[⚠️Disclaimer ⚠️
Jangan singgah kalau tak sungguh. Jangan buka bab kalau sekadar kepo di awal, apalagi cuma boom like doang. Ikuti cerita ini sampai tamat, rasakan sensasi punya bestie yang cetar membahana badai.]
.
Popoy, Gilang dan Lele adalah sahabat satu geng yang membagongkan. Masuknya Gilang sebagai anak baru memunculkan gonjang-ganjing dunia persilatan.
Lele, pewaris Uchiha yang adalah jelmaan Sarada akan membawa kalian semua ke dalam cerita anak SMA terdahsyat sedunia menembus universe alam khayal hingga alam barzah.
Bacalah, maka kalian akan menemukan teori konspirasi di dalamnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bulan Separuh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Datang ke Rumah Gilang
Welcome to the jungle, Gilang! Gue seneng banget lu menjadi bagian dari kami, yaitu gue dan Puput.
Sekarang Gilang ga perlu merasa sendirian lagi. Kita kemana-mana bareng, tapi ga wajib-wajib amat juga. Kalaupun lagi ada urusan ya sabi kok kita ditinggalin juga ga apa-apa.
KRIIIING...
Udah waktunya pulang. Posisi duduk gue pun langsung nyerong, ngomong ke Gilang dari balik badan Puput.
"Gay! Gay! Pssst!" kata gue. "Ih, lu ngehalangin aja, Poy!" protes gue. "Ga usah rusuh," kata Puput sambil memutar mata.
"Gini aja deh, gue duduk di situ, kita tukeran, lu duduk di sini," kata gue. "Ga bisa," kata Puput. "Ya soalnya percuma lu di situ. Lu ga ngobrol sama si Gayung juga kan?" kata gue. "Tetep aja ga bisa. Ini singgasana kekuasaan gue," kata Puput.
"Ya udah. Hey, Gay..." panggil gue ke Gilang. "PR untuk besok kita kerjain bareng yok?" kata gue. Puput pun mengerutkan dahi sambil mengangkat sedikit sebelah ujung bibirnya.
"Boleh, boleh," jawab Gilang. Roni pun mendorong lengan Gilang dengan sikunya pelan. "Ciye yang udah punya barengan," kata Roni.
"Le, lu mau nge-date sama si Gayung lagi?" kata Puput. "Apaan? Enggak!" kata gue. "Lah, itu elu ngajakin Gayung barusan buat ngerjain PR bareng?" tanya Puput. "Sama-sama kitalah, bukan cuma berdua doang," kata gue. "Lu ga ngajak gue," protes Puput. "Papoy gue sayang, ngerjain PR bareng kan udah jadi rutinitas wajib kita, jadi ngapain gue ngajakin elu lagi?" kata gue.
Gilang pun berdiri di tepi meja Puput, dia mencoba bergabung dalam obrolan dengan posisi tas udah di punggung.
"Mau mengerjakan PR di rumah siapa?" tanya Gilang. "DI RUMAH ELU..." kata gue dan Puput bersamaan. "Hahah... kok bisa sehati gini kita?" kata gue ke Puput.
Gilang pun langsung salah tingkah. Dia sepertinya bingung. Dia menggaruk leher belakangnya dan kayanya lagi mikir kata-kata apa yang mau dia omongin.
"Biar bokaplu tahu lu serius belajar di sekolah. Dengan datangnya kita-kita yang pinter-pinter ini buat belajar bareng di rumahlu, siapa tahu bokaplu bisa ngehargai lu. Dan bangga tentunya karena punya temen-temen kaya gue dan Lele," kata Puput dengan nada mengejek.
"Masuk akal sih. Tapi..." kata Gilang.
"Lu ga percaya sama omongan Papoy? Ga apa-apa, wajar! Hehe, gue pun sering gitu," kata gue. "Heh!" sahut Puput.
"Bukan itu masalahnya," kata Gilang. "Apa masalahnya? Bokaplu ga suka kalau ada tamu datang?" kata gue. "Emh... saya malu, rumah saya jelek, sempit," kata Gilang.
"Emang lu udah pernah ke rumah gue atau rumah Lele?" kata Puput. "Belum pernah," kata Gilang. "Bisa-bisanya ngebanding-bandingin hal yang lu ga tahu," protes Puput.
"Iya, sih. Tapi saya yakin rata-rata kebanyakan murid di sekolah ini adalah anak-anak yang berasal dari keluarga kaya. Saya khawatir anak-anak seperti kalian ga nyaman begitu masuk ke rumah saya yang kondisinya jauh berbeda dengan rumah kalian," kata Gilang.
"Hemm... Masuk akal sih," kata Puput. "Lu tenang aja, Gilang. Lu berada di geng yang tepat. Gue sama Papoy ga pernah kok ngeluh atau ngebanding-bandingin kondisi teman-teman kita," kata gue.
"Jadi lu mau ga? Kalau mau bilang mau, kalau enggak bilang enggak. Jangan kelemar-kelemer gini," kata Puput.
"Please, Gay. Lu bayangin bokaplu lagi merhatiin pas kita semua lagi belajar, sibuk ngebahas pelajaran. Pasti doi seneng dong?" bujuk gue.
"Iya. Iya, kita ngerjain PR di rumah saya saja," kata Gilang. "Ga usah terpaksa," kata Puput. "Saya ga terpaksa," kata Gilang. "Kalau ngomong yang tegas napa, Gay! Gemes gue tahu ga," kata Puput. "Saya ga terpaksa!" kata Gilang. "Kurang..." kata Puput. "Saya ga terpaksa kita belajar di rumah saya!" kata Gilang. "Ga denger," kata Puput. "SAYA GA TERPAKSA KITA BELAJAR DI RUMAH SAYA!" teriak Gilang. "Nah gitu dong. Itu baru cowok, kata Puput sambil meninju pelan lengan Gilang.
Gue sampe kaget. Untung kelas udah sepi. Bisa-bisanya Puput ngegojlok Gilang kaya gini. Maksudnya baik sih, biar ga kelemar-kelemer, tapi ga kaya gini juga. Gue yang jadi kaget, anjoy! Serasa dibentak-bentak, gue.
Waktu pun bergulir. Sore ini gue dan Puput sudah di depan pintu rumah Gilang. Sebenarnya Gilang ga perlu shareloc alamat rumahnya pun ga masalah, karena gue dan Puput pernah diam-diam mata-matain Gilang sampe ke rumahnya. Cuma gue dan Puput sampai sekarang ngerahasiain itu, jadi kami berdua sama-sama pura-pura belum tahu rumah Gilang.
TOKTOKTOK...
Akhirnya Gilang pun membuka pintu rumahnya.
"Ayo masuk. Maaf rumah saya berantakan dan sempit. Terlalu banyak barang tapi tempatnya terbatas," kata Gilang sambil memindahkan beberapa barang seperti baju kaus bapaknya yang sembarangan ditaruh di atas sandaran sofa dan semacamnya.
"Santai aja, Gay," kata Gue. "Silakan duduk, silakan," kata Gilang.
"Ngomong-ngomong gue haus. Perjalanan ke sini drama banget macetnya. Sabi kali segelas dua gelas air mah," kata Puput.
"Poy! Yang sopan, ah! Ini rumah orang. Kebiasaan lu disangka lagi ada di rumah gue kali," tegur gue dengan suara pelan.
"Ga apa-apa, Le. Ya sudah, sebentar ya, saya buatkan minuman dulu," kata Gilang. Gilang pun pergi.
"Ehm... Siapa nih?" Rupanya bokap Gilang berdiri di tempat yang ga gue sangka-sangka. Entah udah lama berdiri di situ atau belum. Tapi kayanya baru datang sih. Kalau misalnya udah lama di sana tentu Gilang ngenalin kamibke bokapnya dong, bukan malah langsung melipir buat ambil minum.
"Saya Puput, Om. Ini Laila," kata Puput ramah lalu mencium tangan bokap Gilang. Gue kaget, kenapa bisa secepat itu Puput berubah jadi sokap gini?
"Sore Om. Laila," kata gue yang juga jadi ikut-ikutan cium tangan. Gila, tangan bokap Gilang bau rokok banget, dan kaya percampuran sama aroma alkohol juga.
"Jadi di sini kami mau ngerjain PR bareng, Om. Soalnya Gilang di kelas itu terkenal pinternya. Kami mau minta ajarin Gilang, Om," sambung Puput.
Bus3t Puput, hahaha... Gercep amat! Lancar banget menjilatnya. Padahal sehari-hari di sekolah cara dia ngomong sama Gilang kaya lagi musuhan.
"Oh, iya. Anak saya itu si Gilang memang begitu. Dari lahir dia memang udah pinter. Kayanya nurun itu pintarnya dari saya, hahaha..." kata bokap Gilang.
Gue ngerasa mau muntah gini ngedengerin ucapan bokap Gilang, ya ampun. "Ya sudah, kalian baik-baik bertemannya ya! Jangan sampai menyesal kalian seumpama kehilangan teman jenius seperti Gilang," kata bokap Gilang.
Gue pun sekejap-sekejap beradu tatap sama Puput. Seperti biasa, kami berkomunikasi pakai telepati.
tp benar juga sih Le rencana lo biar gayung papoy jadian, krn sebenarnya papoy suka ama gayung😁krn Gilang dah puy Mentari jd Papoy cm memendam di dlm hati
tp yg bikin sedih banget klo lele gk bertemu vino, gk tau vino dah mati atau masih hidup
itu yg q rasakan, hewan yg ku sayangi pergi gk kembali padahal di rawat dari msh orok🤧
duh gilang kw bisaan ngetawain papoy kw yang lagi menstruasi ntar gantian kau yang diketawain
barengan nih gilang kw mimpi basah puput kw datang bulan cucok lah kalian