"Mbak, aku mau beli mainan, boleeeh?"
Seorang pria dewasa yang ditemukannya terbangun dan tiba-tiba merengek sepeti seorang anak kecil. Luaticia atau Lulu sungguh bingung dibuatnya.
Selama sebulan merawat pria itu, akhirnya dia mendapat informasi bahwa sebuah keluarga mencari keberadaan putra mereka yang ciri-ciri nya sama persis dengan pria yang dia temukan.
"Ngaak mau, aku nggak mau di sini. Aku mau pulang sama Mbak aja!" pekik pria itu lantang sambil menggenggam erat baju Lulu.
"Nak, maafkan kami. Tapi Nak, kami mohon, jadilah pengasuhnya."
Jeeeeng
Sampai kapan Lulu akan mengasuh tuan muda tersebut?
Akankah sang Tuan Muda segera kembali normal dan apa misteri dibalik hilang ingatan sang Tuan Muda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rusuh 20
"Cuma dibaca doang. Haah Si Bos mah gitu. Heran banget deh, kebiasaan kalau ngambek nggak jelas dan nggak mau ngangkat telpon atau bales pesan. Tapi sebenernya kenapa ya Si Bos tiba-tiba ngilang lama banget. Kalau aku inget-inget, ini adalah waktu paling lama Si Bos ngilang dan sama sekali nggak ada kabar."
Di dalam kamar kost yang disewanya, Oland tengah duduk merenung memikirkan sang tuan.
Meski dia belum lama mengikuti Ditrian, tapi sebagai asisten pribadi tentunya sudah banyak yang dia ketahui dari pria itu. Oland juga bisa dibilang paling paham tetang kebiasaaan Ditrian ketimbang Steven dan Reneta yang merupakan temannya.
Jika Ditrian sedang kesal akan sesuatu, Oland lebih baik diam dan memberinya secangkir kopi. Dia tidak akan bertanya sampai Ditrian sendiri yang bicara.
Lalu, jika Ditrian tengah mengambek seperti ini dan menghilang untuk jangka waktu yang tidak diketahui, Oland juga lebih suka menunggu tanpa menghubungi lebih dulu karena dia tahu Ditrian tidak akan lama.
Namun kali ini sungguh sangat berberda, ia merasa aneh dengan perinya Ditrian yang hampir satu bulan dan itu cukup membuatnya khawatir sehingga Oland memilih untuk menghubungi Ditrian lebih dulu.
"Coba aku inget-inget. Sehari sebelum bos ngilang tuh, kayaknya nggak ada sesuatu yang bikin doi kesel atau marah deh," gumam Oland. Dia benar-benar tidak mengerti mengapa Ditrian bisa menghilang selama itu.
"Tunggu! Aaaah." Oland seolah ingat akan sesuatu. Dia seperti menemukan apa yang terlewat dari semua yang dipikirkannya tadi.
"Hari dimana Bos ngilang tuh, dia lagi ribut sama Pak Steven dan Bu Reneta. Tapi, itu kan hal yang biasa. Mereka juga suka ribut begitu kalau lagi ngebahas sesuatu. Jadi bukan sebuah hal yang bisa dijadikan sebab Bos tiba-tiba ngilang,"ucapnya lagi. Oland menggaruk dan mengacak-acak rambutnya sendiri karena memikirkan tentang Ditrian. Dan pada akhirnya dirinya merasa buntu akan hal itu.
"Bodoh amat dah, tidur tidur lah sekarang. Besok kerjaaan banyak yang udah menunggu buat dikerjain."
Oland merebahkan tubuhnya, dia menarik selimut dan memejamkan mata.
Tidak hadirnya Ditrian di perusahaan sebenarnya cukup membuatnya kesulitan. Meski kalau ada Ditrian, dirinya juga tak akan bisa duduk dengan tenang. Namun Oland memilih Ditrian ada di perusahaan ketimbang tidak ada.
"Bos, buruan balik,"ucapnya lirih sebelum matanya benar-benar terpejam.
Malam yang penuh dengan pemikiran berat bagi Oland, dan paginya saat sampai di perusahaan, dia mendapatkan hal yang tidak mudah juga.
Beberapa orang bertanya tentang keberadaan Ditrian. Dan entah mengapa tiba-tiba ada rapat direksi. Padahal dia sendiri tidak tahu tentang hal ini.
Rapat direksi biasanya diadakan jika Ditrian menginginkannya. Atau jika tidak Steven yang akan meminta dan Oland lah yang menjadi perantara karena dia yang akan membuat undangan.
"Ada apa ini, Pak Steven?" tanya Oland dengan wajah yang kebingungan. Dia benar-benar bingung dan bukannya dibuat-buat.
"Aku nggak tahu juga, Land. Pagi-pagi sekali mereka udah nyampe sini. Aku aja kaget pas baru nginjekin kaki di kantor. Mereka katanya udah nunggu di ruang rapat,"jawab Steven dengan wajah yang sama bingungnya dengan Oland.
Drap drap drap
Suara langkah kaki yang sangat teruru-buru itu terdengar dengan begitu jelas. Baik Oland maupun Steven tentu tahu bahwa orang yang memiliki langkah itu pasti datang dengan tergesa-gesa.
"Ada apa? Maksudku kenapa, kenapa dewan direksi tiba-tiba datang begini?" ucap pemilik dari langkah kaki tersebut. Wajahnya terlihat masih belum sempurna, ya make up belum dipakai seluruhnya karena bagian bibir masih terlihat sangat pucat.
"Aku juga nggak tahu, Rene. Aku aja dikabari sama bagian resepsionis tadi kalau mereka tiba-tiba datang,"jawab Steven.
Haaah
Reneta membuang nafasnya kasar. Dia mengambil lipstik yang ada di dalam saku blazernya dan mengoleskannya ke bibir.
"Sekarang, ayo kita hadapi para orang tua itu," ucap Reneta dengan tekad.
Olanda dan Steven mengangguk, mereka bertiga berjalan beriringan menuju ke ruang rapat. Sebelum masuk, yakni tepat di bibir pintu, ketiganya mengambil nafas dalam-dalam dan membuangnya perlahan. Mereka nampak siap menghadapi dewan direksi yang kadang membuat pusing itu.
Sreeet
"Nah, akhirnya mereka muncul juga. Jadi bagaimana ini, mau dibawa kemana perusahaan ini kalau pemimpinnya saja tidak pernah ada di tempat dan tak tahu dimana dia sekarang?"
"Ck, kalau begini mending tarik mundur Ditrian dan ganti dengan orang yang lebih bertanggungjawab."
"Benar, turunkan dan ganti pria congkak itu."
Oland terkejut bukan main mendegar ucapan para dewan direksi dimana mereka sebagian besar merupakan pemegang saham walau tak sebesar Ditrian dan juga investor.
Pun dengan Steven dan Reneta. Meski Ditrian memang sering bersikap kerasa kepada mereka tapi dewan direksi tidak pernah sampai meminta Ditrian untuk mundur dari posisinya.
"Kalian ini ya, apa kalian lupa kalau Ditrian itu pencetus dan pemegang saham tertinggi dari GoodFood Factory. Bisa-bisanya kalian meminta Ditrian untuk turun dari posisinya!" pekik Reneta. Hubungannya dengna Ditrian memang tidak baik secara pribadi tapi secara profesional, Reneta tidak suka dengan mereka yang meminta Ditrian turun.
"Apa yang dikatakan oleh Miss Reneta memang benar. Kita tidak bisa melakukan ini kepada Tuan Ditrian," imbuh Steven.
Semua orang terdiam mendengar ucapan dari Reneta dan Steven. Akan tetapi diamnya mereka tidak lah lama dna kericuhan kembali muncul.
"Kenapa tidak Tuan Steven saja yang jadi CEO. Saya lihat kinerja Anda lebih baik ketimbang Tuan Ditrian. Anda tidak pernah memiliki skandal dan sangat lurus dalam kehidupan bersosial. Anda jauh lebih tepat untuk menjadi seorang pemimpin dari pada orang itu."
Eh?
Ucapan pria berusia lima puluh tahunan dengan tubuh yang tidak terlalu tinggi dan rambut yang sudah tidak penuh itu membuat Steven terkejut. Terlebih tak hanya pria itu ynag bicara demikian. Pendapatnya cukup didukung oleh beberapa orang yang ada di sana.
"Tidak bisa! Steven tidak bisa jadi CEO. Kalian benar-benar tidak tahu ya bagaimana Ditrian sangat berusaha mendirikan perusahaan ini. Enteng sekali kalian mau menggantinya," sahut Reneta dengan wajah yang merah padam karena marah.
"Betul, apa yang dikatakan Miss Reneta adalah sebuah kebenaran yang mutlak. Jika ada pimpinan di GoodFood Factory ini ya itu adalah Ditrian Jananta Adiwitama," timpal Steven setuju dengan ucapan rekannya.
TBC
semoga Didit ngomong ke keluarga pas di rumah, apa yg dirasakan ke Steven tadi