Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Cerita masa lalu.
Setelah perundingan panjang serta proses yang akan segera di lakukan maka Ayu harus berangkat ke daerah Timor bersama Bang Rakit namun Papa Herca tidak begitu saja mengijinkannya karena mempertimbangkan banyak hal disana apalagi Ayu juga sedang mengandung.
"Kalau begitu Dinar ikut." Sambar gadis berperawakan mungil itu selalu lantang tanpa takut.
Papa Herca semakin gelisah karena tidak mungkin melepaskan putrinya tanpa penjagaan. Luar Jawa, adalah tempat yang luar biasa bagi pemulanya. Tapi dilema beliau rasakan sebab jika tidak ada 'teman' disana maka akan semakin menjadi fitnah tak terarah.
Sejenak Papa Herca memejamkan matanya. Mumet tentu sudah pasti di rasakannya. Dengan cepat dirinya harus segera mengambil keputusan.
"Black.. kau ikut dengan Dinar..!!"
Bang Black jelas ternganga, tidak ada surat perintah resmi dan hanya ada ucapan lisan dari wakil panglima.
"Berangkatlah, saya yang akan bertanggung jawab..!!" Perintah Papa Herca.
...
Papa Herca menarik lengan Dinar saat putrinya itu memilih bergelayut manja pada lengan ajudannya daripada dengannya.
Sebenarnya Papa Herca melihat Bang Black menolak Dinar tapi memang putrinya saja yang terlalu ganjen sampai rasanya malu sendiri dengan tingkah bar-bar putrinya.
"Papa nggak ada rencana nikahin Dinar sama Om Black?" Tanya Dinar.
"Huuuusshhhh.. kamu masih kecil..!!!" Ujar Papa Herca pada putrinya yang memang masih berusia di bawah dua puluh tahun.
Berbeda dengan putri bungsunya, Ayuningrat memang memiliki pembawaan diri yang lebih kalem daripada kakaknya.
"Om Black, nikah yuk.. lamar Dinar..!!" Selorohnya semakin membuat pusing Papa Herca. Bang Black pun tidak bisa berbuat banyak karena dirinya masih harus tetap memegang teguh wibawa.
"Astaghfirullah hal adzim.. kau bisa diam atau tidak, Dinar?????" Suara Papa Herca sampai menggelegar di bandara karena ulah putrinya. "Black.. jaga putri saya baik-baik..!! Saya percaya betul sama kamu..!!!! Anggap Dinar adik kecil mu..!!" Sambungnya pada Bang Black.
"Siap.. laksanakan sesuai perintah..!!" Jawab Bang Black.
...
Bang Rakit menghapus air mata Ayu. Rasa canggung bingung bersikap pasti ada tapi kini mereka harus melewati segala badai dengan lapang dada.
Ada rasa sakit tersendiri di dalam hati Bang Rakit mengingat setiap jejak persahabatannya dengan Bang Satria. Dulu sahabatnya itu tidak begitu tapi setelah takdir mempertemukannya dengan keluarganya, semua telah berubah.
POV Flashback Bang Rakit on..
"Kau dapat penempatan dinas dimana??" Tanyaku pada para sahabatku.
"Markas pusat. Kau dimana??" Tanya Satria.
"Sama. Ternyata kita memang di setting menjaga petinggi lebih dulu." Jawabku.
Tugas ini merupakan tugas kebanggaan ku karena tidak semua prajurit bisa sampai pada tahap ini setelah melaksanakan pendidikan lanjutan.
Tak lama ekor mataku melihat sosok sahabatku yang lain, dia memang beda. Sifatnya keras, sumbu pendek, kaku dan begitu jantan sebagai seorang pria hingga pikiran kami menyangka dirinya tidak menyukai wanita. Biasa orang memanggilnya Black.
"Black, kau dapat tugas dimana?" Tanya Satria pada si Black.
" 'Mengawal' wakil panglima yang baru." Jawab Black santai saja.
Aku dan Satria saling lirik, aku tau Black memang punya kecakapan khusus yang tidak bisa di ragukan begitu saja dan lagi mengawal wakil panglima seperti Pak Herca sungguh membutuhkan mental tangguh.
Tak berapa lama aku melihat para pejabat dan petinggi keluar dari gedung Markas. Paham akan tugasku, aku segera bergerak namun saat aku melangkahkan kakiku, ada gadis muda berlari kecil memeluk Pak Herca, yang kutahu dia adalah Diajeng Haggia Ayuningrat.. putri wakil panglima.
Sadar akan lamunanku, seorang gadis berpakaian seragam putih abu-abu turun lagi dari mobil dan ribut dengan Ayu, dia adalah Gusti Raden Mahaputri Diajeng Anandayu Hening Senja Adinarta. Nama yang sangat panjang menurutku hingga aku pun sulit untuk menghafalnya.
Tak paham apa yang terjadi, gadis berpakaian putih abu-abu sudah sebegitu menarik perhatian karena sudah ribut dengan Black.
Tak ingin konsentrasiku buyar, aku segera melangkah menghampiri Pak Dallas dan Satria bersama Pak Reno. Kami melaksanakan tugas masing-masing.
\=\=\=
Waktu berganti, jam santai bagi kami. Malam minggu ini aku, Satria dan Black berjalan-jalan di pusat kota yang ramai. Kulihat kakak beradik putri wakil panglima juga sedang berada pada pusat perbelanjaan tersebut.
Siapa sangka ada sedikit keributan antara Ayuningrat dengan seorang pria, terutama si tuan putri kecil sudah nyaris baku hantam. Langkahku dengan cepat menghampiri namun ternyata Satria sudah menampar pria perusuh tersebut dan Black sudah menarik si tuan putri kecil ke belakang punggungnya lalu menghajar rekan pria tersebut hingga terpelanting dan hidungnya berdarah.
Black memang pria yang amat sangat irit dalam bicara dan hanya mengeluarkan suara saat di perlukan saja. Wajahnya pun kini hanya datar saja seolah tidak terjadi apapun usai menempeleng seorang pria yang sudah berbuat onar.
...
Perkara keributan tersebut kami semua mendapatkan sanksi tegas dari bapak buah terutama Black mendapatkan hukuman tersendiri karena sudah menghajar masyarakat sipil.
"Papaaa.. jangan marah lagi. Om Black bukannya mau ribut. Tadi teman pacarnya Mbak Ayu mau melecehkan Dinar. Om Black yang tolong." Ujarnya sembari merapatkan jaket milik Black untuk menutupi tubuhnya.
Pandang mata Pak Herca mengamati penampilan kedua putrinya. Ayuningrat memang memakai pakaian yang lebih tertutup tapi nyatanya tidak dengan putri kecil.
"Lepas saja pakaianmu disini..!! Tidak usah pakai pakaian sekalian..!!!!!! Tren, mode, fashion.. hanya itu saja alasanmu. Jangan harap laki-laki di luar sana akan menjaga pandangan matanya kalau kamu juga tidak bisa bekerja sama. Akhlakmu saja rusak, Dinaar..!!!!" Bentak Pak Herca.
"Dinar hanya ingin jadi penyanyi..!!!" Jawab Dinar.
"Kau bilang itu fashion penyanyi, papa bilang itu gembel..!!!!" Ucap tegas Papa Herca.
Di sudut lain, Papa Herca sudah menangkap ada pandang berbeda dari Satria yang terus memeluk 'adiknya'. Ayuningrat terus sesenggukan. Dari sana lah Pak Herca memahami ada rasa berbeda dalam diri Satria dan putrinya.
POV Flashback Bang Rakit off..
.
.
.
.