Kim Min-seok siluman rubah tampan berekor sembilan, yang sudah hidup lebih dari 1000 tahun,Kim Min-seok hidup dengan menyembunyikan identitasnya sebagai seekor gumiho,Ia berkepribadian dingin dan juga misterius.
Dirinya menjalin hidupnya dengan kesepian menunggu reinkarnasi dari kekasihnya yang meninggal Beratus-ratus tahun yang lalu.
Kim Min-seok kemudian bertemu dengan Park sung-ah mahasiswi jurusan sejarah, saat itu dirinya menjadi dosen di universitas tersebut.
Mereka terjerat Takdir masa lalu yang mempertemukan mereka, mampukah Kim Min-seok mengubah takdir tragis di masalalu yang terulang kembali di masa depan.
apakah kejadian tragis di masalalu akan kembali terjadi kepada dirinya dan juga kepada park sung-ah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Heryy Heryy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
༿BAB༌༚20
Di depan kuil yang angker, di tengah cahaya matahari yang penuh bersinar ke atas bukit Bukhan dengan terang, Park Sung-ah terbaring lemah dan tidak berdaya di pelukan Kim Min-seok.
Tubuhnya dingin seperti es, kulitnya penuh dengan bekas luka dan noda darah yang merah gelap. Nafasnya menjadi semakin pendek dan lemah, seperti angin sembilan yang hanya bisa terasa sesaat sebelum hilang.
Setiap detik yang lewat membuat Min-seok merasa hatinya hancur semakin dalam—dia melihat wajah yang dia cintai selama berabad-abad, wajah Song Hye-yoon yang telah kembali dalam wujud Park Sung-ah, dan dia tidak bisa membayangkan melihatnya mati lagi di pelukannya. Tidak lagi. Tidak kali ini. Tidak pernah.
"Jangan pergi... tolong jangan pergi lagi, Hye-yoon," bisik Min-seok dengan suara yang tersedak dan penuh kesedihan, air mata menetes deras dari matanya yang berwarna emas dan jatuh ke wajah Sung-ah yang pucat.
Dia memeluknya lebih erat, seolah-olah dengan begitu dia bisa menahan jiwanya yang hampir melayang, seolah-olah pelukannya yang hangat bisa menyegarkan nyawanya yang hampir hilang.
Dia ingat masa lalu dengan jelas—saat itu, ratusan tahun yang lalu, Hye-yoon mengorbankan dirinya untuk menyegel Imugi yang kejam.
Dia masih ingat betapa dia memeluknya yang sekarat di pangkuannya, betapa tangannya yang lembut menyentuh wajahnya untuk yang terakhir kalinya, betapa nyawanya melayang dan dia hilang selamanya dari kehidupannya.
Momen itu telah menyakitkannya selama berabad-abad, membuatnya hidup sendirian di dunia yang terus berubah, dan dia tidak akan mengizinkan sejarah berulang lagi. Tidak untuk apa pun di dunia ini.
Sung-ah membuka mata dengan sangat lambat, matanya yang kabur dan lelah hanya bisa melihat bayangan Min-seok yang berdiri di atasnya. Cahaya matahari membuat matanya menyakitkan, tapi dia berusaha tetap membuka mata untuk melihat wajah orang yang telah menyelamatkannya.
Dia mencoba mengangkat tangannya untuk menyentuh wajahnya, tapi tangannya terlalu lemah dan terasa seperti terbuat dari batu berat yang tidak bisa digerakkan. "Dosen Kim... aku... aku merasa lelah banget..." bisik dia dengan suara yang hampir tidak terdengar, nafasnya yang hangat menyentuh dagu Min-seok yang basah oleh air mata.
Min-seok merasakan rasa putus asa yang luar biasa menyelimuti dirinya. Dia telah menggunakan semua kekuatannya untuk melawan Imugi, membanting badan dan mengeluarkan semua energi yang dia miliki untuk melindungi Sung-ah.
Tapi apa gunanya kekuatan itu jika dia tidak bisa menyelamatkan wanita yang dia cintai? Apa gunanya keabadiannya jika dia harus hidup sendirian lagi tanpa dia? Dia menatap langit yang cerah, berdoa dengan segala hatinya agar ada cara—setiap cara yang mungkin—untuk menyelamatkan nyawa Sung-ah.
Dia berdoa agar ada kekuatan yang lebih besar dari dirinya sendiri yang bisa membantu, agar ada keajaiban yang bisa menyelamatkannya dari kematian yang mendekati.
Dan pada saat itu, ketika rasa putus asa mulai menguasai dirinya, sesuatu yang ajaib terjadi.Tubuh Kim Min-seok tiba-tiba bersinar dengan cahaya emas yang terang dan lembut.
Cahaya itu muncul dari dalam tubuhnya, menyebar ke seluruh badannya seperti api yang lembut yang tidak menyakitkan.
Dia merasa energi yang kuat dan hangat mengalir di dalam dirinya, energi yang dia tidak rasakan selama bertahun-tahun—energi yang seolah-olah telah tidur selama lama dan baru saja bangun.
Cahaya itu menyinari sekitarnya, membuat pohon-pohon di sekitar kuil terlihat lebih cerah dan udara terasa lebih segar. Pada saat itu, ketika cahaya itu menyala terang, dia tahu—dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan yang dia miliki.
Selama berabad-abad, sebagai gumiho—makhluk gaib yang hidup selama berabad-abad—dia telah menyimpan kekuatan terbesarnya dalam bentuk kelereng rubah yang berada di dalam tubuhnya.
Kelereng itu adalah inti dari semua kekuatannya, nyawa dari keabadiannya. Ia adalah kumpulan semua energi yang dia peroleh selama hidupnya yang panjang, semua pengalaman yang dia lewati, semua cinta yang dia simpan.
Memberikannya kepada seseorang berarti memberikan sebagian nyawanya sendiri, bahkan berisiko kehilangan keabadiannya dan mati. Tapi dia tidak peduli. Tidak peduli apa pun konsekuensinya.
Untuk Sung-ah—untuk Hye-yoon—dia akan melakukan apa pun, bahkan mengorbankan segalanya yang dia miliki.
Dengan tangan yang gemetar karena kecepatan dan kekhawatiran, Min-seok meletakkan satu tangan di dada dirinya.
Dia merasakan kelereng rubah yang kecil dan keras di dalam tubuhnya, berada di dekat jantungnya yang berdebar kencang. Dengan kekuatan yang penuh dan dengan hati-hati, dia menarik kelereng itu keluar dari tubuhnya.
Saat kelereng itu muncul dari dada dirinya, cahaya emas yang lebih terang menyala, menyinari sekitarnya hingga membuat mata terpejam.
Kelereng itu berwarna emas yang cerah, dengan permukaan yang halus dan mengkilap seperti matahari yang terbit, dan di dalamnya terlihat cahaya yang berputar-putar seperti awan yang lembut.
Saat dia memegang kelereng itu di tangan, sesuatu yang lain terjadi. Dari punggungnya yang terlipat, muncul 9 ekor ekor rubah yang kecil dan indah, masing-masing berwarna emas yang terang dan bersinar seperti cahaya kelereng itu.
Ekor-ekor itu tidak seperti ekor hewan biasa—mereka lembut seperti bulu burung, dan di ujung masing-masing ekor terlihat titik cahaya yang kecil. Ekor-ekor itu menggantung lembut dari punggungnya, bergerak seolah-olah disentuh angin yang lemah.
Ini adalah ciri khas asli dari gumiho—9 ekor yang menunjukkan kekuatan dan keabadiannya—Ekor-ekor itu adalah bagian dari dirinya, bagian dari kekuatannya yang sesungguhnya.
Dia melihat kelereng itu dengan mata yang penuh kasih, kemudian melihat kembali ke wajah Sung-ah yang sekarat. Dia melihat bagaimana nafasnya semakin lemah, bagaimana wajahnya semakin pucat.
Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan. Dia tidak punya waktu lagi untuk berpikir. Dia membungkuk lebih rendah, mendekatkan wajahnya ke wajah Sung-ah yang lemah.
Dia melihat bibirnya yang merah muda dan kering, dan dia merasakan hasrat yang lama terpendam untuk menciumnya—hasrat yang dia simpan selama berabad-abad, menunggu saat yang tepat ketika mereka bisa bertemu lagi dan cinta mereka bisa terwujud.
Tanpa ragu sama sekali, Kim Min-seok mencium bibir Park Sung-ah. Ciuman itu lembut dan penuh cinta, seolah-olah dia sedang menyentuh sesuatu yang paling berharga di dunia—sesuatu yang tidak boleh rusak.
Saat bibirnya bersentuhan, dia memasukkan kelereng rubah itu ke dalam mulut Sung-ah dengan hati-hati, memastikan bahwa kelereng itu masuk ke dalam tubuhnya dan menyentuh darahnya.
Selama ciuman itu, 9 ekor rubah yang ada di punggungnya bersinar lebih terang, menyebarkan cahaya emas ke seluruh tubuh Sung-ah, seolah-olah membantu mentransfer kekuatan dari kelereng itu ke dalam tubuhnya.
Dalam sekejap, semuanya berubah. Segala sesuatu yang buruk dan menyakitkan hilang, digantikan oleh keajaiban dan harapan.
Cahaya emas dari kelereng itu menyebar dari dalam tubuh Sung-ah, menyebarkan ke seluruh tubuhnya seperti aliran darah yang hangat dan menyegarkan.
Luka-luka di tangannya yang dalam, di kepalanya yang menyakitkan, dan di tubuhnya yang penuh dengan bekas semburan darah mulai menghilang satu per satu.
Kulitnya yang tadinya kasar dan penuh luka kembali menjadi mulus dan sehat, seperti tidak pernah terluka sama sekali.
Darah yang mengalir dari mulutnya berhenti seketika, dan bibirnya kembali menjadi merah muda yang segar. Nafas Sung-ah yang semula pendek dan lemah menjadi semakin teratur dan kuat, dan dada dia mulai naik turun dengan lebih tenang.
Dalam waktu yang singkat, semuanya berubah—semua luka di tubuh Park Sung-ah menghilang sepenuhnya.
Sung-ah membuka mata dengan cepat, matanya yang jernih dan cerah melihat langsung ke mata Kim Min-seok. Dan pada saat itu, dia melihat sosok asli Kim Min-seok—gumiho dengan rambut yang berwarna emas yang terang dan bergelombang, mata yang berwarna emas yang bersinar dengan cahaya cinta yang tak terlukiskan, dan yang paling menakjubkan—9 ekor rubah yang kecil dan indah yang menggantung lembut dari punggungnya, bersinar dengan cahaya yang lemah dan indah.
Dia melihat keindahan yang luar biasa, sesuatu yang dia tidak pernah bayangkan sebelumnya—sesuatu yang seperti cerita dongeng yang hidup.
Sung-ah terkejut sepenuhnya. Matanya membesar, dan dia merasa hati dia berdebar kencang sampai seolah-olah akan meledak. Dia melihat sosok asli Min-seok yang indah dan megah, tapi ketakutan dan keheranan yang terlalu besar membuat tubuhnya lemah kembali.
Dia ingin berbicara, ingin bertanya apa yang terjadi, ingin menyebut namanya. Tapi sebelum dia bisa berkata apa-apa, semuanya menjadi gelap, dan dia kembali pingsan, kepalanya terjatuh ke dada Min-seok yang hangat.
Min-seok menghela nafas lega yang besar, seolah-olah dia belum bernapas selama jam-jam. Dia melihat bahwa Sung-ah sudah selamat—nafasnya teratur, wajahnya sehat dan berwarna, kulitnya mulus tanpa bekas luka.
9 ekor rubah di punggungnya mulai mereda dan kembali terlipat, cahayanya menjadi lebih lemah sampai akhirnya hilang sepenuhnya. Dia mengangkat tubuh Sung-ah dengan hati-hati, memeluknya ke dalam pelukannya yang kuat dan aman.
Dia tahu bahwa dia tidak bisa tinggal di sana lama—mahasiswanya dan Yoo In-a pasti sedang mencari Sung-ah dengan khawatir, dan dia tidak ingin mereka melihat sosok aslinya atau tahu apa yang telah terjadi di sekitar kuil itu.
Dia juga tidak ingin Imugi yang terluka dan penuh dendam kembali untuk membahayakan Sung-ah lagi.
Dengan kecepatan yang luar biasa—kecepatan yang hanya dimiliki oleh gumiho—Min-seok membawa Park Sung-ah meninggalkan area kuil.
Dia berjalan melalui hutan yang rimbun dengan cepat dan lincah, menghindari jalur yang biasa dilewati pendaki, menghindari semua orang yang mungkin melihat mereka.
Dia tahu bahwa dia harus membawanya ke tempat yang aman—tempat di mana dia bisa merawatnya tanpa gangguan, tempat di mana dia bisa menjelaskan semua yang terjadi secara perlahan, tempat di mana mereka bisa bebas dari bahaya dan bisa berbicara tentang cinta yang telah bertahan selama berabad-abad.
Tanpa disadari oleh siapapun—tidak oleh Yoo In-a yang sedang menangis dan mencari temannya di atas bukit, tidak oleh mahasiswanya yang sedang berkumpul dan khawatir, tidak oleh siapa pun di dunia luar yang sibuk dengan kehidupannya sendiri—Kim Min-seok membawa Park Sung-ah ke rumahnya yang tersembunyi.
Rumahnya terletak di lereng bukit Bukhan yang terpencil, tersembunyi di antara pohon-pohon pinus yang tinggi dan semak-semak yang lebat sehingga sulit ditemukan.
Rumah itu kecil tapi nyaman, dengan tembok yang terbuat dari batu alam dan atap yang terbuat dari jerami yang kering, seolah-olah telah ada selama berabad-abad dan menjadi bagian dari alam sekitarnya.
Di dalamnya, ada perabotan sederhana yang nyaman, api unggun yang selalu menyala, dan bau kayu bakar yang menyenangkan.
Dia memasuki rumahnya dengan hati-hati, membuka pintu dengan lembut agar tidak membangunkan Sung-ah. Dia membawa Sung-ah ke kamar tidur yang terletak di bagian dalam rumah, kamar yang penuh dengan cahaya lemah dari jendela yang kecil.
Dia meletakkan tubuhnya yang lemah di atas kasur yang empuk dan lembut, menutupnya dengan selimut hangat yang terbuat dari bulu domba. Dia menyentuh wajahnya yang lembut dengan jari-jari yang lemah, tersenyum lemah.
Dia telah menyelamatkannya. Dia telah menghindari sejarah yang berulang. Dan sekarang, dia akan menunggu dia bangun—menunggu waktu yang tepat untuk menjelaskan semua yang terjadi, tentang dirinya sendiri sebagai gumiho dengan 9 ekor, tentang Song Hye-yoon yang telah menyegel Imugi, tentang reinkarnasinya sebagai Park Sung-ah.