga langsung memeluk Alena erat, ibu bahkan menangis lebih banyak daripada aku.

"Ada tapinya Bu," kataku, setelah ku hapus semua air mata.

"Tapi apa Nin?" tanya ibu, dia melerai pelukannya pada Alena namun masih berjongkok di hadapan cucunya tersebut.

"Tapi kita akan tinggal di apartemen mas Haris dulu, belum pulang ke rumah. Mungkin 1 bulan, jika Alena tidak merasakan keluhan apapun baru kita akan pulang," jelasku dengan rinci.

"Iya tidak apa-apa, Alhamdulillah setidaknya kita bisa meninggalkan rumah sakit ini," jawab ibu. Ibu dan Alena pasti sudah bosan sekali tinggal di sini. Meski berada di ruang VIP tetap saja rasanya terkurung, tak bisa bebas.

Karena itulah ketika sudah mendapatkan izin untuk pulang, meski ke apartemen, kami tetap merasa bahagia dan penuh syukur.

"Alena main Barbie di ruang tengah ya, Mbah dan mama akan membereskan barang-barang," kata ibu kemudian.

"Siap Mbah," kata Alena patuh.

Kami mulai bergegas membereskan semua baju-baju. Ibu mengemas di kamar kami, sementara aku mengemas semua baju milik Alena.

"Aku akan membantumu," ucap seorang pria yang membuat jantungku langsung tersentak kaget, meski suara itu sudah ku kenal dengan baik tapi tetap saja selalu berhasil membuatku kaget.

Aku menoleh ke belakang dan melihat mas Haris sudah kembali.

Ya Allah, aku mohon tajjamkanlah telingaku agar aku bisa mendengar langkah kaki mas Haris. Batinku pula.

"Tidak usah Mas, aku bisa melakukannya sendiri. Mas Haris temani Alena saja di ruang tengah," kataku.

Tapi aku lupa, jika selama ini mas Haris tidak pernah mendengar ucapanku. Apalagi jika tentang menolak tawarannya, mas Haris tak akan pernah mau dengar.

Lihatlah, kini bahkan dia tetap melangkah mendekat. Sampai berdiri tepat di sampingku. Dia menarik koper di samping lemari dan membukanya.

Jika sudah begini aku tidak bisa lagi mengajaknya berdebat, jika mas Haris sudah mulai bekerja maka aku pun harus melakukan hal yang sama.

Ku buka lemari pakaian Alena. Aku ambil yang paling bawah dulu dan mas Haris menerimanya untuk dia masukkan ke dalam koper.

Kami bekerja dalam diam, sampai akhirnya aku ambil di bagian paling atas. Entah karena gugup atau apa, aku malah menjatuhkan beberapa baju, sebagian jatuh pula di kepalaku.

Ya Allah, batinku agar tetap tenang.

"Makanya hati-hati," kata mas Haris, dia jadi berdiri dan mengambil alih tugasku. Mengambil semua baju di bagian paling atas dengan mudah. Tinggiku sudah 165, tapi tinggi mas Haris 187.

"Maaf Mas," jawabku lirih.

Seketika tubuhku mematung saat mas Haris membenahi rambutku yang sedikit berantakan. Dia merapikan rambutku, tapi dia tidak sadar jika telah membuat hatiku jadi hancur berkeping-keping.

Karena tiap perlakuan manis yang dia berikan bukanny membuatku senang, namun justru membuatku sedih.

"Aku bisa sendiri Mas," ku coba untuk menepis tangannya.

"Diam," kata mas Haris singkat.

1
Eli sulastri
ko tamat aja ceritanya bagus lho
Eli sulastri
mau apa Namira?
Eli sulastri
ikut meleleh dengan perasaan cinta mereka
Eli sulastri
mungkin Haris mencintai Anin dalam diam nya dan menutupinya dengan sikap dingin nya
Eli sulastri
semoga lambat laun ibu mertua Anin menyayangi Anin dan menerimanya menjadi menantu
Eli sulastri
ternyata Harus sangat rindu sama Anin
ceritanya sangat bagus dan alurnya tidak ribet tidak bertele tele suka sekali
Eli sulastri
Anin Alena kalian pantas bahagia setelah berlarut dalam. kesedihan
Eli sulastri
ya Allah sedih Alena semoga mama papamu bersatu dalam, ikatan pernikahan😭
Eli sulastri
jangan terlalu kaku dong biasa aja ntar lebih sakit
putrie_07
dlu abgny yg nyukai aq skrg adcny yg ngintip2 y Allah Thor.....
maaf Thor jdi curhat
putrie_07
Thor mbaca pun g konsen aq. soalny habis ad org ngintip masuk rmhku Thor....aq takut Thor Masi gmetar tgnku......
putrie_07
betul markonah
ayu cantik
ceritanya bagus
ayu cantik
bagus
Aqella Lindi
bgus bnget cerita ny
LikCi Vinivici
perjuangan ibu yg t ternilai
Khoerun Nisa
walinya siapa yah
Khoerun Nisa
apa GK ada air embun tuh taman pasti Bash kebayang krna masih pgi blm kna sinar matahari
Khoerun Nisa
Bru kali ini bc novel GK ketebak sikap si Haris yg sbnrnya GK BS mnduga2
mardiana sari
hp merk mokia ad yaa thor??pgn beli jg ach 🤣😅
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!