Tak pernah terbayangkan dalam benak Bella, bahwa dia akan menjadi pemuas seorang cassanova setelah kepergian ayahnya.
Cerita ini bermula dari sang tante yang menjualnya. Membuat dia terjerat pria yang tak memiliki komitmen itu. Pria yang selalu menatapnya dengan tajam, tetapi begitu mendamba tubuhnya. Dia, William Hognose Liem.
Akankah kisah mereka berujung bahagia? Atau justru selamanya Bella akan menjadi pemuas hasrat William saja? Ikuti kisahnya di sini, dan jangan lupa follow akun sosial media author.
Ig @nitamelia05
Fb @Nita Amelia
Salam anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Aku Yang Akan Mengurusnya
Pagi harinya, Leo sudah bangun lebih dulu. Dia berinisiatif untuk memasak bubur dan juga sup ayam. Agar Bella bisa menikmatinya. Sambil menunggu masakannya matang, dia membangunkan Jo yang tidur di sofa.
Namun, karena hanya tidur beberapa jam. Jo pun masih begitu enggan untuk membuka mata. Sambil menggaruk-garuk kepalanya, Jo melihat Leo yang sudah tampak segar bugar. Padahal pria itu juga tidur sampai larut malam.
"Kalau kau dan Tuanmu ingin sarapan, buatlah sendiri. Karena aku hanya membuat makanan untuk Bella," ucap Leo saat Jo sudah ada di dapur.
Meski satu atap, bahkan sudah jelas saudara. Namun, sepertinya Leo dan William tidak akan pernah akur. Ada saja yang diperdebatkan saat mereka bertemu, apalagi kalau sudah mengenai Bella.
"Baik, Tuan, saya yang akan siapkan sarapan untuk Tuan William," jawab Jo.
Sebagai bawahan, tentu Jo tak bisa mengabaikan tugasnya. Dia pun segera menggulung lengan baju, kemudian menyiapkan dua cangkir kopi serta membuat roti bakar.
Sementara itu Bella masih terlelap di kamar William. Berbeda dengan pria itu yang sudah rapih dengan pakaian kantornya. Sejenak dia terdiam dan menatap Bella, dia terlihat gamang untuk meninggalkan gadis itu di apartemen.
"Cih, lagi pula dia sudah besar, dia sudah bisa mengurus dirinya sendiri," gumam William saat tersadar, bahwa dia sudah terlalu jauh memikirkan Bella. Namun, nyatanya pernyataan itu hanya sebuah harapan agar hatinya merasa tenang.
Detik selanjutnya tubuh tegap nan kokoh itu meninggalkan Bella di dalam kamar. Dia masuk ke dapur, dan yang pertama kali dia lihat adalah Leo yang memakai celemek dan berdiri di depan kompor. Pria itu sedang mengaduk bubur.
Merasakan kehadiran William, Leo pun nampak acuh tak acuh. Padahal posisinya hanyalah menumpang. Namun, dia bertindak seolah-olah dialah sang pemilik tempat.
"Tuan, saya sudah menyiapkan sarapan untuk anda," ucap Jo, ingin mengalihkan perhatian William. Sebab dia tak mau pagi-pagi seperti ini justru diisi oleh keributan. Sudah cukup rasanya, Jo sudah sakit kepala.
William tak menjawab, tetapi ia segera melandaskan pantatnya di kursi, kemudian meraih secangkir kopi buatan Jo. William menyesap sedikit, tetapi ekor matanya tak lepas dari pergerakan Leo.
"Kau pergi bekerja saja, aku yang akan mengurusnya," ucap Leo sambil membawa nampan berisi bubur, sup dan juga air putih hangat untuk Bella.
William ingin menjawab, tetapi yang ada dia akan terlihat seperti peduli sekali terhadap Bella. Hingga akhirnya William memilih untuk acuh tak acuh. Pria itu melanjutkan sarapannya, sementara Leo melirik sekilas dengan sudut bibir yang terangkat sinis.
"Harga dirimu tinggi sekali ternyata," gumam pria itu sebelum akhirnya masuk ke kamar William. Di sana Bella sudah kembali memakai pakaiannya, karena demam gadis itu sudah turun. Ternyata saran yang diberikan Leo ampuh, meski semalaman William harus menahan hasratnya yang membuncang.
Selesai sarapan William segera mengajak Jo untuk pergi ke perusahaan. Saat melewati kamarnya, dia berjalan pelan. Namun, sayang matanya tak bisa menembus apa yang terjadi di dalam sana, sehingga dia hanya bisa mendesaahkan nafas dan kembali melangkah.
"Cari tahu lebih jauh orang yang sudah mengganggu Bella. Aku ingin tahu siapa dalangnya," ucap William saat ia sudah duduk di dalam mobil.
"Baik, Tuan, saya akan segera menghubungi anak buah saya untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut," jawab Jo patuh, kemudian menyalakan mesin mobil. Dia berharap hari ini suasana hati William tidak kacau, hanya karena meninggalkan Bella bersama Leo.
***
Di rumah baru yang ditinggali oleh Lena dan kedua anaknya. Mereka tampak sedang sarapan sebelum pergi ke sekolah. Namun, karena belum juga mendengar kabar tentang Bella, Ellen pun kembali bertanya pada ibunya.
"Mah, kapan Kak Bella pulang?"
Lena yang saat itu sedang memasukkan bekal ke dalam tas anak-anaknya, lantas menghentikan laju tangannya. "Mamah sedang usahakan, Sayang. Sabar ya, nanti Mamah hubungi Kak Bella lagi."
Dia terpaksa bohong.
"Mungkin Kak Bella sempat pulang ke rumah kita yang lama, Mah. Coba Mamah beritahu alamat kita yang baru, supaya Kak Bella tahu kalau kita sudah pindah," ujar Ellen lagi, semakin membuat Lena terlihat murung.
Dia mengusap kepala putrinya itu. Karena ia tahu, Ellen lah yang paling dekat dengan Bella. Namun, sepertinya orang yang membeli Bella tahu akan rencana mereka. Jadi, ponsel Bella disita, hingga ia pun tak bisa menghubungi gadis itu.
"Nanti Mamah kasih. Sekarang kamu dan Adik habiskan sarapan saja. Sebentar lagi kita harus berangkat ke sekolah," balas Lena, mencoba memberi pengertian pada Ellen. Hingga akhirnya gadis kecil itu menganggukkan kepala.
Bagaimana caranya agar Bella bisa terlepas dari pria bernama William itu? Batin Lena.
Ternyata Lena ibu tiri sangat jahat membunuh suaminya sendiri secara perlahan yang adalah ayahnya Bella demi meraup harta, benar-benar gila
Benar kata William Lena bak ibu peri tapi memang wanita bodoh.
Deborah mengorbankan diri demi William tapi nyatanya juga malah mau bunuh William.